Dari Ingmar Bergman ke Darren Aronofsky, para pembuat film sering merenungkan dua pertanyaan spiritual yang penting: apakah Tuhan itu ada? Dan jika ada, apa yang dia inginkan? Walau Martin Scorsese terkenal dengan film-film gangsternya, nyatanya dia menghabiskan banyak waktu untuk mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
Pada tahun 1988, ia mengambil sudut pandang baru Injil dengan film The Last Temptation of Christ. Hampir 30 tahun kemudian, Scorsese kembali dengan Silence, sebuah film tentang krisis iman yang menimpa seorang pria, ketika tampaknya ia telah ditinggalkan oleh Tuhan.
Butuh waktu sekitar 28 tahun bagi Scorsese untuk membawa Silence ke layar lebar, yang membuat film ini terasa seperti iman itu sendiri. Film ini menceritakan dua pendeta Yesuit (Andrew Garfield dan Adam Driver) yang menyelinap ke Jepang untuk menemukan mentornya yang hilang (Liam Neeson) yang diduga sudah melakukan kemurtadan.
Ketika pendeta Rodrigues (Andrew Garfield) ditangkap, ia dipaksa untuk membuat keputusan yang sulit: menyangkal dan mengambil risiko hukuman, atau menyaksikan saudara-saudara Kristennya disiksa sampai mati.
Dia pun berdoa dan meminta bantuan dari Tuhan, namun tidak ada jawaban, tidak ada mukjizat, dan dia merasa seolah-olah sudah dihancurkan oleh keheningan Tuhan.
Gambar dalam film ini diambil dengan indah oleh Rodrigo Prieto, yang kontras dengan keindahan Jepang dengan kebrutalan orang-orang yang disalib di laut. Skor yang disusun oleh Kim Allen Kluge dan Kathryn Kluge juga mengejutkan dalam kesederhanaannya, dengan hanya mengandalkan suara-suara alam.
Seperti yang ditulis Richard Roeper dalam ulasannya, Silence mengeksplorasi sifat iman, yakni bagaimana hal itu dapat menginspirasi baik harapan dan kekejaman, bagaimana itu bisa menghancurkan kehidupan, serta memberi kita kekuatan untuk berani meskipun ada sedikit keraguan dengan-Nya.