4 Film dan Serial Karya Barry Jenkins sebelum Mufasa: The Lion King

Setelah penantian panjang, Mufasa: The Lion King akhirnya tayang di bioskop Indonesia pada Rabu (18/12/2024). Film ini menawarkan perspektif baru yang memperkaya cerita aslinya dengan mengisahkan perjalanan Mufasa muda, ayah Simba, untuk menjadi raja Pride Lands. Berkat pendalaman karakter dan visual yang memukau, sejumlah kritikus menyebutnya sebagai sebuah peningkatan dari film pertamanya, yakni The Lion King (2019).
Respons positif ini tak lepas dari peran Barry Jenkins sebagai sutradara. Dikenal dengan gaya penyutradaraan yang peka akan isu dan estetika sinematografi yang kuat, sineas kelahiran Miami, Florida, AS, 45 tahun silam, ini mampu menghadirkan intensitas emosional dalam setiap karyanya. Namanya melambung berkat Moonlight (2016), yang meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Academy Awards alias Oscar.
Untuk kamu yang ingin mengenal lebih jauh karya-karya Barry Jenkins, berikut empat rekomendasi film dan serial garapannya selain Mufasa: The Lion King. Yuk, simak dan temukan keindahan sinematik lainnya dari sutradara kulit hitam berbakat ini!
1. Medicine for Melancholy (2008)

Bagi kamu yang menyukai film romansa dengan nuansa lo-fi yang intim dan artsy, debut film panjang Barry Jenkins ini wajib banget ditonton. Medicine for Melancholy menyajikan kisah cinta yang unik dan realistis di tengah lanskap Kota San Francisco. Film ini mengeksplorasi hubungan dua orang kulit hitam yang baru bertemu setelah one-night stand, Micah (Wyatt Cenac) dan Joanne (Tracey Heggins).
Menariknya, Medicine for Melancholy tak hanya berfokus pada dinamika hubungan Micah dan Joanne. Film ini juga menyinggung isu-isu sosial yang relevan, salah satunya gentrifikasi dan representasi minoritas di perkotaan. Dikemas dalam sinematografi yang khas dengan penggunaan kamera digital yang grainy, diskusi-diskusi yang muncul terasa natural dan relevan dengan konteks sosial saat itu.
2. Moonlight (2016)

Kebanyakan sinefili pasti telah akrab dengan film ketiga karya Barry Jenkins ini. Menjadi kejutan besar di Oscar 2017, Moonlight berhasil mengalahkan La La Land (2016), karya Damien Chazelle yang menjadi kandidat kuat malam itu, dalam kategori Best Picture. Kemenangan Moonlight terasa sangat spesial, mengingat tema dan representasi yang diusungnya jarang mendapat sorotan sebesar ini di ajang penghargaan sekelas Oscar.
Film ini mengisahkan tentang Chiron (diperankan oleh Alex R. Hibbert, Ashton Sanders, dan Trevante Rhodes), seorang pria Afrika/Amerika yang bergulat dengan identitas diri dan seksualitasnya. Kisahnya dibagi menjadi tiga babak penting yang menggambarkan masa kecil, remaja, dan dewasanya. Setiap babak memiliki nuansa yang berbeda, tetapi Jenkins, dengan sensitivitasnya, berhasil membentuknya menjadi sebuah narasi yang utuh dan menyentuh.
3. If Beale Street Could Talk (2018)

If Beale Street Could Talk adalah upaya Jenkins untuk menghidupkan novel romantis legendaris karya James Baldwin, dan ia sukses melakukannya. Bertempat di Harlem era 1970-an, film ini mengisahkan cinta Tish dan Fonny (diperankan oleh KiKi Layne dan Stephan James) yang penuh perjuangan. Latar belakang rasisme sistemik dan ketidakadilan hukum menjadi tembok besar yang menghadang kebahagiaan mereka.
Seperti halnya Moonlight, If Beale Street Could Talk juga meraih pengakuan di berbagai ajang penghargaan bergengsi, termasuk Oscar. Film ini mendapat tiga nominasi—termasuk Best Adapted Screenplay untuk Jenkins—dan berhasil membawa pulang piala Best Supporting Actress untuk Regina King dalam perannya sebagai Sharon, ibu Tish yang tegas dan penuh kasih. Dengan segala pencapaiannya, If Beale Street Could Talk tentu adalah karya Jenkins yang patut kamu acuhkan!
4. The Underground Railroad (2021)

Kegeniusan Barry Jenkins dalam bertutur tak hanya terbatas dalam media film. Tiga tahun lalu, pasangan dari Lulu Wang ini menelurkan sebuah miniseri berjudul The Underground Railroad yang diadaptasi dari novel pemenang Pulitzer karya Colson Whitehead. Miniseri ini hadir dalam 10 episode dan dapat kamu saksikan melalui platform Amazon Prime Video.
The Underground Railroad mengisahkan perjalanan Cora (Thuso Mbedu), seorang budak perempuan yang melarikan diri dari perkebunan di Georgia. Bersama rekannya, Caesar (Aaron Pierre), Cora menemukan Underground Railroad, jalur kereta api bawah tanah rahasia. Lewat perjalanan mereka, kamu akan dibawa menyusuri kengerian dan ketidakadilan di Amerika Selatan sebelum Perang Saudara.
Berbeda dengan penggambaran perbudakan yang seringkali eksploitatif, Jenkins memilih pendekatan yang lebih berempati. Ia lebih fokus pada perjalanan emosional Cora dan bagaimana ia membangun komunitas di tengah penderitaan. Tak heran jika The Underground Railroad berhasil meraih nominasi Outstanding Limited or Anthology Series di Emmy Awards 2021.
Mufasa: The Lion King hanyalah salah satu dari sekian banyak karya indah yang dihasilkan oleh Barry Jenkins. Melalui film-film dan serialnya, Jenkins mengajak kita merenung, berempati, dan melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Jika kamu menyukai karya-karya yang penuh makna, empat judul garapannya di atas wajib ada di watchlist-mu!