Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
adegan film A Time for Drunken Horses (dok. Kino/A Time for Drunken Horses)

Melansir jurnal berjudul "The Kurds'" yang ditulis Charles G Macdonald, etnis Kurdi adalah sebuah kelompok minoritas yang mendiami wilayah bernama Kurdistan. Usai Perang Dunia I, wilayah Kurdistan terpecah dan masuk ke dalam teritori lima negara modern berbeda: Turki, Iran, Irak, Suriah, dan Uni Soviet (kini Armenia).

Status minoritas sering kali menghalangi penduduk Kurdi mempertahankan budaya dan bahasa asli mereka. Tidak sedikit pula yang kesulitan mengakses hak-hak dasar, seperti pendidikan dan kesehatan. Bahkan, di bawah rezim Saddam Hussein, etnis Kurdi dipersekusi di Irak.

Nasib kurang beruntung ini sayangnya sering luput dari perhatian media. Itulah yang kemudian menginspirasi sosok Bahman Ghobadi.

Sebagai seorang Kurdi yang besar di wilayah perbatasan Iran dan Irak, Ghobadi memiliki sensitivitas tinggi dan pengalaman empirik tentang kehidupan etnis Kurdi. Karya-karyanya yang menggugah sukses menghadirkan perspektif yang autentik.

Berikut enam film Bahman Ghobadi terbaik yang bahas kehidupan etnis Kurdi.

1. A Time for Drunken Horses (2000)

A Time for Drunken Horses adalah film fitur debut Bahman Ghobadi setelah merilis beberapa film pendek. Judulnya diambil dari kebiasaan absurd warga Kurdi di Iran yang mencampurkan sedikit alkohol ke dalam minuman keledai mereka sebelum melakukan perjalanan ekstrem menembus perbatasan Irak untuk menyelundupkan barang.

Aktivitas ilegal ini mirisnya turut melibatkan anak-anak dari keluarga miskin yang tidak punya pilihan selain membantu perekonomian keluarga. Salah satunya Ayoub yang harus menjadi tulang punggung keluarga sepeninggal ayahnya.

Pada usia yang sangat belia Ayoub dan saudara perempuan tertuanya, Rojine, harus mengorbankan masa kecil mereka. Itu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa salah satu saudara mereka, Madi, yang mengidap kondisi klinis tertentu.

2. Marooned in Iraq (2002)

adegan film Marooned in Iraq (dok. Cannes Film Festival/Marooned in Iraq)

Marooned in Iraq adalah film fitur kedua Bahman Ghobadi yang mengangkat perjalanan sekelompok musisi Kurdi asal Iran dalam menyelamatkan sosok gadis kecil dengan suara merdu yang tinggal di wilayah Irak. Latar perang Iran dan Irak tahun 1980-an membuat perjalanan tersebut berisiko tinggi.

Film ini tayang di Cannes Film Festival dan dianugerahi  Francois Chalais Award. Penghargaan tersebut dipersembahkan untuk karya yang dianggap berdedikasi dalam menjunjung tinggi nilai dan prinsip jurnalisme.

3. Turtles Can Fly (2004)

Dalam Turtle Can Fly, Bahman Ghobadi lagi-lagi mendapuk anak-anak sebagai lakon. Kali ini kamu akan mengikuti kehidupan sulit sekelompok anak Kurdi yang harus membiayai hidup mereka sendiri tanpa kehadiran orang dewasa. Satu-satunya pekerjaan yang bisa mereka lakukan adalah mengumpulkan ranjau-ranjau yang belum meledak untuk dijual. 

Tak sedikit dari mereka yang harus kehilangan anggota badan bahkan meregang nyawa karena pekerjaan ini. Film akan fokus kepada dua bersaudara bernama Agrin dan Hengov serta satu balita yang selalu mereka perkenalkan sebagai adik. 

4. Half Moon (2006)

Half Moon mengangkat kisah Mamo, seorang musisi lansia beretnis Kurdi yang tinggal di wilayah Iran. Pada sisa hidupnya, ia ingin menggelar konser terakhir di Irak bersama sepuluh putranya.

Di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah desa yang dihuni para penyanyi perempuan Iran yang diasingkan. Mamo berniat merekrut salah satu dari mereka untuk ikut dalam konser terakhirnya.

Melalui wawancara dengan World Socialist Web Site, Bahman Ghobadi mengaku terinspirasi dari kebijakan pemerintah Iran yang melarang perempuan untuk bernyanyi di depan umum. Bahkan, filmnya ini sempat dilarang tayang di Iran meski menuai pujian di berbagai festival internasional.

5. Flag Without a Country (2015)

Bendera tanpa negara adalah deskripsi sempurna untuk situasi Kurdi saat ini. Bahman Ghobadi kemudian terinspirasi untuk mengangkat dua tokoh Kurdi yang berusaha membangkitkan rasa nasionalisme orang-orang sebangsanya.

Tokoh pertama adalah pilot bernama Nariman Anwar yang berambisi mengajarkan anak-anak Kurdi tentang pesawat dan penerbangan. Tokoh kedua adalah Helly Luv, penyanyi yang berusaha menghidupkan rasa nasionalisme lewat lagu-lagu berbahasa Kurdi. Film ini dikemas dalam bentuk dokumenter dengan tokoh-tokoh nyata.

6. The Four Walls (2021)

The Four Walls adalah karya teranyar Bahman Ghobadi yang untuk pertama kalinya ia buat di Istanbul dan berbahasa Turki. Ceritanya tentang seorang pria Kurdi yang bekerja bertahun-tahun untuk bisa membangun rumah dengan pemandangan lautan yang majestik.

Saat ia kembali untuk menikmati rumah barunya, pemandangan yang selama ini ia perjuangkan tertutup bangunan lain. Beda dengan kebanyakan film Bahman Ghobadi lainnya, The Four Walls bergenre dramedy. 

Bahman Ghobadi punya sudut pandangnya unik dan berani membuat cerita-cerita yang tak biasa, tetapi tetap terasa realistis. Keberanian dan akurasinya dalam menghadirkan perspektif etnis Kurdi membuat statusnya dalam dunia perfilman layak dihargai. Bisa jadi jujukan saat ingin nonton film bermuatan sosial dan kemanusiaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team