Film horor dengan latar kampus bisa menghancurkan kehidupan impian para mahasiswa. Saat masuk ke jenjang kuliah, mahasiswa umumnya mendambakan hidup yang lebih bebas. Sementara beberapa film horor justru memilih menampilkan teror di area kampus.
Penggemar film horor biasanya akan melahap setiap tema yang dihadirkan genre ini. Area kampus pun bisa menjadi arena penuh teror yang mendebarkan. Kelima judul film horor ini bisa memberi gambaran teror di kampus yang sesungguhnya.
Pieces berlatar di Boston University, salah satu kampus dengan reputasi besar. Akan tetapi, reputasi besar tersebut tidak menghindarkan kampus dari teror mematikan. Mahasiswi yang bersekolah tersebut banyak menjadi korban mutilasi yang misterius.
Sadar akan kasus teror yang ganjal, detektif di kota tersebut mulai melakukan penyelidikan. Temuan pertama mengarah ke pola pembunuhan yang begitu mirip. Teror tersebut pasti mengarah ke salah satu psikopat yang pandai bersembunyi.
Setiap kampus pasti memiliki mitos mengenai fakultas kedokteran yang selalu angker. Sementara di Flatliners, para mahasiswa kedokteran justru yang memunculkan keangkeran tersebut. Masalah di Flatliners berasal dari keisengan mahasiswa.
Awalnya, sekelompok mahasiswa kedokteran hanya ingin melakukan eksperimen terkait kehidupan setelah kematian. Eksperimen tersebut justru menjadi awal dari petaka kampus mereka. Satu per satu kejadian horor bermunculan setelah ekperimen berbahaya tersebut.
Film perdana Scream mendulang kesuksesan dengan mengambil latar di sebuah SMA. Sekuelnya, Scream 2, pun mengikuti perjalanan dengan mengambil latar kampus. Tentu skala teror dalam sekuel kali ini lebih besar dari sebelumnya.
Sydney (Neve Campbell) yang kali ini sudah berkuliah menyadari bahwa ia menjadi target pembunuh keji. Sial bagi Sydney, pembunuh kali ini sudah memakan banyak korban. Ia pun harus berjuang ekstra keras untuk menghindari teror yang lebih besar.
Urban Legend menjadi salah satu film horor terkenal pada akhir dekade 1990an. Sebuah kampus dikejutkan oleh kasus pembunuhan yang tiada henti. Setiap ada kasus baru, para mahasiswa pun langsung menaruh curiga.
Natalie (Alicia Witt) merasa mulai bisa menebak pola yang digunakan pelaku. Pembunuh ternyata terinspirasi dari sejumlah urban legend yang selama ini ada. Kesadaran tersebut membuat Natalie dan teman-temannya langsung ekstra waspada dan menuntut keberanian mereka menghadapi pembunuh yang begitu dekat.
Konsep Happy Death Day tergolong segar dan unik. Film ini menggabungkan horor dan konsep groundhog day atau hari yang berulang. Jessica Rothe tampil memukau sebagai pemeran utama dalam film ini.
Theresa mendapati dirinya terus mengulang hari yang sama setelah pulang dari pesta. Awalnya, Theresa tidak bisa berbuat banyak meski menyadari keanehan dalam hidupnya. Perlahan, ia menyadari bahwa ia harus menemukan identitas pembunuhnya agar bisa hidup normal kembali.
Beberapa film horor berlatar kehidupan kampus mungkin terasa familier bagi para mahasiswa. Sejumlah cerita horor kampus yang legendaris ternyata bisa ditemui di film juga.