5 Score Film Terbaik Ludwig Göransson, Komposer Oppenheimer

Berangkat dari tone film yang depresif dan karakter J. Robert Oppenheimer yang begitu kompleks, Ludwig Göransson mengarungi pergolakan batin sang fisikawan nuklir melalui musik. Bersama sang istri yang juga seorang violinis, Serena, Göransson menghabiskan waktu sembilan bulan merampungkan musik untuk film biopik berdurasi 3 jam tersebut.

Di bawah arahan langsung sutradara Christopher Nolan, Göransson menggunakan biola sebagai instrumen utamanya. Dibawakan oleh kelompok orkestra yang terdiri dari 46 pemain, Göransson menciptakan musik yang tidak hanya memperkuat visual dan narasinya, tetapi juga menjadi identitas dari Oppenheimer sendiri. Jadi bukan hal yang mengejutkan jika kerja keras Göransson diganjar Oscar untuk Best Original Score.

Oppenheimer bukan Oscar pertama yang diraih oleh Ludwig Oppenheimer. Pada 2019, Black Panther mencetak sejarah sebagai film Marvel Cinematic Universe (MCU) pertama yang berhasil memenangkan piala Oscar. Dari total tujuh nominasi yang didapat, film arahan Ryan Coogler tersebut membawa pulang tiga penghargaan untuk Best Costume Design, Best Production Design, serta Best Original Score.

Sukses mengawinkan musik tradisional Afrika, genre hip-hop, dan techno yang energik, tidak berlebihan rasanya jika Black Panther memiliki score terbaik di jagat MCU. Perbedaan dua genre musik yang begitu kontras merupakan bentuk representasi dari Wakanda yang futuristik dan tetap menjunjung tinggi budaya mereka. Dengan kata lain, Göransson meniupkan nyawa pada Black Panther lewat musik gubahannya yang unik, kuat, mengharukan, dan eargasm.

Pada mulanya, Christopher Nolan menunjuk komposer Hans Zimmer untuk mengerjakan musik dalam filmTenet. Sayangnya, Hans Zimmer kala itu tengah disibukkan dengan proses pembuatan score untuk film Dune. Sebagai gantinya, Zimmer merekomendasikan Ludwig Göransson.

Meskipun narasi yang dibawa oleh Nolan cukup sulit untuk dinikmati dan membingungkan, hal tersebut tidak berlaku dengan elemen penting lainnya dalam film Tenet. Salah satunya adalah musik.

Menyesuaikan dengan tema futuristik yang menjadi bintang utamanya, Göransson menjatuhkan pilihannya pada musik techno dan elektronik. Bereksperimen dengan nada dan frekuensi, Göransson membawa tensi yang dihadirkan dalam Tenet ke level lebih tinggi.

Dalam menggarap musik Turning Red, Ludwig Göransson menggunakan formula yang sama dengan Black Panther. Ia menjadikan musik tradisional China sebagai pondasi, lalu Göransson menambahkan elemen modern lewat beat hip-hop yang menyenangkan.

Layaknya perseteruan antara Mei dan ibunya dalam film, perbedaan dua genre musik yang digunakan oleh Göransson begitu kentara. Namun, jika ditangani dengan baik dan saksama, dua hal yang bertolak belakang sekalipun mampu hidup berdampingan dan menciptakan musik yang ikonik.

Melalui Creed, Ludwig Göransson menemukan ciri khasnya dalam mengombinasikan musik techno dan hip-hop dengan instrumen musik tradisional. Melalui musik orkestra klasik yang intens, Göransson sukses menghadirkan nuansa menegangkan.

Mengingat Creed merupakan spin-off dari film waralaba Rocky, Göransson tidak lupa memberikan penghormatan pada lagu tema yang melegenda, "Gonna Fly Now", gubahan Bill Conti. Pemilihan musik orkestra yang megah dan menggelegar mendramatisir perjuangan Adonis Creed yang diperankan oleh Michael B. Jordan dalam meraih mimpinya sebagai petinju profesional.

Tidak hanya dikenal sebagai komposer untuk film, Ludwig Göransson turut aktif menggubah musik untuk serial televisi. Musik Community dan New Girl yang digarapnya berperan besar dalam menaikkan kariernya di Hollywood. Göransson juga sukses menggondol piala Emmys dalam kategori Best Original Dramatic Score untuk The Mandalorian.