6 Film dan Serial Coming of Rage Terbaik, Genre yang Lagi Naik Daun

Sempat diremehkan karena gaya pemasarannya, pada 2020-an Jennifer's Body dapat apresiasi besar dari penonton. Ia bahkan bergelar pelopor film coming of rage kontemporer, terutama yang berkaitan dengan isu gender.

Film rilisan 2009 ini mengikuti persahabatan Needy (Amanda Seyfield) dan Jennifer (Megan Fox) yang saling bertolakbelakang dari segi karakter dan fisik. Kalau Needy adalah epitome remaja kutu buku dan kuper, Jennifer adalah remaja populer dengan banyak penggemar, karena penampilan fisiknya yang superior. 

Namun, tanpa mereka sadari, keduanya sebenarnya menjalani pertemanan toksik yang sedikit banyak dipengaruhi kultur patriarki, yakni menilai perempuan dari fisik bak objek belaka. Sampai satu hari, Jennifer mengalami kejadian tak menyenangkan yang mengubah dirinya sepenuhnya. Sejak insiden itu, Jennifer jadi medium iblis yang sengaja memangsa para lelaki. 

Whiplash adalah eksplorasi batin seorang maba sekolah musik bergengsi yang harus  menghadapi seorang dosen abusive di kampusnya. Sejak dicemooh di depan kelas, sang mahasiswa bernama Andrew (Miles Teller) terobsesi untuk membuktikan dirinya. Namun, bukannya dapat yang ia harapkan, Andrew justru terjebak dalam konflik tak berujung dengan sang dosen. 

Konflik itu bahkan mempengaruhi kehidupan personal Andrew. Padahal, ia baru saja menapaki dunia orang dewasa dan harus terjebak dalam situasi tak menyenangkan. Whiplash adalah salah satu film coming of rage yang brilian dari segi plot, sinematografi, dan efek suara. Gak heran kalau 3 piala Oscar pun disabetnya. 

Pearl juga mencuri perhatian pada pemutaran perdananya. Melibatkan Mia Goth yang memang spesialis film psikodrama, film berpusat pada perempuan muda bernama Pearl. Cita-citanya jadi selebritis kontras dengan latar belakangnya sebagai gadis desa yang dibesarkan orangtua konservatif. Sesuai prediksi, ia tak dapat dukungan dari orangtuanya yang menuntutnya untuk berbakti di rumah dan mengurus ladang mereka. 

Jengah dengan tuntutan itu dan dihalangi saat akan audisi, Pearl akhirnya memilih memprioritaskan mimpinya di atas segalanya. Termasuk melakukan hal-hal yang sungguh tak bisa dibenarkan. Digarap Ti West dalam bentuk trilogi, Pearl disebut sebagai seri paling sempurna, mengalahkan dua sekuelnya. 

Lisa Frankenstein adalah satu dari sekian film coming of rage yang rilis pada 2024. Lakon kita Lisa (Kathryn Newton), remaja piatu yang tersisih di sekolah dan parahnya tertimpa sebuah insiden. Saat sedang bergelut dengan perasaannya yang carut marut di makam sang ibu, ia tak sengaja membangungkan sosok mayat dari era Victoria. 

Keberadaan mayat ini menginspirasinya melakukan sesuatu yang selama ini tak pernah ia lakukan. Jadi diri sendiri dan membalas orang-orang yang sudah menyakitinya. Bergenre horor satire, film ini tergolong ringan, tanpa kehilangan esensi rage atau kemarahannya. 

Datang dari sutradara debutan Zia Anger, My First Film adalah film tentang pembuatan film yang bernuansa coming of rage. Film ditulis dari perspektif Vita (Odessa Young) yang sedang mengingat proses pembuatan film biografinya sendiri 15 tahun lalu. Ia merekrut rekannya, Dina (Devon Ross) untuk memerankan dirinya. 

Namun, proses pembuatan film berjalan tak sesuai rencana, terutama saat proses pengambilan gambar. Kegagalan demi kegagalan mereka temui, bahkan salah satunya hampir berakibat fatal dan membuat situasi tak lagi kondusif. Film debut Anger ini tuai pujian karena elemen realismenya yang bikin siapapun tercengang, bagai bukan film. 

Sweetpea adalah serial berlatar Inggris yang dibintangi Ella Purnell. Ia memerankan Rhiannon, perempuan muda yang sejak belia jadi korban perundungan. Trauma, ia besar jadi sosok yang mengisolasi diri dan berdiam di bawah perlindungan ayahnya. Saat sang ayah meninggal dunia, mau tak mau Rhiannon harus membuka diri dan berinteraksi dengan lebih banyak orang sendirian. 

Pada momen ini, ia mengalami proses liberasi. Seperti nasihat ayahnya, ia terinspirasi untuk membela diri, tetapi yang terjadi justru di luar prediksi. Satu demi satu hal tak terduga bergulir tanpa bisa dikontrol lagi. 

Beberapa tahun ke depan, genre coming of rage rasanya bakal terus diminati. Terbukti saat dikembangkan jadi film, elemen-elemen sinematik langsung terpenuhi. Mulai dari protagonis yang mengundang simpati sampai plot yang seru tak terbantahkan.