Festival Film Indonesia (FFI) telah mengumumkan film-film yang masuk ke dalam 30 film seleksi awal untuk FFI 2023 pada Jumat (1/9/2023) kemarin. Dari sederet film tersebut, salah satu genre film yang cukup mendominasi adalah horor.
Mengangkat tema cerita yang menarik dengan latar budaya-budaya di Indonesia, deretan film horor Indonesia memang layak untuk masuk kedalam nominasi FFI tahun ini. Berikut lima film horor yang masuk ke dalam 30 film seleksi awal Festival Film Indonesia 2023.
Puisi Cinta yang Membunuh bercerita tentang kehidupan Ranum (Mawar de Jongh), perempuan yang mudah terpikat dengan untaian kata indah seperti puisi. Hal itu pula yang membuatnya jatuh cinta pada Hayat (Baskara Mahendra). Kehidupan cinta Ranum berjalan bahagia. Sampai akhirnya, datang sosok Rendy (Morgan Oey) yang menggoda Ranum dengan kemampuannya memasak dan kepiawaiannya bersilat lidah.
Tanpa disadari, Ranum diam-diam mendapat pengawasan dari sosok misterius. Ia mulai menyadari akan hal tersebut setelah beberapa waktu berjalan. Teror mulai dirasakannya dan tidurnya tidak bisa lagi nyenyak.
Saat berada di rumah, dirinya penuh kecurigaan tentang kemungkinan munculnya seseorang secara tiba-tiba. Teror pun berlanjut lewat kekerasan fisik. Ranum mendapatkan serangan dari orang yang tidak kenal beberapa kali. Sebenarnya apa yang terjadi pada Hanum?
Qodrat menceritakan Ustad Qodrat (Vino G. Bastian) yang pernah melakukan kegagalan sangat menyakitkan ketika melakukan proses rukiah. Pada saat itu, yang dirukiah adalah anaknya sendiri, Alif Al-Fatanah (Jason Bangun), yang dirasuki setan bernama Assuala.
Gagal merukiah sempat membuat Ustad Qodrat patah semangat dan memilih kembali ke pesantren yang berada di Desa Kober. Sesampainya di pesantren, Ustad Qodrat merasakan dan melihat suasana yang berbeda. Ia merasa ada energi makhluk halus yang begitu besar dan ada banyak gangguan yang tak bisa dijelaskan dengan logika.
Sampai puncaknya, Ustad Qodrat dihadapkan harus merukiah anak laki-laki lagi bernama Alif Amri (Keanu Azka), putra bungsu Yasmin (Marsha Timothy). Lantas, ia kembali mengingat anaknya yang gagal diselamatkan dan sangat berusaha untuk menolong Alif Amri guna menebus kesalahan pada anaknya yang lalu.
Qorin mengikuti kehidupan seorang santri tingkat tiga Madrasah Aliyah bernama Zahra (Zulfa Maharani). Zahra dikenal sebagai santri berprestasi dan teladan yang patuh dan taat kepada para gurunya.Ssalah satunya adalah Ustad Jaelani (Omar Daniel). Zahra rela melakukan apa pun agar nilai dan prestasinya dapat bertahan, termasuk ketika ia ditugaskan untuk menjaga santri baru bernama Yolanda (Aghniny Haque).
Yolanda dikenal di kalangan santri sebagai santri yang bermasalah hingga tidak banyak yang ingin mendekatinya. Tidak hanya menjaga Yolanda, Zahra juga diminta oleh Ustad Jaelani untuk melakukan ritual memanggil jin yang mendampingi manusia atau dikenal dengan Qorin. Nyatanya, Ustad Jaelani memiliki niat terselubung yang dapat membahayakan para santri dan keberadaan pesantren.
Sewu Dino mengisahkan Sri (Mikha Tambayong) yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ia hanya hidup dengan sang ayah. Kondisi ayah Sri sakit-sakitan, sehingga membuatnya harus bertanggung jawab untuk memenuhi kehidupan keluarganya.
Suatu hari, Sri direkrut untuk bekerja di keluarga Mbah Atmojo (Karina Suwandi) dengan bayaran tinggi. Pekerjaan tersebut sebenarnya penuh misteri dan mencurigakan. Bayaran tinggi yang diberikan tersebut hanya berdasarkan pertimbangan karena Sri lahir pada Jumat Kliwon.
Sri tidak sendiri dalam pekerjaan tersebut, ia memiliki rekan kerja bernama Erna (Givina Lukita) dan Dini (Agla Artalidia). Ketiganya ternyata memiliki kesamaan, yaitu lahir pada Jumat Kliwon. Mereka dipekerjakan di sebuah tempat tersembunyi di tengah hutan, tugas mereka adalah memandikan dan menjaga Dela Atmojo (Gisellma Firmansyah ), cucu Mbah Karsa Atmojo yang tidak sadarkan diri. Tubuh Dela diikat dan ditempatkan dalam sebuah keranda. Dari sanalah beragam kejadian mistis menimpa Sri dan rekan-rekannya
Waktu Maghrib bercerita tentang Adi (Ali Fikry), Saman (Bima Sena), dan Ayu (Nafiza Fatia) yang tinggal di Desa Jatijajar, sebuah desa terpencil di Jawa Tengah. Karena harus membantu keluarga mereka di ladang, Adi dan Saman sering terlambat masuk sekolah. Akibatnya, keduanya sering dihukum oleh Bu Woro (Aulia Sarah).
Suatu hari, mereka menyumpahi Bu Woro agar guru itu mati saja. Sumpah ini terucap bersamaan dengan berkumandangnya azan Maghrib. Tak lama sesudahnya, Bu Woro meninggal secara mengenaskan.
Sejak itu, Adi dan Saman mengalami teror supranatural yang mengerikan. Lama kelamaan, teror tak hanya mengancam fisik, namun juga jiwa mereka. Saman tiba-tiba bunuh diri tepat di saat adzan Maghrib berkumandang. Ayu menduga ada kekuatan jahat yang lebih menakutkan di balik rentetan kejadian ini.
Akhirnya, melalui Pak Lik, seorang penderita trauma psikologis yang mengalami kejadian sama 30 tahun lalu, Ayu mendapatkan kekuatan dan arahan. Jika ia tak melakukan sesuatu, Adi akan bernasib sama seperti Saman.
Meski sama-sama bergenre horor, tetapi kelima film horor di atas memiliki jalan cerita berbeda dan mempunyai kelebihannya masing-masing. Mana film horor jagoanmu di FFI 2023 nanti?