8 Film Dukacita yang Uplifting seperti Lagu Gala Bunga Matahari

The Farewell adalah film komedi yang senggol banyak isu, termasuk salah satunya dukacita. Ia ditulis dari perspektif perempuan muda yang merencanakan sebuah acara keluarga untuk neneknya. Ini dilakukannya karena sang nenek diprediksi tak akan hidup lama karena sebuah penyakit. Ketimbang fokus ke potensi kehilangan, ia dan para kerabatnya berusaha meninggalkan kenangan manis terakhir buat sang nenek. 

Disebut sebagai salah satu film paling underrated dari Hirokazu Koreeda, Hana juga berkutat pada seorang laki-laki yang sedang memproses rasa kehilangannya. Saat sang ayah terbunuh, ia dikirim klannya untuk membalas dendam.

Berlatar zaman Edo, untuk keperluan itu, ia perlu berguru ke sebuah padepokan samurai. Namun, di desa itu ia justru menemukan hal lain yang jauh lebih bermakna ketimbang memupuk amarahnya. 

Memenangkan 3 piala Oscar pada 1999, Life is Beautiful juga membahas isu dukacita dengan pendekatan yang lebih optimis. Mengusung genre komedi, film ikuti perjuangan ayah melindungi putranya dari kekejian perang yang sedang berkecamuk di Italia. Dengan berbagai trik, ia mencoba mengecoh sang putra dan memastikannya selamat walaupun itu berarti mengorbankan nyawanya sendiri. Meski tragis, film dikemas dengan cara yang ringan dan ceria. 

Berlatarkan festival Día de Muertos, ritual tahunan orang Meksiko untuk mengenang kerabat mereka yang telah berpulang, jelas sudah kalau Coco bicara isu dukacita. Sesuai dengan natur acaranya yang berformat festival, kesedihan tak tampak di muka para pesertanya. Bunga-bunga marigold dan riasan meriah mewarnai film ini tanpa mengurangi rasa hormat terhadap orang yang masih memproses rasa kehilangannya. 

Film dukacita uplifting lainnya bisa kamu temukan dengan judul C'mon C'mon. Dibintangi Joaquin Phoenix, film mengikuti petualangan seorang pria dan kemenakannya berkeliling Amerika Serikat. Ini mereka lakukan setelah si kemenakan kehilangan orangtua tunggalnya dan hanya punya sang paman sebagai kerabat satu-satunya. Walau sama-sama masih tak percaya dengan kepergian orang terdekat mereka, keduanya mencoba menyibukkan diri dengan hal-hal positif. 

Bergenre tragikomedi, film berlatar Selandia Baru ini ternyata ideal pula ditonton orang yang sedang memproses rasa sedihnya karena kehilangan orang terdekat. Ia berpusat pada sosok bocah yatim piatu yang diadopsi pasutri lansia.

Awalnya susah untuk beradaptasi dengan hidup barunya, ia perlahan membentuk koneksi dengan ibu asuhnya itu. Namun, tak lama, sang ibu asuh meninggal dan ia terancam dikembalikan ke panti asuhan yang dibencinya itu. Bersama sang ayah asuh, ia merencanakan cara untuk menghindari opsi tersebut. 

Rainbow Song berkutat pada sudut pandang pemuda bernama Kishida yang dikejutkan dengan kabar kematian mendadak sahabatnya. Film kemudian beralih ke kilas balik pertemuan pertama Kishida dan sang sahabat serta bagaimana ikatan di antara keduanya terbentuk. Termasuk saat perlahan benih cinta tumbuh di benak masing-masing. Tragis, tapi masih didominasi kenangan positif dan manis. 

Suka film serupa Rainbow Song? Coba juga film Thailand berjudul Not Friends yang juga menyoal kematian seorang sahabat. Kematian ini cukup mencengangkan, karena terjadi tepat sebelum momen kelulusan SMA. Untuk mengenang sang mendiang, teman sekelasnya sepakat menyelesaikan film pendek yang sudah mereka buat bersama. 

Kehilangan tentu bukan hal yang mudah buat dihadapi. Tiap orang punya cara dan waktu yang berbeda untuk sampai pada fase penerimaan. Saat sudah siap menunju fase itu, film-film dukacita yang uplifting rasanya ideal untuk membantumu lebih legawa. Pendekatan positif dan optimisnya melegakan.