Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
A Normal Woman (dok. Netflix/A Normal Woman)
A Normal Woman (dok. Netflix/A Normal Woman)

Isu patriarki menjadi salah satu isu penting dalam kehidupan sehari-hari, lantaran sering terjadi, sehingga sineas kerap menghadirkan isu satu ini ke dalam karya garapannya. Biasanya, sineas mencoba memberikan awareness akan isu patriarki itu sendiri.

Selain itu, isu patriarki cocok dipadukan dalam film genre thriller, sebab menawarkan beberapa adegan yang terbilang menegangkan atau eksplisit. Nah, kebetulan ada deretan film thriller Indonesia yang menghadirkan isu patriarki, salah satunya rilisan Netflix baru-baru ini, yaitu A Nomal Woman (2025).

Berikut adalah kelima film thriller Indonesia yang hadirkan isu patriarki atau dominasi pria terhadap perempuan, dijamin salah satunya siap buat kamu acungkan jempol!

1. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)

Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (dok. Cinesurya/Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak)

Plot bermula pada suatu hari di sebuah padang sabana Sumba, Indonesia, sekawanan tujuh perampok mendatangi rumah seorang janda bernama Marlina (Marsha Timothy). Mereka mengancam nyawa, harta dan juga kehormatan Marlina dihadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi duduk di pojok ruangan. Keesokan harinya dalam sebuah perjalanan demi mencari keadilan dan penebusan, Marlina membawa kepala dari bos perampok, Markus (Egi Fedly), yang ia penggal tadi malam. Marlina kemudian bertemu Novi (Dea Panendra), yang menunggu kelahiran bayinya, dan Franz (Yoga Pratama), yang menginginkan kepala Markus kembali. Markus yang tak berkepala juga berjalan menguntit Marlina.

Mengeksplorasi tema patriarki yang kejam, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) terakui menjadi salah satu film thriller lokal terbaik, terutama dari segi penyampaian konflik dan isunya, hal ini didukung oleh akting ciamik Marsha Timothy. Di samping itu, latar western menjadi sesuatu visual yang segar dan baru bagi sinema Indonesia. Tak hanya itu, detail-detail mengenai budaya patriarki dalam warga Sumba terkemas dalam dialog-dialognya yang solid.

2. Penyalin Cahaya (2021)

Penyalin Cahaya (dok. Netflix/Penyalin Cahaya)

Mengemas konsep whodunnit, lantaran dipadukan elemen misteri, Penyalin Cahaya (2021) patut kamu masukan ke dalam watchlist utama, sebab film thriller Indonesia ini siap membawa kamu ke dalam plot yang mind-bending. Tak hanya itu, isu mengenai patriarki berhasil menambah intensitas konflik yang dibawakan, bahkan efektif memberikan awareness bagi para penontonnya.

Jika kamu belum menonton, plotnya berkisah pada kisah Suryani, seorang mahasiswi yang mengalami pelecehan seksual setelah menghadiri pesta perayaan kemenangan grup teater kampusnya, Mata Hari. Foto-fotonya yang mabuk tersebar luas, membuatnya kehilangan beasiswa dan diusir dari rumah. Bersama temannya, Amin, seorang tukang fotokopi, Sur berupaya mengungkap kebenaran di balik malam pesta tersebut dan mencari keadilan

3. Sehidup Semati (2024)

Sehidup Semati (dok. StarVisionPlus/Sehidup Semati)

Mengangkat isu KDRT dan paling utama menyoroti isu patriarki dalam rumah tangga, Sehidup Semati (2024) menggambarkan bagaimana budaya patriarki, yang menempatkan laki-laki pada posisi superior, sehingga dapat memperparah KDRT dan membatasi pilihan perempuan. Dibintangi oleh Laura Basuki dan Ario Bayu, film thriller satu ini sukses ditonton banyak penggemarnya, sebab mereka penasaran akan penampilan keduanya sebagai pasangan suami-istri.

Meskipun berlabel thriller, Edwin sebagai sang sutradara menambahkan berbagai elemen lainnya, seperti horor dan psikologikal, maka tak heran kamu bakalan dibuat tak nyaman atau perasaan berdebar di sepanjang adegan. Tetapi, hal ini lah uang menjadi nilai jual bagi film rilisan Starvision Plus satu ini, lho.

4. Kupu-Kupu Kertas (2024)

Kupu Kupu Kertas (dok. Maxima Pictures/Kupu Kupu Kertas)

Dibintangi aktris cantik bernama Amanda Manopo, Kupu-Kupu Kertas (2024) visualkan patriarki di era penjajahan yang kejam dan brutal. Meski tak sepenuhnya mengemas isu patriarki, tetapi pembangunan isu akan patriarki terkemas secara tak langsung dan berhasil menjadi awareness. Di sisi lain, film thriller satu ini menawarkan visual yang kelam dan indah secara sekaligus, serta subgenre sejarah dan romantis bermain sesuai porsinya.

Cocok dijadikan tontonan di kala membutuhkan cerita menyedihkan, premis berkisah tentang kisah cinta antara Ning, yang tumbuh dalam keluarga berideologi PKI, dan Ihsan, yang berasal dari keluarga NU, di tengah konflik sosial dan politik Indonesia tahun 1965. Kisah cinta mereka bersemi di tengah perbedaan latar belakang, namun situasi memanas ketika terjadi kekerasan antara kelompok PKI dan NU, yang melibatkan keluarga mereka.

5. A Normal Woman (2025)

A Normal Woman (dok. Netflix/A Normal Woman)

Baru dirilis di Netflix pada 24 Juli 2025 kemarin, A Normal Woman (2025) suguhkan isu patriarki dalam konsep penuh teror surealis yang mind-blowing. Menyabet Marissa Anita sebagai pemeran utama, tentunya filmnya sukses menyajikan sesuatu yang intens, apalagi saat adegan eksplisit dan kekerasan mulai dihadirkan. Digarap oleh Lucky Kuswandi, film thriller satu ini terbangun dengan plot slow-burn, sehingga cocok bagi kamu yang suka film-film thriller yang membuat penasaran dan di penghujung tersaji twist apik.

Plot utama A Normal Woman (2025), berkisah tentang Milla yang menjalani kehidupan rumah tangga yang terlihat sempurna bersama suaminya. Namun, segalanya berubah ketika ia tiba-tiba terjangkit sebuah penyakit misterius, yang juga membuka rahasia kelam dari masa lalunya.

Film thriller Indonesia yang mengulik tema atau isu patriarki menjadi sesuatu tontonan yang penuh makna mendalam, lantaran membawa awareness dan nilai-nilai berarti bagi penontonnya. Maka tak heran, sineas Indonesia dan rumah produksi ternama, seperti Netflix terus merilis film-film bertema serupa.

Nah, setelah mengetahui kelima film thriller Indonesia yang membawa isu patriarki di atas, kamu tentunya tertarik untuk menonton salah satunya, bukan? Jadi, sudah putuskan mau nonton yang mana dulu, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team