5 Lika-liku Kehidupan Karakter Pae di Film Thailand Not Friends

Kesulitan pertama yang dialami oleh Pae adalah patah hatinya. Kisah cintanya kandas setelah sang kekasih meninggalkannya dan memilih berpacaran dengan sesama jenis. Kekasihnya itu memutuskan hubungan dengan Pae karena alasan yang cukup dangkal yakni, karena Pae memiliki bau badan yang tidak sedap. Sayangnya, alasan itu tentu tidak bisa diterima Pae begitu saja, karena gegabah dan terbawa emosi, Pae meraih sebuah cutter dan melukai wajah gadis yang merebut pacarnya.

Akibat perbuatannya itu, Pae dikeluarkan dari sekolahnya, hal ini cukup disayangkan karena Pae sudah berada di semester akhir dan akan segera lulus. Kita bisa mengambil pelajaran bahwa kemampuan meregulasi emosi dengan baik penting untuk kita kuasai.

Usai adegan dirinya dikeluarkan dari sekolah, kita bisa mengetahui bahwa Pae adalah anak seorang pemilik rumah produksi tepung tapioka. Rumahnya yang tepat berada di samping pabrik tersebut itulah, yang menyebabkan aroma seragam Pae selalu tidak sedap. Ayahnya pun seolah tidak mendukungnya untuk berkuliah dan memintanya untuk membantunya saja mengelola rumah produksi tersebut.

Tentu saja Pae menolaknya dan ingin tetap berkuliah, sayangnya ia tidak memiliki dana masuk ke perguruan tinggi jika ayahnya tidak menyetujui dan Pae tidak memiliki otak yang cukup cemerlang, sehingga ia tidak bisa mengandalkan nilai ujiannya saja untuk bisa berkuliah.

Pae baru pindah ke sekolah Joe pada sisa semester akhir kelas 12. Pae juga jarang berbicara dengan Joe meski mereka teman sebangku. Meski begitu, Joe selalu mengajaknya berbincang meski Pae selalu menanggapinya dengan malas. Pae nekat menjadikan Joe karakter utama di filmnya dengan terpaksa, karena dia belum bisa membuat cerita yang menarik seperti cerpen milik Joe yang ada di hardisknya. Berbekal pengetahuan yang sedikit tentang Joe, Pae mengambil keputusan sulit itu dengan bantuan Bokeh dan teman-teman kru-nya yang lain.

Pae seolah mendapatkan kembali semangatnya untuk berkuliah, setelah sebuah promosi lomba film yang menjanjikan hadiah utama berupa masuk ke perguruan tinggi seni tanpa syarat nilai ujian yang tinggi. Tema dari lomba tersebut adalah "Menggugah Hati", sayangnya meski sangat ingin masuk ke perguruan tinggi, Pae belum memiliki rencana akan masuk ke jurusan apa, ia hanya fokus untuk lanjut berkuliah agar tidak perlu membantu ayahnya di rumah produksi tepung. Film tersebut adalah film pertamanya sehingga ia mengalami banyak kesulitan.

Di kondisi yang sulit itu, Pae teringat pada Joe teman sebangkunya yang baru saja meninggal dunia, karena merasa mengangkat Joe sebagai karakter utama akan cocok dengan tema film tersebut, ia pun memutuskan mengangkat cerpen milik Joe sebagai judul filmnya. Sayangnya usaha Pae pun gagal dan ia tidak lolos ke perguruan tinggi tersebut, karena film garapannya harus ia ubah segera setelah mengetahui cerpen tersebut bukan milik Joe melainkan milik Ohm.

Pae sempat kecewa dan marah pada Joe saat mengetahui cerpen tersebut bukanlah karya orisinilnya. Kita pasti bisa mengerti perasaan Pae karena, kebenaran itu baru saja terungkap saat film yang ia garap hanya tinggal satu adegan lagi. Pae sempat berseteru dengan Bokeh, tentang nasib film itu karena ia juga mempertimbangkan kondisi Ohm yang sedang sakit keras.

Akhirnya dengan sedikit waktu yang tersisa Pae membuat film untuk mendiang Joe dengan sederhana. Meski tidak sebaik film yang ia buat sebelumnya, tapi, kali ini Pae membuat film untuk Joe dengan jujur dan tulus sebagai penghormatan terakhir seorang teman. Meski film tersebut tidak membawanya lolos ke perguruan tinggi, namun Pae berhasil menjaga nama baik mendiang Joe dan menjaga kenangan persahabatan antara Ohm dengan Joe, yang bisa saja rusak jika Pae membongkar soal cerpen tersebut pada Ohm.

Lika-liku kehidupan karakter Pae di film Thailand Not Friends memang dekat dengan keseharian. Tidak sedikit dari kita yang pernah merasakannya. Meski begitu, Pae bisa bangkit dengan baik berkat kemauannya menerima. Pae berhasil menerima keadaan dan membentuk kemajuan atas kemampuan yang ia miliki. Di akhir film, kita bisa menyaksikan Pae yang mulai bangkit dan mewujudkan impiannya satu per satu, meski jalannya dalam merealisasikan itu semua lebih lambat dari teman-temannya yang lain.