8 Daftar Sutradara untuk Mulai Maraton Film Kontemporer Terbaik Rusia

Sejak invasinya ke Ukraina pada Februari 2022, Rusia memang terkucil di berbagai lini industri. Film-film mereka diblok keikutsertaannya dalam hampir semua ajang bergengsi. Meski tampak mati suri, geliat industri film mereka tidak berhenti. Kamu juga masih bisa mengakses film-film kontemporer dari sineas Rusia di berbagai platform streaming.
Untuk membantumu dan menyingkat waktu, gunakan rekomendasi film delapan sutradara Rusia berikut, deh. Dijamin film-filmnya siap membuka matamu soal negara terluas di dunia itu.
Menariknya, meski berada di bawah rezim otoriter, sineas Rusia tak kehilangan daya pikir kritisnya. Jangan heran kalau kamu menemukan film dengan komentar sosial dan politik yang gamblang, ya!
1. Aleksey Balabanov, sosok di balik film fenomenal Brother (1997)

Saking fenomenalnya, orang akan otomatis merekomendasikan Brother (1997) saat bicara film Rusia kontemporer terbaik. Film yang sampai dibuat sekuelnya itu memang melambungkan nama Aleksey Balabanov sebagai sineas paling signifikan dari Rusia.
Balabanov mendapat sebutan Quentin Tarantino versi Rusia, karena menggunakan pendekatan yang mirip saat berkarya, yakni mengulik cerita-cerita seputar kriminalitas dan tak segan mengekspos penontonnya dengan adegan kekerasan serta gore. Selain dua film tersuksesnya itu, Balabanov juga dikenal luas berkat film War (2002), Cargo 2000 (2007), dan Morphine (2008).
2. Andrey Zvyagintsev, sutradara Rusia pertama yang berhasil raih nominasi Oscar dua kali

Zvyagintsev layak disebut sutradar Rusia paling dekoratif sejauh ini. Ia pula sutradara Rusia pertama dan satu-satunya yang berhasil raih nominasi Oscar dua kali. Itu berkat dua filmnya, Leviathan (2014) dan Loveless (2017).
Zvyagintsev mulai merambah pasar internasional pada 2003 saat film debutnya, The Return, berhasil tayang perdana dan mencuri perhatian di Venice Film Festival. Film-filmnya sering kali berlatarkan kemelut domestik, tetapi cukup kritis. Leviathan bahkan membuatnya masuk daftar hitam pemerintah Rusia karena dengan gamblang mengkritik Putin.
3. Kira Kovalenko sering angkat isu gender dalam karyanya

Kira Kovalenko boleh dibilang sosok langka dalam sejarah perfilman Rusia. Ia mungkin satu dari sedikit sineas Rusia yang fokus pada isu gender dan feminisme. Kovalenko paling dikenal lewat film feminis berlatar Ossetia Utara bertajuk Unclenching the Fist yang mengantarnya memenangkan penghargaan Un Certain Regard di Cannes Film Festival.
Daftar filmografinya memang belum banyak. Sebelum itu, Kovalenko pernah merilis Sofichka pada 2016, adaptasi novel karya Fazil Iskander yang juga berlakonkan perempuan muda.
4. Kantemir Balagov dikenal lewat film Beanpole (2018) yang berjaya di Cannes Film Festival

Balagov disebut sebagai sutradara muda berbakat Rusia saat berhasil mencuri perhatian lewat film Closeness (2017). Saat itu, ia berhasil menggambarkan ketidakpedulian polisi dan pemerintah Rusia terhadap kelompok minoritas.
Balagov kembali berjaya saat film Beanpole (2018) yang fokus pada perjuangan dua perempuan bertahan hidup setelah Perang Dunia II meraih beberapa nominasi di Cannes Film Festival. Karyanya bahkan sempat terpilih masuk shortlist Oscar 2019.
5. Michael Borodin gemar angkat isu kaum marginal

Borodin juga bisa masuk daftar rekomendasi sutradara Rusia yang karyanya wajib ditonton. Ia juga belum punya banyak film, tetapi ada pola tertentu yang bisa dilihat, yakni kegemarannya mengangkat perspektif kaum marginal di Rusia.
Borodin muncul lewat film pendek Ya Normalniy (2021) yang mengikuti kehidupan remaja dari keluarga kelas menengah bawah yang memilih jadi perundung untuk melindungi diri di sekolah. Film fitur debut Borodin berhasil dirilis pada 2022 dengan judul Convenience Store. Ia terinspirasi kasus perbudakan modern pekerja migran Asia Tengah yang terkuak pada 2016 di Moskow.
6. Yuri Bykov, spesialis film kriminal dengan kritik sosial

Yury Bykov boleh disebut spesialis film kriminal dengan pesan sosial. Tak jarang bahkan yang bermuatan pesan antikorupsi. SepertiThe Major (2013), ia menggambarkan upaya seorang polisi menyembunyikan kasus tabrak lari yang dilakukannya.
Pada The Fool (2014) yang mengikuti sudut pandang pria jujur saat berusaha menyelamatkan penghuni apartemen dari bahaya karena struktur bangunan yang tak layak. Bykov melanjutkan tradisinya dengan merilis The Factory (2018) yang mengekor perjuangan sekelompok buruh menuntut "keadilan" dari pemilik pabrik yang menyatakan kebangkrutan.
7. Stepan Burnashev, sineas otodidak yang tembus berbagai festival film di Eropa

Meski tak memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang filmmaking, Stepan Burnashev berhasil meraih popularitas lewat karya-karya kritisnya yang menembus berbagai festival film bergengsi di Eropa. Sebagai bagian dari etnik minoritas Yakuts, Burnashev menawarkan perspektif yang unik dalam filmnya. Hampir semua filmnya berlatarkan Republik Shaka (Yakutia) dan mendapuk aktor lokal. Beberapa yang paling mencuri perhatian adalah Black Snow (2020), Yt (2021), dan Ayta (2022).
8. Kirill Serebrennikov, langganan Cannes Film Festival

Sudah empat kali Sebbrenikov menembus Cannes Film Festival. Pertama lewat film Student (2016) yang menguak kemunafikan institusi agama di negaranya. Disusul dengan Leto (2018) dan Petrov's Flu (2021) yang menggambarkan kehidupan seniman pada era Uni Soviet dan awal pemerintahan Putin. Terbaru, ia merilis film biografi Tchaikovsky's Wife (2023). Berkat muatan komentar sosial-politik serta aktivismenya, Kirill Sebbrennikov juga masuk daftar hitam pemerintah Rusia.
Sejak 2022, tak sedikit sutradara Rusia yang memilih jadi eksil di negara lain. Jadi seniman di negara otoriter memang bukan hal mudah. Eksistensi dan kesetian mereka berkarya wajib diapresiasi.