5 Film Folk Horror Keren Ini Siap Menebar Teror di Malam Halloween

Dari master film horror Jepang, Kaneto Shindô, Kuroneko adalah folk-horror yang diangkat dari cerita rakyat Jepang yang melegenda. Film folk-horror yang satu ini sangat mengerikan, menawan,sekaligus memuaskan bagi pecinta film slasher. Ditambah dengan sinematografi yang ciamik dari Norimichi Igawa dan Kiyomi Kuroda, Kuroneko adalah pilihan yang tepat untuk masuk ke dalam list maraton film horror di malam halloween nanti.

Kuroneko sendiri mengisahkan tentang sekelompok samurai bayaran yang dipimpin oleh Raiko Minamoto (Kei Satô) yang dibayar oleh seseorang untuk menyerbu rumah dan Yone (Nobuko Otowa) dan putrinya, Shigei (Kiwako Taichi), secara brutal. Naas, korban mereka bangkit dari kematian dan menghantui mereka untuk menuntut balas atas perbuatan keji mereka. 

Di tengah Perang Saudara di Inggris abad ke-17, sekelompok tentara yang sedang dalam upaya melarikan diri dari pertempuran ditangkap oleh seorang alkemis. Mereka dipaksa untuk membantunya mencari harta karun yang menurutnya terkubur di sebuah ladang tak terurus. 

Meskipun sinopsisnya terkesan jauh dari kata horror, A Field in England adalah salah satu folk-horror yang mampu membuat kamu mengalami mimpi buruk berkepanjangan.

Bagaimana tidak? Film ini memaksa kita untuk menghadapi mimpi buruk yang tengah dialami oleh sekelompok pecundang. Ditambah alkemis gila yang bobrok dan egois ini terus mencekoki mereka soal harta karun mistis, sudah bisa dipastikan kalau pengalaman kamu selama menonton film ini sangatlah luar biasa memuakkan.

Meskipun sama-sama mengusung tema folk-horror dan sama-sama dirilis pada tahun 2019, Hagazussa tidak sepopuler Midsommar. Selain karena sangat sutradara, Ari Aster, sedang berada dipuncak popularitas, Midsommar juga membuat heboh pecinta film dengan pemotongan durasi yang lumayan ekstrem dari lembaga sensor Amerika.

Tapi di sini kita tidak akan membahas Midsommar. Kita akan membahas sebuah masterpiece folk-horror yang hanya diminati oleh segelintir orang saja. Yap, Hagazussa: a Heathen's Curse. Dari judulnya saja sudah jelas kalau film ini membahas tentang takhayul yang dipercaya oleh warga Eropa yang super paranoid pada abad 15.

Jika kamu berpikir kalau film ini akan menyuguhkan sekelompok orang yang mencoba menyingkirkan penyihir dari desa tempat mereka tinggal, well, kamu salah besar. Hagazussa mengajak kita untuk melihat cerita ini dari sudut pandang orang yang di anggap penyihir dan membawa malapetaka ke desa mereka.

Orang yang disudutkan hingga dilecehkan oleh warga karena dianggap bersekutu dengan iblis. Intinya adalah jangan pernah macam-macam dengan wanita pendiam di lingkungan tempat tinggal kamu.

Segera setelah orang asing tiba di sebuah desa kecil, penyakit misterius mulai menyebar. Seorang polisi pun dipaksa untuk memecahkan misteri demi menyelamatkan putrinya.

Kebanyakan film folk-horror identik dengan budaya dan tradisi bangsa Eropa pada abad pertengahan. Folk-horror juga identik dengan mitos, cerita rakyat, dan hal-hal berbau mistis di suatu daerah. Hal ini juga yang coba Ha Nong-Jin angkat dalam film The Wailing.

Dalam film ini, Nong-Jin menggambarkan bagaimana warga yang masih memegang teguh tradisi dan budaya sering menjadikan hal-hal berbau mistis sebagai kambing hitam untuk setiap hal buruk yang terjadi pada mereka. 

Mengisahkan tentang sebuah keluarga di abad pertengahan yang diteror oleh kekuatan astral, The VVitch adalah salah satu folk-horror dengan design produksi paling memukau. Tidak heran mengingat sang sutradara, Robert Engges, sebelumnya pernah bekerja di departemen design produksi. 

Salah satu dari banyaknya kelebihan dari film ini adalah pencahayaannya yang natural, dialog yang tepat meskipun porsinya sedikit, hingga desain kostum yang akurat. Selain itu, sinematografi yang indah serta latar hutan belantara semakin mempertegas bahwa The VVitch adalah folk-horror terbaik di sepanjang sejarah perfilman. 

Gimana, mau nonton yang mana dulu nih kamu?