Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Mekanisme Game di Shangri-La Frontier yang Relate Buat Gamer

Sunraku melakukan analisa map dunia Shangri La (dok.C2C/Shangri La Frontier)
Sunraku melakukan analisa map dunia Shangri La (dok.C2C/Shangri La Frontier)

Anime Shangri-La Frontier menyuguhkan sesuatu yang segar di tengah maraknya genre isekai dan game themed anime. Tidak hanya sekadar menghadirkan dunia virtual yang indah, anime ini juga berhasil menyajikan mekanisme game yang kompleks, serius, namun tetap menyenangkan untuk diikuti. Konsepnya dibangun dengan cermat untuk mencerminkan pengalaman bermain game online yang mendalam bukan sekadar fantasi tanpa aturan.

Dalam dunia Shangri-La Frontier (SLR), para pemain masuk ke dunia game VRMMO (Virtual Reality Massively Multiplayer Online) dengan kebebasan luas, tetapi juga dibekali sistem dan fitur yang menguji kecerdasan serta strategi. Artikel ini akan mengulas beberapa mekanisme game utama yang membuat SLR menjadi kombinasi sempurna antara tantangan serius dan hiburan yang ringan.

1. Sistem "Trash Game" dan "God-Tier Game"

dunia game Shangri La Frointer luas dan penuh tantangan (dok.C2C/Shangri La Frontier)
dunia game Shangri La Frointer luas dan penuh tantangan (dok.C2C/Shangri La Frontier)

Poin paling unik dari SLR adalah dunia sebelum Sunraku (Rakurou Hizutome) memasuki Shangri-La Frontier. Ia dikenal sebagai pemain "Trash Game Hunter" penggila game-game rusak penuh bug, grafik jelek, dan desain nyeleneh.

Namun ketika ia memasuki Shangri-La Frontier yang disebut "God-Tier Game" ia tiba-tiba dihadapkan pada sistem yang stabil, realistis, dan kompleks.

Ini menciptakan nuansa kontras yang sangat menarik: pengalaman main game "rusak" membuat Sunraku jadi sangat kompeten ketika masuk ke dunia game berkualitas. Pengalaman ini juga menjadikan dirinya lebih cepat beradaptasi, bahkan dengan sistem yang rumit.

2. Tidak Ada Sistem Auto Semua Manual

Arthur Pencilgon (dok.C2C/Shangri La Frontier)
Arthur Pencilgon (dok.C2C/Shangri La Frontier)

Tidak seperti banyak game modern yang menyediakan fitur auto-battle, auto-pathing, dan lainnya, dunia SLR mewajibkan semua aksi dilakukan manual. Setiap gerakan, pertempuran, hingga penghindaran serangan harus dilakukan oleh pemain secara langsung. Hal ini membuat Shangri-La Frontier terasa lebih seperti simulasi langsung daripada sekadar game. Penonton bisa merasakan betapa intensnya pertarungan karena semua keputusan diambil dalam hitungan detik, tanpa bantuan AI atau sistem otomatis.

3. Grinding Tetap Penting

sebagai pemain solo Sunraku memiliki banyak musuh (dok.C2C/Shangri La Frontier)
sebagai pemain solo Sunraku memiliki banyak musuh (dok.C2C/Shangri La Frontier)

Meskipun banyak fitur canggih, SLR tidak melupakan dasar dari game RPG: grinding. Untuk naik level, mengasah skill, atau memperkuat equipment, pemain tetap harus bekerja keras. Sunraku digambarkan sebagai pemain yang rajin mengulang dungeon dan misi kecil, bukan karena overpowered dari awal.

Hal ini membuat perkembangan karakter terasa wajar dan memuaskan untuk ditonton.

4. Sistem Skill dan Build yang Bebas Tapi Menantang

Sunraku melakukan analisa map dunia Shangri La (dok.C2C/Shangri La Frontier)
Sunraku melakukan analisa map dunia Shangri La (dok.C2C/Shangri La Frontier)

Setiap pemain dapat memilih class, equipment, hingga skill yang sesuai dengan gaya bermain mereka. Namun, yang menarik adalah tidak ada build "terbaik" yang secara mutlak superior. Eksperimen build sangat digalakkan. Pemain bisa menggunakan kombinasi senjata dan armor aneh, selama mereka bisa memanfaatkannya dengan baik.

Sunraku sendiri tidak menggunakan build tank atau DPS (Damage Per Second) standar, ia justru memilih set up yang penuh risiko, tapi fleksibel. Inilah yang membuat SLR terasa menyenangkan sekaligus serius: pemain harus meneliti, menguji, dan memahami kemampuan mereka sebelum menghadapi tantangan.

5. Skenario Monster Unik, Bos Langka yang Sulit Ditemui Pemain

Psyger-0 adalah karakter Game Shangri La Frointer dari Rei Saiga (dok.C2C/Shangri La Frontier)
Psyger-0 adalah karakter Game Shangri La Frointer dari Rei Saiga (dok.C2C/Shangri La Frontier)

Salah satu elemen yang membangun tantangan besar di SLR adalah adanya "Unique Monsters" bos langka yang hanya muncul sekali dan tidak bisa dikalahkan dengan metode biasa. Misalnya, Wezaemon the Tombguard adalah salah satu boss legendaris yang hampir mustahil dikalahkan jika tidak dipelajari terlebih dahulu perilaku dan mekanismenya.

Para pemain tidak bisa asal menyerang. Mereka harus, menganalisis pola serangan, memahami kelemahan, dan memanfaatkan environment di sekitarnya.

Ini menciptakan tantangan serius ala game Dark Souls, tapi tetap menyenangkan karena kemenangan terasa sangat memuaskan setelah perjuangan panjang.

6. Penekanan pada Eksplorasi

Arthur Pencilgon (dok.C2C/Shangri La Frontier)
Arthur Pencilgon (dok.C2C/Shangri La Frontier)

SLR memberikan ruang yang luas untuk eksplorasi. Tidak semua konten ada di peta utama, banyak hal tersembunyi seperti dungeon rahasia, item langka tersembunyi di lokasi terpencil, quest yang hanya muncul pada kondisi waktu tertentu (misalnya malam hari atau setelah event tertentu). Ini membuat dunia game terasa hidup dan dinamis, seperti dunia game open world sungguhan.

7. Sistem Guild, Aliansi, dan PvP

Emul (dok.C2C/Shangri La Frontier)
Emul (dok.C2C/Shangri La Frontier)

Shangri-La Frontier tidak hanya menawarkan pengalaman PvE (Player vs Environment), tapi juga PvP (Player vs Player) dan kerja sama guild. Pemain bisa membentuk aliansi dan menjalankan misi bersama. Ada sistem reputasi antar pemain dan guild yang memengaruhi dunia game. PvP tidak sembarangan ada konsekuensi, seperti kehilangan item atau dikucilkan dari area tertentu.

Interaksi antar pemain dibangun sedemikian rupa untuk menciptakan ekosistem komunitas, di mana pemain bukan hanya menyelesaikan quest, tapi juga membangun relasi dan strategi sosial.

Shangri-La Frontier berhasil memadukan mekanisme game yang serius dengan sentuhan fun dan humor, menjadikannya salah satu anime berbasis game paling menonjol saat ini. Tidak hanya menghibur lewat aksi dan animasi yang dinamis, anime ini juga memberikan gambaran realistis tentang bagaimana game yang baik dibangun dan dimainkan.

Bagi penonton yang pernah bermain MMORPG (Massively Multiplayer Online Role-Playing Game), SLR akan terasa sangat dekat. Dan bagi yang belum pernah? Anime ini bisa jadi gerbang masuk yang menyenangkan untuk memahami serunya dunia game virtual yang menantang tapi mengasyikkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kirana Mulya
EditorKirana Mulya
Follow Us