Dibandingkan Lana Del Rey dan Katy Perry, nama Kacey Musgraves tidak begitu populer di Indonesia. Mungkin karena ia berkecimpung di genre country yang jarang dibahas di media mainstream.
Namun, sejak beberapa tahun lalu namanya terus menghiasi belantika musik dunia lewat albumnya yang bergelar Album Terbaik di Grammy Awards dan kolaborasinya dengan musisi-musisi mainstream. Siapa sih Kacey Musgraves ini? Kenalan dulu, yuk.
Lahir dan besar di Texas membuat Kacey cukup familier dengan musik country. Walaupun penyanyi kelahiran tahun 1988 ini juga mendengarkan musik pop 1990-an di masa kecil dan remajanya, tetapi ia juga menggemari Shania Twain dan Sheryl Crow.
Keluarganya pun bukan pegiat musik seperti kebanyakan musisi. Kedua orang tuanya membuka usaha desain grafis dan percetakan. Beruntung, keluarga besanya mendukung aktivitas musik Kacey.
Saudara perempuannya jadi juru potret, orang tuanya membantunya membuat flyer dan cover untuk album-albumnya di masa sekolah dan awal kariernya. Bahkan, neneknya membantunya sebagai manajer untuk event dan booking.
Bukan dari keluarga, namun Kacey punya mentor dari musisi lokal bernama John DeFoore yang mendorongnya untuk menulis lagu sendiri.
Setelah mencoba merilis beberapa album indie, tampil di berbagai gigs, dan berkompetisi di acara pencarian bakat televisi Nashville Star pada 2007, Kacey akhirnya mendapat kontrak untuk menjadi penulis lagu untuk sebuah label rekaman. Saat itu, usianya masih 20 tahun.
Setelah bertahun-tahun menulis lagu untuk orang lain, Kacey akhirnya dapat kesempatan membuat album studio di bawah naungan sebuah label rekaman. Ia memberinya judul Same Trailer, Different Park dan dirilis tahun 2013.
Musik country yang kental dengan alunan banjo dan petikan gitar akustik terdengar di album ini. Disusul oleh Pageant Material di 2015 dan A Very Kacey Christmas di 2016 yang mulai menyelipkan unsur pop di dalamnya.
Beda dengan album keempatnya yang memadukan unsur pop dan soul di dalamnya. Tak heran kalau Golden Hour yang rilis pada 2018 menarik perhatian pengamat dan penikmat musik.
Saat memenangkan Grammy Awards sebagai Album Terbaik untuk kategori semua genre, tentu semua lega dan merasa bahwa album ini memang layak mendapatkannya.
Selain musiknya yang unik, lagu Kacey Musgraves pun disebut cukup progresif. Ia dikenal sebagai perempuan dengan opini dan prinsip yang kuat. Hal itu tercermin jelas dalam lagu-lagu Kacey.
Ia berani mengangkat isu-isu kesetaraan gender dalam lirik lagunya. Beda dengan musik country tradisional yang karena kebanyakan diperuntukkan penyanyi laki-laki lekat dengan nilai maskulinitas.
Ia juga dikenal sebagai musisi yang sering absen di acara-acara penghargaan karena kurang suka dengan suasananya yang penuh persaingan dan perbandingan. Mengingat musisi country didominasi laki-laki, ia pun lelah dengan pertanyaan yang fokus pada gendernya dibanding karyanya.
Menurutnya, gender bukanlah faktor yang harusnya dipertimbangkan saat bicara musik dan seni. Kacey memang sosok yang vokal dan masa bodoh, serta memiliki pendirian yang teguh.
Setelah kehebatan album Golden Hour, banyak tawaran kolaborasi datang pada Kacey. Termasuk dari musisi-musisi muda mainstream macam Harry Styles dan Troye Sivan. Ia pun dianggap sebagai jenius baru di belantika musik dunia.
Kacey baru dapat perhatian di usianya yang menginjak 30 tahun. Bukti kalau mimpi tidak punya batasan usia, walaupun kita pun sering terintimidasi dengan kesuksesan orang yang jauh lebih muda dari kita.