7 Film Terbaik Pemenang JAFF 2024, Yohanna Borong Penghargaan

Selesai sudah gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024. Pada Sabtu (7/12/2024) malam, JAFF 2024 telah mengumumkan daftar film terbaik di venue Empire XXI Yogyakarta. Salah satunya adalah pemenang penghargaan utama Golden Hanoman Award.
Total ada 13 penghargaan yang diberikan dalam festival film terbesar di Indonesia ini. Dan 13 penghargaan itu direbut oleh 7 film Asia terbaik. Cek film terbaik yang menang di JAFF 2024.
1. Happyend (2024)

Golden Hanoman Award 2024 diraih oleh film Happyend. Film Jepang dan Amerika ini dipuji juri JAFF sebagai semangat pemuda melawan sistem yang menindas. Juri menggambarkan Happyend adalah film kontemporer yang menyerukan kebebasan.
Film karya sutradara Neo Sora ini mengisahkan persahabatan dua siswa SMA yang bandel, Kou (Yukito Hidaka) dan Ata-chan (Yuta Hayashi). Suatu hari, mereka mengerjai Kepala Sekolah di SMA Nagai. Tindakan mereka berbuntut pada pemasangan CCTV dengan sistem canggih.
Saking canggihnya, anak-anak SMA Nagai sampai merasa tertekan dan tertindas. Kou dan Atta pun tidak tinggal diam. Mereka melawan dengan cara tidak terduga. Termasuk bersatu dengan teman-teman lain yang memiliki perbedaan.
2. Viet and Nam (2024)

Drama romantis ini menceritakan kisah cinta sepasang gay, Viet dan Nam. Keduanya bekerja sebagai penambang batubara, tepatnya 1.000 meter di bawah tanah. Kisah cinta mereka teruji saat Nam memutuskan ingin meninggalkan Vietnam dan mencari hidup lebih layak di negara lain.
Film Viet and Nam adalah hasil kolaborasi 8 negara, yaitu Vietnam, Jerman, Italia, Amerika, Filipina, Belanda, Prancis, Filipina, dan Singapura. Film ini menang penghargaan terbesar kedua di JAFF 2024: Silver Hanoman Award.
Juri JAFF memuji Viet and Nam sebagai film romantis yang melakonlis dan menyayat hati. Pasalnya, kisah cinta gay ini berlatar di negara yang masih belum berdamai dengan isu LGBTQ+. Juri juga mengagumi pengalaman sensorik film ini dalam memunculkan tambang batu bara.
3. MA – Cry of Silence (2024)

MA - Cry of Silence adalah film hasil kolaborasi 6 negara: Myanmar, Singapura, Korea Selatan, Qatar, Norwegia, dan Prancis. Film drama ini menang 2 penghargaan prestius di JAFF 2024. Penghargaan pertama adalah NETPAC Award dan kedua Geber Award.
Menurut Juri, MA - Cry of Silence menggambarkan perlawanan sekelompok buruh perempuan muda dengan menyentuh. Film ini juga berhasil mengeksplorasi masalah ekonomi penuh kekerasan melalui pengambilan gambar yang menarik. Khususnya terkait penindasan dan aksi kolektif.
Kisahnya tentang Mi-Thet (Su Lay) yang bekerja sebagai buruh pabrik garmen di Yangon. Ia belum mendapatkan gaji selama 2 bulan. Sekelompok buruh lainnya memutuskan mogok kerja, namun mereka malah diserang antek rezim militer. Penyerangan itu memunculkan trauma masa lalu Mi-Thet.
4. Yohanna (2024)

Film Yohanna berjaya di JAFF 2024. Film drama ini meraih total 5 penghargaan JAFF-Indonesian Screen Awards. Rinciannya Best Film, Best Directing, Best Storytelling, Best Performance, dan Best Cinematography.
Juri JAFF tersentuh oleh ketulusan dan kejujuran dari Yohanna. Pasalnya, film karya sutradara Razka Robby Ertanto ini mengeksplorasi potret penuh belas kasih dari masyarakat terpinggirkan di pedesaan Indonesia.
Ceritanya mengisahkan biarawati muda bernama Yohanna (Laura Basuki) yang mulai kehilangan tujuan hidup. Namun semua berubah saat Yohanna bertemu dengan anak-anak yang dipaksa bekerja dan menjadi korban eksploitasi di Sumba. Perlahan tujuan hidupnya kembali.
5. Perempuan Pembawa Sial (2024)

Perempuan Pembawa Sial menang Best Editing JAFF-Indonesian Screen Awards. Juri mengagumi teknik penyuntingan Akhmad Fesdi Anggoro. Pasalnya, teknik editing itu sukses memberikan dampak maksimal dalam film horor karya Fajar Nugros.
Sinopsis film ini mengisahkan seorang perempuan, Mirah (Raihanun), yang dikutuk "Bahu Laweyan" oleh saudara tirinya, Puti (Clara Bernadeth). Kutukan itu membuat semua lelaki yang berhubungan intim dengan Mirah meninggal secara misterius. Alhasil, Mirah dijauhi oleh penduduk desa.
Mirah pun berniat membalas dendam ke Puti. Di tengah rasa amarahnya, ia justru jatuh cinta kepada Bana (Morgan Oey), pria yang menyelamatkan hidupnya. Dan Bana membalas cintanya. Mirah dan Bana memutuskan untuk bersama, meski kutukan kematian membayangi mereka.
6. When The Wind Rises (2023)

Film Taiwan ini mengisahkan semangat seorang aktivis yang sudah tua. Ia berusaha mempertahankan tanahnya. Sedihnya, ia berjuang sendirian melawan perusahaan yang berniat memperluas kilang minyak di desa kecilnya.
Sementara itu, penduduk desa lainnya lebih memilih untuk mendapatkan jaminan sosial jangka pendek. Drama berdurasi 19 menit ini meraih dua penghargaan di JAFF 2024, Blencong Award dan JAFF-Students Award.
Juri JAFF terpukau dengan naskah cerdas tentang perilaku manusia dalam film karya Xia Feng Chu ini. Menurut juri, film ini sukses memadukan humor dan emosi menjadi cermin bagi masyarakat. Hasilnya, When The Wind Rises menawarkan potret kemanusiaan yang menyentuh dan relevan.
7. Anita, Lost in the News (2023)

Film animasi ini mengikuti 19 imigran gelap yang nekat naik perahu karet ke Inggris. Baru beberapa menit perjalanannya, perahu terbalik dan membuat 7 imigran tenggelam. Lima di antaranya berasal dari keluarga Kurdi-Iran yang memimpikan kehidupan lebih baik.
Anita, Lost in the News mendapatkan penghargaan Jury Special Mention. Film pendek Iran ini dipuji juri JAFF sebagai mahakarya yang memukau secara visual, menyentuh emosi, dan membekas di hati.
Ceritanya terinspirasi dari dokumenter kisah nyata. Film Anita, Lost in the News mengingatkan kita akan kekuatan empati yang universal. Menyayat hati tetapi juga penuh kasih sayang.
JAFF 2024 sudah memberikan rekomendasi film terbaik. Penghargaan-penghargaan di atas menjadi buktinya. Sampai jumpa di Jogja-NETPAC Asian Film Festival mendatang, tepatnya pada 29 November-6 Desember 2025.