10 Film Indonesia Terbaik Ini Pernah Dikirimkan untuk Mewakili Oscar

Film era 90-an arahan Garin Nugroho berjudul Daun di Atas Bantal ini adalah satu film anak bangsa terbaik yang dihasilkan pada era itu. Film luar biasa ini menceritakan kisah tiga anak jalanan Yogyakarta yang hidup melarat dan tidak bersekolah pula. Mereka hidup bersama ibu asuh yang diperankan oleh aktris senior, Christine Hakim.

Film ini istimewa karena para pemain ketiga anak jalanan bukanlah aktor cilik, melainkan memang anak jalanan yang tinggal di Yogyakarta. Film ini mewakilkan Indonesia di ajang Oscar tahun 1998 dan juga sempat masuk ke dalam festival film Cannes. 

Diadaptasi dari novel karangan Seno Gumira yang berjudul sama, Biola Tak Berdawai berhasil mewakili Indonesia di ajang Oscar 2003.

Film ini diarahkan oleh Sekar Ayu dan menceritakan mantan penari balet (Ria Irawan) yang mengajak seorang dokter anak kenalannya untuk mendirikan rumah asuh bagi anak-anak tunadaksa yang tidak mau diurus oleh orangtua mereka. Selama menjalankan rumah tersebut, ia berjumpa dengan seorang pemain biola bernama Bhisma (Nicholas Saputra).  

Diadaptasi dari kisah nyata aktivis mahasiswa legendaris, Soe Hok Gie, film ini diarahkan oleh Riri Riza dan berhasil mewakili Indonesia di ajang Oscar tahun 2005. Meskipun masih gagal mendapatkan nominasi, film ini berhasil memenangkan kategori "Film Terbaik" untuk Piala Citra.

Gie menceritakan kisah hidup aktivits bernama Gie (Nicholas Saputra) yang memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan hak-hak masyarakat melawan penguasa tirani di tahun 1966. 

Jamila dan Sang Presiden awalnya adalah film teater karya Ratna Sarumpaet yang juga mengarahkan film ini. Film ini dikirimkan untuk mewakiliki Indonesia di ajang Academy Awards 2009.

Jamila dan Sang Presiden menceritakan kisah Jamila (Atiqah Hasiholan) yang dijebloskan ke dalam penjara setelah mengaku bahwa dirinyalah yang membunuh salah satu menteri. Di penjara, ia menceritakan kisah hidup dan masa lalunya yang sangat kelam kepada salah seorang sipir penjara (Christine Hakim) yang ditugaskan untuk menjaganya. 

Sang Penari atau dalam Bahasa Inggris berjudul The Dancer, mengisahkan kisah sepasang kekasih, Srintil (Prisia Nasution) dan Rasus (Oka Antara) yang cintanya terhalang hukum adat kampung. Karena adanya hukum adat tersebut, Srintil terpaksa harus menjadil penari ronggeng meskipun ia tidak menginginkannya. Film ini berlatar tahun 1960-an dan diadaptasi dari novel Ronggeng Dukuh karya Ahmad Tohari. 

Sang Penari mewakili Indonesia di ajang Oscar pada tahun 2012. 

Salah satu karya Hanung Bramantro, Soekarno : Indonesia Merdeka, berhasil dikirim untuk mewakili Indonesia di ajang Academy Awards tahun 2014.

Film ini mendapatkan ulasan yang sangat positif baik di dalam maupun luar negeri karena berhasil menceritakan kisah hidup Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno, pejuang kemerdekaan bangsa kita dengan baik, detail, dan menghanyutkan. Orang-orang yang menonton film ini dapat merasakan ketegangan dan perjuangan yang dilakukan oleh Soekarno. 

Turah, mungkin adalah judul film yang cukup asing di telinga penikmat film Indonesia meskipun baru tayang perdana pada 2016 lalu. Maklum saja, karena film ini memang tidak tayang lama di bioskop.

Meskipun begitu, film arahan Wicaksono Legowo ini terpilih untuk mewakili Indonesia di Oscar 2018. Turah menceritakan pahitnya kehidupan rakyat kelas bawah di Kampung Tirang. Sebagai masyarakat kelas bawah, mereka tidak memiliki akses pendidikan yang alyak dan tidak mampu bermimpi dan memperjuangkan apa pun. Kehidupan mereka di sana bergantung pada seorang juragan kaya raya yang juga tinggal di kampung tersebut. 

Surat dari Praha adalah film arahan Angga Dwimas Sasongko yang terpilih untuk mewakili Indonesia di Oscar 2017. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang pelajar yang tidak bisa pulang ke tanah pada era tahun 1960-an.

Larasati (Julie Estelle) adalah wanita muda yang diminta untuk memenuhi wasiat mendiang ibunya yang meminta untuk mengantarkan surat ke Praha untuk Jaya (Tio Pakusadewo). Sayang, kondisi menjadi semakin sulit karena Jaya ternayata adalah pelajar yang terjebak di Praha dan tibak bisa pulang ke tanah air karena situasi polisik yang sangat panas kala itu. 

Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak mungkin bisa disebut sebagai salah satu film terbaik yang pernah dihasilkan oleh sinema Indonesia. Tidak hanya mewakili Indonesia di Oscar 2019, film ini juga berhasil menembus berbagai festival film dunia salah satunya adalah festival film Cannes.

Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak menceritakan seorang janda miskin (Marsha Timothy) bernama Marlina yang membunuh dan memenggal kepala perampok yang berusaha merampas harta dan harga dirinya. Film ini menggambarkan kesenjangan sosial antar masyarakat dan betapa sulitnya kehidupan keluarga miskin di daerah terpencil. Film ini sangat hening, namun kompleks dan menegangkan. 

Yang terbaru, Perempuan Tanah Jahannam (2019), film arahan Joko Anwar ini berhasil terpilih untuk mewakili Indonesia di Academy Awards tahun 2021.

Filmnya sendiri mengisahkan Maya (Tara Basro), seorang wanita yang sedang membutuhkan banyak uang. Bersama temannya yang bernama Dini (Marisa Anita), mereka pun pergi ke kampung halaman Maya untuk mendapatkan harta warisan yang mungkin bisa didapatkan di sana. Namun, permasalahan mulai timbul setelah Maya menyadari bahwa masa lalu yang kelam menghantuinya di desa itu. Para penduduk berusaha mencari dan membunuhnya karena suatu alasan yang misterius. 

Itulah kesepuluh film Indonesia yang pernah dikirimkan untuk mewakili Indonesia di ajang Oscar. Film-film di atas tidak kalah keren dari film luar negeri bukan? Film mana sajakah yang sudah kalian tonton?