Film live adaptation Mulan sudah lama dinanti-nantikan. Sempat ditunda premiernya karena pandemik, akhirnya film ini bisa ditonton masyarakat luas secara online lewat layanan streaming Disney+.
Para penggemar Disney's Classic maupun pencinta film drama kolosal Tiongkok sangat antusias melihat aksi Liu Yifei dan kawan-kawan. IDN Times telah menyaksikan Mulan (2020) terbaru dan menemukan lima kelebihan dan kekurangan berikut.
Diangkat dari legenda asal negeri tirai bambu, film ini berkisah tentang seorang gadis bernama Mulan. Berbeda dengan para gadis lain yang lembut dan penurut, Mulan punya jiwa petualang dan energi Chi yang besar.
Namun, hal ini justru dianggap membuat malu keluarganya sehingga sang ayah memintanya menyembunyikan kekuatannya yang sebenarnya.
Sepanjang film, kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam dan panorama cantik. Mulan (2020) berlokasi syuting di New Zealand dan China yang terkenal dengan daya tarik geografisnya.
Selain itu, film besutan Niki Caro ini juga 'dipersenjatai' efek visual top dunia. Setiap adegan kolosal dan ajaib di dalamnya terasa begitu halus dan nyata.
Ketika pasukan Rouran yang dipimpin oleh Böri Khan mengancam keselamatan China, seluruh pria di negara itu terpaksa ikut wajib militer. Termasuk ayah Mulan yang sudah renta.
Diam-diam Mulan kabur dari rumah untuk menggantikan posisi sang ayah di pasukan kerajaan. Ia menyamar sebagai pemuda bernama Hua Jun yang perlahan tapi pasti menunjukkan bakat luar biasa di bidang militer.
Sebagai film kolosal bertema sejarah, gak heran jika Mulan (2020) sarat dengan adegan aksi dan peperangan akbar. Film ini juga dibintangi sejumlah aktor laga terbaik dunia, mulai dari Donnie Yen, Jason Scott-Lee hingga Jet Li. Tak heran jika koreografi laga di film ini tampak kece.
Selain itu adegan peperangan yang ditampilkan juga terasa megah dan menggetarkan penonton. Layaknya film-film kolosal asal China yang tersohor selama ini.
Bagi kamu yang menonton Mulan (2020) dengan harapan bisa bernostalgia, mungkin harus mengubah sudut pandangmu. Sebagai adaptasi live action, tampaknya Mulan berusaha mencari pendekatan yang lebih realistis dan dramatis.
Sisi-sisi humor dan magis dalam film animasinya dikurangi atau diubah. Dari trailer pun kamu mungkin sudah tahu bahwa Mushu si naga tengil idola generasi 90-an ditiadakan dalam versi terbaru ini.
Sebagai gantinya ada sosok magis lain seperti Xianniang yang diperankan oleh Gong Li. Seperti apa perbedaannya, kamu bisa bandingkan sendiri saat menyaksikannya ya!
Misalnya, kenapa para tokohnya tidak bicara dengan bahasa Mandarin saja untuk menambah nuansa otentik? Nantinya, kan bahasa Inggris bisa dibuat sebagai dubbing.
Walau sejumlah perubahan dibuat di versi ini, namun beberapa bagian justru terasa anyep dan bertele-tele. Mulan yang digambarkan memiliki karunia istimewa dan berbeda dari manusia lain juga membuat sisi emosional dari perjuangannya sedikit hambar.
Para penikmat film kolosal asal China juga mungkin akan membandingkan kemegahan penggambaran kerajaan zaman dahulu di film-film lokal versus versi Disney ini. Tak lupa juga cara terungkapnya Mulan sebagai cewek yang bikin sebagian orang mungkin akan nyeletuk "Hah? Udah, gitu aja?"
Walau tidak sempurna, namun harus diakui semangat Mulan untuk mengusung isu kesetaraan gender dan feminisme harus diberi kudos. Para penonton mungkin harus berusaha melepas ekspektasi mereka dalam menikmati adaptasi terbaru ini.
IDN Times memberi skor 5/10 untuk film terbaru Liu Yifei ini. Jangan lupa saksikan Mulan (2020) hanya di Disney+ ya!