5 Hal Menarik Dari Episode Terakhir Mata Najwa 'Catatan Tanpa Titik'

Seolah ingin menyuguhkan penutup yang indah. Mata Najwa episode 'Catatan Tanpa Titik' menghadirkan sejumlah tokoh pesohor publik, mulai dari bidang hiburan seperti Syahrini, putra Presiden Joko Widodo, Kaesang, sampai tokoh politik, seperti Fadli Zon, Fahri Hamzah, Menteri Susi Pudjiastuti, para anggota KPK dan masih banyak lagi, untuk membacakan catatan berisi pesan dan kesan mereka kepada kemajuan negeri Indonesia, serta untuk Mata Najwa sendiri.

Ada yang unik ketika putra Presiden Joko Widodo, Gibran, mendapat giliran untuk menjadi tuan rumah sementara dan ditantang untuk mewawancarai Najwa Shihab. Di tengah-tengah tugasnya, ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang, yang ternyata adalah ayahnya sendiri. Dalam percakapan lewat telefon, Gibran menanyakan apakah ada pertanyaan yang ingin dititipkan sang ayah kepada Najwa Shihab, namun sayangnya, pertanyaan yang diberi oleh Pak Jokowi sudah ditanyakan oleh Gibran.

Sebagai salah satu narasumber yang sering diundang Mata Najwa, Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok turut mengirimkan catatan berisi pesan dan kesannya untuk Mata Najwa. Surat hasil tulis tangan Ahok ditampilkan pada episode Catatan Tanpa Titik ini.

Di salah satu sesi, Sujiwo Tedjo tampil membawakan pertunjukkan wayang, di mana ia menampilkan wujud Najwa Shihab sebagai wayang wanita, dan menggambarkannya sebagai sosok wanita yang membawa banyak perubahan bagi kesejahteraan negeri ini, dengan keberaniannya mengungkap ketidakadilan serta praktek kotor di balik kepemerintahan.

Di penghujung acara, sang tuan rumah, Najwa Shihab, membacakan catatannya yang terakhir, diberi judul Catatan Tanpa Titik. Najwa tampak membacakannya sambil menahan air mata. Dengan suara tegas seperti biasanya, ia berhasil membuat semua penonton terenyuh.

Dengan berakhirnya Mata Najwa, kita telah kehilangan satu lagi program tv berkualitas yang begitu penuh dengan motivasi dan edukasi. Meski begitu, janji Najwa Shihab untuk terus menjadi jurnalis setidak memperbolehkan kita untuk berharap agar ia akan kembali, suatu saat nanti, dengan program yang tidak kalah mendidik. Sukses selalu, mbak Nana!