Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Lagu yang Ternyata Merusak Reputasi Musisi Ternama, Pernah Dengar?

Eminem (instagram.com/eminem)

Setiap musisi punya momen eksperimen saat mencoba keluar dari zona nyaman dan mengeksplorasi hal baru. Namun, tidak semua eksperimen berakhir dengan tepuk tangan. Beberapa lagu justru menjadi blunder besar yang mengubah cara penggemar memandang musisi favorit mereka.

Ketika harapan tinggi tidak terpenuhi atau ketika lagu terasa terlalu jauh dari identitas asli mereka, hasilnya bisa menghancurkan reputasi yang sudah dibangun bertahun-tahun. Ada banyak contoh lagu yang membuat para penggemar bertanya-tanya. Nah, berikut ini deretan lagu yang ternyata merusak reputasi musisi ternama.

1. "Fack"– Eminem

Eminem adalah salah satu rapper paling berbakat dan kontroversial sepanjang masa. Sayangnya, lagu “Fack” dari album Curtain Call: The Hits jelas menjadi salah satu noda dalam diskografinya. Lagu ini dianggap terlalu vulgar dan sama sekali tidak lucu, seperti versi gagal dari humor gelap yang sering ia gunakan di masa lalu.

Dengan lirik yang aneh dan terlalu eksplisit, lagu ini lebih terasa seperti lelucon murahan daripada karya seorang legenda hip-hop. Banyak yang menganggap lagu ini sebagai titik terendah Eminem dalam hal kreativitas. Alih-alih menghadirkan cerita atau lirik cerdas yang sering menjadi kekuatannya, “Fack” hanya menawarkan deretan kalimat absurd yang sulit dicerna.

Bahkan untuk seorang Eminem yang dikenal berani menantang norma, lagu ini justru memperburuk citranya di mata para pendengar setia.

2. "We Are The Clash" – The Clash

The Clash adalah ikon punk rock yang dikenal karena keberanian mereka menyuarakan isu sosial dan politik. Namun, lagu “We Are The Clash” dari album Cut the Crap malah menjadi bencana. Setelah Mick Jones keluar dari band, Joe Strummer tetap melanjutkan proyek ini dengan formasi baru yang jauh dari energi dan orisinalitas yang mereka miliki sebelumnya.

Lagu ini lebih terasa seperti yel-yel sepak bola yang membosankan daripada himne punk yang bermakna. Lagu ini seolah menjadi penegasan bahwa The Clash tanpa Jones bukanlah The Clash yang sebenarnya.

Bagi banyak penggemar, “We Are The Clash” adalah penghinaan terhadap warisan band ini, terutama setelah mereka menghasilkan karya monumental seperti “London Calling”. Lagu ini hanya meninggalkan rasa kecewa dan memperburuk reputasi band.  

3. "I Don't Want To Miss A Thing" – Aerosmith

Sebagai salah satu lagu balada rock terbesar, “I Don’t Want To Miss A Thing” mendatangkan kesuksesan komersial yang luar biasa bagi Aerosmith. Namun, bagi sebagian penggemar, lagu ini justru menjadi awal dari penurunan identitas band. Diciptakan oleh Diane Warren untuk soundtrack film Armageddon, lagu ini memang indah, tetapi terasa terlalu manis dan jauh dari imej "bad boys of rock" yang menjadi ciri khas mereka.

Kesuksesan lagu ini membawa Aerosmith lebih jauh ke ranah pop rock komersial. Ini mengorbankan elemen liar dan edgy yang mereka miliki di awal karier mereka. Meskipun lagu ini tidak buruk secara musikal, banyak yang merasa Aerosmith mulai kehilangan jiwa rock n’ roll mereka, terutama dengan album-album berikutnya yang cenderung terlalu radio friendly.

4. "The Miracle (of Joey Ramone)" – U2

Lagu ini seharusnya menjadi penghormatan U2 untuk salah satu ikon punk rock, Joey Ramone, tetapi malah dikenang sebagai langkah PR yang gagal. Semua bermula ketika U2 bekerja sama dengan Apple untuk merilis album Songs of Innocence langsung ke iTunes tanpa persetujuan pengguna. Langkah ini menuai kritik besar dan membuat banyak orang merasa dipaksa mendengarkan musik mereka.

Padahal, “The Miracle (of Joey Ramone)” sebenarnya bukan lagu yang buruk, tapi kontroversi seputar perilisan album ini membuat banyak orang kehilangan respect terhadap U2. Kesalahan ini menjadi salah satu titik rendah dalam karier band yang sulit mereka pulihkan meskipun tetap mampu menghasilkan karya berkualitas.

5. "Drowning in the Sea of Love" – Ringo Starr

Ringo Starr memang tidak pernah dianggap sebagai kekuatan utama di The Beatles, tetapi karier solonya masih dihormati oleh banyak penggemar. Namun, ketika ia mencoba peruntungan di genre disko dengan lagu “Drowning in the Sea of Love”, hasilnya jauh dari memuaskan. Lagu ini terasa canggung dan gagal menangkap esensi disko yang sebenarnya.

Bagi penggemar Beatles, mendengar Ringo mencoba menjadi "disco king" terasa aneh dan tidak sesuai dengan persona musiknya. Meskipun ia tetap dikenal sebagai drummer legendaris, lagu ini menjadi salah satu bukti bahwa tidak semua eksperimen musikal berakhir baik.

Setiap musisi pasti pernah mengambil risiko besar dalam kariernya, tetapi tidak semuanya berhasil. Lima lagu yang ternyata merusak reputasi musisi ternama menjadi bukti bahwa kesalahan kecil bisa berdampak besar. Menurut kamu, apakah risiko ini sepadan dengan hasilnya atau seharusnya tetap pada jalur yang membuat mereka dicintai?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Emma Kaes
EditorEmma Kaes
Follow Us