Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Film Romantis Realis Terbaik, Hempaskan Ekspektasimu

Once (dok. Searchlight Pictures/Once)

Sadar atau tidak, ekspektasimu akan kisah cinta seringkali terlalu tinggi. Bukan semata-mata salah kita, kok. Sejak dini, produk budaya pop menjejalimu dengan kisah-kisah ala negeri dongeng yang selalu berakhir indah. Disney jadi salah satu yang paling gencar mempopulerkan kisah-kisah cinta penuh harapan. 

Gak salah memang menumbuhkan optimisme dalam benak anak-anak. Namun, kalau jadi terbawa sampai dewasa, kurang ideal juga rasanya. Untuk itu, kamu bisa menyesuaikan ekspektasimu soal cinta dengan nonton film romantis realisme berikut. Kebanyakan berakhir tragis, anggap saja pengingat kalau siapapun bisa merasakan patah hati, tak peduli seberapa yakinmu pada si dia. 

1. Anora (2024)

Anora (dok. Universal Pictures/Anora)

Dicinta, tapi juga dihujat, Anora memang film yang mematahkan ekspektasi banyak orang soal kisah cinta ala Cinderella. Benar saja, film ini mengikuti kisah cinta dua orang beda kelas yang berakhir kandas. Ani (Mikey Madison) diceritakan sebagai pekerja seks yang dilamar pemuda kaya raya. Optimis pernikahan itu akan jadi jalan keluarnya dari hidupnya yang sulit, Ani akhirnya ditampar realitas ketika keluarga suami barunya tak terima dengan pernikahan itu. 

2. Blue Valentine (2010)

Blue Valentine (dok. Incentive Filmed Entertainment/Blue Valentine)

Sebelum Anora, sebuah film romantis realisme pernah dirilis pada 2010. Berjudul Blue Valentine, film ini mengikuti hubungan asmara yang tak sehat. Padahal awalnya mereka diceritakan sebagai pasangan ideal yang bahagia. Namun, lama kelamaan sifat dan visi mereka tak lagi sejalan dan hubungan mereka mulai merenggang. Tragis dan relevan dengan banyak kisah cinta di dunia nyata, gak heran kalau film ini disebut salah satu sinema romantis terbaik. 

3. Once (2007)

Once (dok. Searchlight Pictures/Once)

Once juga bakal jadi tipe film yang menghempaskan ekspektasimu soal cinta. Berorbit pada pertemuan dua musisi secara tak sengaja, film musikal ini tidak berakhir seperti yang kamu harapkan. Punya minat sama sampai bekerja bareng sampai bikin album kolaborasi dengan bujet seadanya, penonton tentu berharap kalau mereka bakal berakhir jadi pasangan. Namun, bukan akhir sesederhana itu yang ternyata disiapkan sutradara John Carney untuk penonton. 

4. Brooklyn (2015)

Brooklyn (dok. BBC Film/Brooklyn)

Film romantis realisme lain yang wajib kamu tonton adalah Brooklyn. Saoirse Ronan memerankan Ellis, perempuan muda asal Irlandia yang bermigrasi ke New York demi penghidupan yang lebih layak. Ia kemudian jatuh cinta dan menikah dengan sesama pekerja migran di kota itu. Namun, satu hari, ia dapat kesempatan pulang ke Irlandia dan dihadapkan pada pilihan lain yang lebih nyaman dan mudah ketimbang kembali ke New York.

5. Marriage Story (2019)

Marriage Story (dok. Netflix/Marriage Story)

Marriage Story berpusat pada kehidupan pernikahan dua seniman yang selama ini adem anyem. Namun, siapa sangka salah sang istri tiba-tiba mengajutkan gugatan cerai. Tak terima, sang suami pun mencoba menyelamatkan pernikahannya dengan mendaftarkan diri ke konselor pernikahan. Di sinilah, akar masalah dari pernikahan mereka mulai terkuak. Marriage Story seperti pengingat kalau tak ada pernikahan yang sempurna. 

6. Far From Madding Crowd (2015)

Far From Madding Crowd (dok. Searchlight Pictures/Far From Madding Crowd)

Meski diadaptasi dari novel klasik, ada banyak hal dalam Far From Madding Crowd yang relevan sampai sekarang. Salah satunya kecenderungan seseorang memilih orang yang salah untuk jadi pasangannya. Faktornya beragam, tetapi kalau dalam kasusnya si lakon film ini, Bathsheba (Carey Mulligan), ia yang independen justru dimanfaatkan seorang pria yang ternyata tak pernah mencintainya. Padahal, ada sosok lain yang lebih tulus padanya, tetapi ia abaikan begitu saja karena pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kisah Bathsheba adalah definisi penyesalan selalu datang di akhir. 

7. A Summer's Tale (1996)

film A Summer's Tale (dok. Janus Films/A Summer's Tale)

A Summer's Tale juga dimulai dari momen pertemuan manis dua anak muda tak saling kenal saat berlibur di sebuah kota pesisir di Prancis. Awalnya Eric Rohmer, sang sutradara mengecoh penonton dengan chemistry keduanya yang sulit dibantah. Namun, beberapa menit kemudian terkuak deh kalau Gaspard (Melvil Poupaud), protagonis pria di film ini ternyata bukan sosok yang bisa dipercaya. Seberapapun kamu ingin mereka berakhir bersama, kamu bakal setuju dengan keputusan sang protagonis perempuan untuk tidak tertipu karisma pria yang baru ditemuinya itu.

8. My Favourite Cake (2024)

My Favourite Cake (dok. Adelaide Film Festival/My Favourite Cake)

My Favourite Cake berlatarkan Iran dan berlakonkan seorang janda berusia 70 tahun. Tinggal sendiri selama belasan tahun, ia akhirnya menemukan sesosok duda yang nasibnya sama persis dengannya. Bisakah mereka merasakan indahnya jatuh cinta seperti insan muda pada usia lanjut? Jawabannya bisa, sampai semua tidak indah lagi. Menyertakan konstelasi politik dan tatanan sosial Iran yang rigid, film ini kaya elemen realis yang menampar penonton. 

9. Closeness (2017)

Closeness (dok. Onda Cinema/Closeness)

Berlatarkan sebuah region di Rusia yang dihuni etnik minoritas Yahudi dan Kabardian, film mengikuti pergumulan batin Ilana (Darya Zhovner). Ia adalah perempuan Yahudi yang tinggal di lingkungan konservatif. Ketika adiknya diculik untuk tebusan, keluarga Ilana yang ekonominya pas-pasan akhirnya memilih menerima bantuan dari salah satu tetangga terdekat mereka. Namun, balasannya, Ilana harus menikah dengan pria dari keluarga itu. Masalahnya, Ilana ternyata sudah punya pujaan hati lain, pemuda beretnik Kabardian. Sebagai konteks, pernikahan antaretnik adalah sesuatu yang tak umum di Rusia. 

10. Oslo, August 31st (2006)

Oslo, August 31st (dok. Cannes Film Festival/Oslo, August 31st)

Film Norwegia yang menyabet puluhan nominasi ini adalah bagian dari Trilogi Oslo milik sutradara Joachim Trier. Kali ini, protagonis yang dipilih Trier adalah Anders (Anders Danielsen Lie), pria yang baru saja keluar dari pusat rehabilitasi karena isu kecanduan narkoba. Perlahan, ia mencoba memperbaiki hubungannya dengan orang-orang terdekat yang pernah ia kecewakan dulu. Termasuk beberapa perempuan yang pernah dan sedang jadi love interest-nya. 

Tak ada yang salah dengan nonton film romcom konvensional, tetapi boleh imbangi dengan mengulik genre romantic realism. Sebagai pengingat kalau kamu tetap harus menapak tanah bila bicara cinta. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us