5 Film yang Skenarionya Ditulis Jeremias Nyangoen, Penulis Hebat FFI!

Pertama ada Denias, Senandung di Atas Awan, yang dibintangi oleh Albert Fakdawer dan Marcella Zalianty. Menceritakan tentang seorang anak petani dari pedalaman Papua, yang bermimpi untuk bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi dan layak. Berbeda dengan yang lain, Denias memilih untuk melewati bukit, gunung dan sungai, agar bisa mendatangi sebuah sekolah modern, yang berada jauh dari tempat tinggalnya.

Mengambil latar pulau Cendrawasih di Papua, Denias, Senandung di Atas Awan berhasil menjadi primadona dalam skala nasional dan internasional. Kali ini, Jeremias Nyangoen sebagai penulis, bekerja sama dengan Monty Tiwa dan John de Rantau, untuk menghadirkan skenario yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik.

Kedua ada film Sang Dewi (2007), yang dibintangi langsung oleh Volland Humonggio, Sabai Morscheck, Donny Alamsyah dan Cathy Sharon. Sang Dewi menceritakan seorang pria bisu bernama Beno, yang memiliki keinginan besar untuk menjadi petinju profesional. Hingga di sini, dia bertemu dengan sahabat terbaiknya Aliang, yang diperankan Donny Alamsyah.

Di tengah perjalanan Beno untuk meraih mimpi, dia bertemu dengan seseorang dari masa lalunya, hingga tumbuh benih-benih cinta. Namun sayang kisah asmara Beno dengan perempuan baru tersebut, ditentang keras oleh Aliang. Pasalnya, perempuan tersebut merupakan PSK, yang sebelumnya pernah ditiduri oleh Aling beberapa waktu yang lalu.

Ketiga ada Serdadu Kumbang (2011), yang dibintangi langsung oleh Ririn Ekawati, Titi Sjuman, Putu Wijaya, Asrul Dahlan dan Lukman Sardi. Di bawah arahan sutradara Ari Sihasale, Serdadu Kumbang menceritakan tentang sulitnya beberapa anak sekolah dasar untuk lulus, karena sistem ujian nasional yang dirasa terlalu memberatkan mereka.

Tinggal jauh dari perkotaan dengan fasilitas yang serba terbatas, beberapa anak dituntut untuk bisa pintar, sama seperti anak-anak yang bersekolah di kota. Selain itu, mereka juga diberikan banyak sekali tekanan, hingga sistem pendidikan yang keras dan kaku. Pemberontakan pun, mulai dilakukan oleh beberapa siswa, karena sudah tidak tahan.

Keempat ada film Rumah Merah Putih, yang dibintangi oleh Pevita Pearce dan Yama Carlos. Rumah Merah Putih, menceritakan tentang kehidupan beberapa anak dari NTT, yang hidup di perbatasan Indonesia. Berpusat pada kisah dua orang anak, yang diberikan tugas untuk mengecat saat 17 Agustus, tetapi malah sibuk mengikuti perlombaan panjat pinang.

Sialnya, panjat pinang yang diikuti oleh dua anak asal NTT tersebut, gagal hingga menimbulkan perselisihan. Di sisi lain mereka lupa, bahwa cat merah putih yang akan digunakan dalam acara 17 Agustus tersebut, hilang entah kemana. Pencarian demi pencarian, dilakukan oleh kedua anak tersebut, demi rasa bertanggung jawab.

Sedang tayang di bioskop, kelima ada Women from Rote Island (2024). Memiliki judul lain bernama Perempuan Berkelamin Darah, film ini menceritakan tentang pulangnya seorang pekerja ilegal dari Malaysia ke Indonesia, dengan kondisi yang memprihatinkan. Di mana saat bekerja di sana, perempuan tersebut mendapatkan pelecehan seksual hingga trauma.

Baru saja ditingalkan untuk selama-lamanya oleh sang suami, perempuan tersebut harus membesarkan anaknya, yang juga menjadi korban pelecehan seksual. Di tambah, mereka berdua harus menghadapi tradisi dari masyarakat sekitar, yang kerap meremehkan para perempuan, hingga sulit mendapatkan keadilan dari apa yang mereka rasakan.

Selain sebagai sutradara dan penulis skenario, Jeremias Nyangoen juga sempat membintangi beberapa film, lho. Sebut saja membintangi Kuldesak (1998), Beth (2002), Kanibal - Sumanto (2004) dan Ketika (2004).