7 Rekomendasi Film Coming of Age di KlikFilm, Kisah Penemuan Jati Diri

Girl Picture merupakan film drama remaja Finlandia yang disutradarai oleh Alli Haapasalo. Mengisahkan tentang persahabatan antara tiga gadis muda, Mimmi, Ronkko, dan Emma. Masing-masing memiliki impian dan tantangan yang berbeda dalam hidup mereka.

Mimmi dan Ronkko saling mendukung dan ingin menjalani kehidupan yang penuh petualangan dan pengalaman. Di sisi lain, Emma, seorang atlet senam artistik sangat fokus pada kariernya dan bertekad untuk mencapai kesuksesan. Ketika ketiga gadis ini bertemu, mereka mulai mengeksplorasi kehidupan dengan cara yang baru, membuka diri terhadap pengalaman dan perasaan yang sebelumnya tidak mereka sadari.

Mutum merupakan film Brazil garapan sutradara Sandra Kogut. Film ini menceritakan kehidupan seorang anak laki-laki bernama Thiago di Pedesaan Minas Gerais. Hidup dalam keluarga miskin dan terisolasi, Thiago menghadapi tantangan berat dalam keluarganya, termasuk kekerasan domestik.

Film ini menggambarkan bagaimana Thiago harus cepat dewasa dan mulai memahami kompleksitas dunia orang dewasa yang penuh kesedihan, kehilangan, dan ketidakpastian. Dengan sinematografi yang indah, Mutum mengajak penonton untuk merasakan keheningan dan keterasingan hidup di pedesaan Brazil. Film ini juga menonjolkan peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan dalam cara yang puitis dan realistis, membuatnya menjadi salah satu film coming of age yang sangat menyentuh.

Film asal Norwegia ini mengikuti perjalanan hidup seorang wanita muda bernama Julie. Ia sedang berusaha menemukan dirinya di tengah-tengah perubahan besar dalam hidup. Julie menjalani serangkaian keputusan yang membingungkan seiring usahanya mencari makna dalam cinta dan karier.

Momen-momen kehidupannya yang penuh ketidakpastian, kegagalan, dan refleksi diri mencerminkan betapa sulitnya proses pendewasaan. The Worst Person in the World sangat relevan bagi penonton muda yang mungkin sedang mengalami fase serupa. Film yang disutradarai Joachim Trier ini memiliki gaya narasi yang segar dan penuh humor, berhasil menangkap kebingungan masa dewasa awal serta dinamika hubungan yang kompleks.

And Then We Danced merupakan film asal Georgia arahan sutradara Levan Akin. Mengisahkan perjalanan Merab, seorang penari tradisional di Tbilisi. Hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan Irakli, seorang penari baru yang mengancam posisi Merab di kelompok tari tersebut.

Lewat hubungan mereka yang rumit, Merab mulai mempertanyakan identitas dirinya, terutama terkait seksualitasnya di lingkungan yang sangat konservatif. Film ini tidak hanya menggambarkan perjalanan pribadi Merab dalam mencari jati dirinya, tetapi juga menyoroti tekanan sosial dan budaya yang dihadapinya. Dengan tarian sebagai latar belakang yang memukau, And Then We Danced merupakan film coming of age yang indah dan emosional, mengeksplorasi kebebasan, cinta, dan penerimaan diri.

How to Have Sex merupakan film drama coming of age yang ditulis dan diarahkan oleh Molly Manning Walker dalam debut penyutradaraannya. Film ini menceritakan tiga gadis remaja Inggris berusia enam belas tahun, yaitu Tara, Em, and Skye. Mereka menjalani liburan yang penuh dengan pengalaman baru, tekanan seksual, dan penemuan diri.

Selama liburan tersebut, mereka terlibat dalam berbagai aktivitas seperti minum-minum, berpesta, dan menjalin hubungan romantis, yang seharusnya menjadi musim panas terbaik dalam hidup mereka. Namun, film ini juga menggambarkan tantangan dan kompleksitas yang mereka hadapi saat berusaha memahami hubungan dan batasan dalam konteks seksual. Film ini berhasil menangkap dinamika emosional dan ketegangan yang dialami oleh remaja saat menjelajahi identitas dan keinginan.

Film komedi-drama Prancis ini disutradarai oleh Rudi Rosenberg. Bercerita tentang Benoit, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang baru pindah ke sekolah baru di Paris. Seperti kebanyakan anak baru, Benoit mengalami kesulitan untuk beradaptasi dan menemukan teman di lingkungan yang asing dan penuh tekanan sosial.

Di awal masa sekolahnya, Benoit merasa terisolasi dan kesepian karena ia kesulitan untuk masuk ke kelompok pertemanan yang sudah terbentuk. Meski awalnya ia berteman dengan orang-orang yang dianggap "tidak populer," termasuk seorang gadis Swedia bernama Johanna, Benoit akhirnya mulai belajar bahwa pertemanan sejati datang dari rasa saling menghargai, bukan dari status sosial. Film ini secara halus tapi lucu menggambarkan dinamika kehidupan remaja, perasaan terpinggirkan, dan perjuangan mencari tempat dalam dunia sosial yang sering kali kejam.

Film drama Kanada ini disutradarai oleh Graham Foy. Ceritanya mengikuti dua sahabat, Colton dan Kyle, yang menghabiskan waktu mereka dengan bersenang-senang di sungai dan melukis grafiti di tebing lokal. Di sisi lain, Whitney, seorang gadis yang juga menjelajahi area tersebut, mencari ketenangan dengan menulis dan menggambar di dalam buku hariannya.

Namun, sebuah tragedi yang terjadi pada hari yang tampaknya sempurna mengubah segalanya. Menciptakan hubungan kosmik antara ketiga remaja ini saat mereka berjuang dengan rasa kehilangan, kesepian, dan persahabatan yang tidak terduga. The Maiden mengeksplorasi tema kehilangan, kesedihan, dan ketahanan. Film ini memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana tragedi dapat mempengaruhi hubungan dan perkembangan emosional remaja.

Film coming of age selalu berhasil menyentuh hati karena menggambarkan perjalanan hidup yang penuh tantangan dan perubahan. Ketujuh film di atas dapat kamu saksikan di KlikFilm. Masing-masing menghadirkan perspektif berbeda tentang pencarian jati diri, dari sudut pandang budaya yang beragam hingga kisah-kisah personal yang mendalam.