"Sejak adanya perusahaan itulah yang terjadi.. kabut asap dan lain sebagainya, tanah.. kebakaran hutan..."
Kalimat itu disampaikan secara lirih oleh salah satu warga yang seolah dipaksa untuk pasrah begitu saja dengan keberadaan industri kelapa sawit yang meluas di tanah leluhurnya. Bertajuk Asimetris, film dokumenter ini menceritakan gemerlapnya industri sawit dengan besaran nilai bisnisnya yang turut disertai dengan gambaran kondisi warga yang terdampak dari pembukaan lahan tersebut, khususnya warga di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Papua. Bukan hal yang mengejutkan lagi jika kebutuhan akan sawit untuk berbagai alokasi seperti minyak goreng, margarin, sabun, produk perawatan tubuh, bahan bakar biodiesel, avtur beserta permintaan dari pasar internasional turut mendukung ekspansi besar-besaran sampai jutaan hektar untuk lahan konsensi sawit baru.
Ironisnya, warga sekitar yang tinggal di daerah tersebut begitu menderita, mulai dari kehilangan mata pencaharian usai hutan dibumihanguskan, ditambah lagi emisi asap pembakaran hutan dan lahan gambut yang seperti tak ada hentinya. Salah satunya ketika jutaan hektar hutan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah terbakar di tahun 2015, asap tebal pun mengungkung langit Kalimantan sampai ke Sumatera hingga menjadi perhatian dunia. Kadar polusi di Palangkaraya saat itu mencapai 1.300 persen, jauh melampui ambang kualitas udara yang sehat untuk manusia. Kebakaran lahan yang masif, cadangan air yang habis serta kepul asap yang terhirup selama berhari-hari menyebabkan puluhan warga meninggal dunia dan setengah juta lainnya mengalami infeksi saluran pernapasan, termasuk anak-anak kecil.
Beragam aksi protes pun dilakukan oleh warga di berbagai wilayah yang terkena dampak ekspansi lahan sawit, salah satunya sampai menancapkan papan berukuran tinggi besar bertuliskan "hentikan intimidasi dan perampasan di tanah kami" sebagai bentuk penolakan, namun tetap saja, papan tersebut tak bisa menghalangi mesin-mesin dan 'kekuatan besar' tersebut, alhasil, yang lemah akan selalu kalah. Selain itu, salah satu hal yang cukup menggugah hati ketika seorang warga tengah bercerita tentang kondisi hutan dan tempat tinggalnya sebelum dan sesudah pembukaan lahan, ia berkata "hutan ini kan sumber kehidupan bagi kami, jadi apapun alasannya, semacam pantang bagi kami untuk membuka hutan" ujarnya dengan tegas.
Di sisi lain, Asimetris juga turut membahas jika bukan hanya pengusaha sawit saja yang menikmati profit berlimpah hasil produksi tersebut, melainkan juga penguasa, dalam hal ini pemerintah yang turut menikmati dan mendukung perizinan usaha. Menilik dari judul dan poster film-nya, asimetris memiliki arti ketidakseimbangan dan hal inilah yang berusaha digambarkan oleh tim Watchdoc, ketidakseimbangan alam yang justru mengundang bencana besar di tanah milik rakyatnya sendiri. Sejatinya, berapa pun besar nilai keuntungan dari komoditi bisnis sawit, nyatanya tetap tidak akan pernah seimbang dengan kerugian dan penderitaan yang dialami oleh warga setempat yang telah berkorban harta hingga nyawa, dan hal itu akan terus diwariskan hingga anak-cucu di tahun demi tahun berikutnya. Berdurasi 1 jam 8 menit, film yang diproduseri oleh Dandhy Laksono dan Indra Jati ini bisa kamu tonton secara lengkap di kanal YouTube Watchdoc Image.