8 Film Keren yang Mengeksplorasi Tema tentang Esensi Menjadi Manusia

Apa artinya menjadi manusia? Apa tujuan kita hidup di planet ini? Pemikiran tersebut pasti pernah terlintas dalam benak semua orang, dan nampaknya akan sulit terjawab oleh nalar kita sendiri.
Namun sesekali, sebuah film muncul untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan di atas. Mereka mengeksplorasi tema seputar esensi menjadi manusia dan kerinduan akan "arti" menjadi manusia dari sudut pandang internal maupun eksternal.
Beberapa film di bawah ini menjelaskan esensi tersebut melalui pendekatan teknologi maupun tindakan sederhana yang dilakukan oleh manusia. Terlepas dari pertanyaan "Bagaimana?", mereka berhasil mengeksplorasi kerinduan, makna, dan esensi sebenarnya dari menjadi manusia.
Berikut 8 film keren yang menjelajahi esensi dalam menjadi manusia seutuhnya.
1. Under the Skin (2014)

Under the Skin adalah sebuah film yang menghantui, menceritakan bagaimana rasanya menjadi umat manusia dari perspektif alien yang menyamar sebagai manusia. Film ini dibintangi oleh Scarlett Johansson, yang berperan sebagai seorang wanita bernama Laura.
Awalnya karakter "Laura" ini mengambil identitas orang lain, menculik beberapa pria dan memasukkan mereka ke dalam sebuah lubang hitam. Memang tidak begitu jelas, tetapi seiring berjalannya film kita melihat bagaimana Laura belajar apa arti seksualitas bagi "pria," kerinduan, dan peristiwa-peristiwa duniawi dalam kehidupan manusia.
Setelah upaya pemerkosaan yang brutal di hutan, dia mulai sedikit memahami sifat manusia dan bagian terbaik dari dirinya. Film ini dipenuhi pertanyaan yang hampir tidak ada jawaban tentangnya, hanya menjelaskan soal apa yang Laura temukan tentang sifat alami manusia.
2. Her (2013)

Dalam film ini, Spike Jonze menciptakan sebuah dunia masa depan di mana sistem operasi dengan kecerdasan buatan (AI) dapat memberikan kasih sayang layaknya manusia nyata.
Her menceritakan Theodore (Joaquin Phoenix), seorang pria kesepian yang memulai hubungan dengan sistem operasinya, Samantha (Scarlett Johansson), setelah mengalami depresi akibat bercerai dengan mantan istrinya.
Dari hubungan mereka berdua, kita akan ditunjukkan bagaimana seorang manusia melihat apa yang secara fisik hilang dari dalam hidupnya. Melalui kisah cinta yang dibalut sci-fi ini, kita mendapatkan esensi dari apa artinya menjadi manusia dalam bentuk fisik dalam suatu hubungan.
Meskipun hubungan mereka dipenuhi dengan cinta, kehangatan, dan pengertian satu sama lain, Theodore harus belajar bahwa yang ia butuhkan hanyalah sesosok manusia dengan sentuhan, perasaan, dan gerakan yang nyata secara fisik, bukan AI seperti Samantha.
3. Blade Runner (1982)

Abaikan adegan distopia futuristik industri. Abaikan dunia dengan suasana dan atmosfer yang suram. Abaikan elemen neo-noir di dalamnya. Karena dari semua tema dan pertanyaan tentang esensi menjadi manusia, Blade Runner selalu bermuara pada pertanyaan: apa artinya menjadi manusia?
Kita akan melihat bagaimana pertanyaan ini dieksplorasi lewat Deckard (Harrison Ford) yang selalu mempertanyakan apakah yang dia lakukan itu benar atau salah, apakah dia manusia atau replika. Hal yang sama juga berlaku untuk karakter Rachael dan Roy, karena mereka memiliki keinginan dan kebutuhan yang sama sebagai manusia.
Tetapi karena mereka adalah replika yang terkomputerisasi, mereka tidak diperbolehkan untuk hidup meskipun terlihat dan merasa seperti manusia. Lalu apa yang sebenarnya membuat kita menjadi manusia?
Pertanyaan ini benar-benar dieksplorasi di sepanjang film ini, terutama dalam 30 menit terakhir. Eksistensialis film ini benar-benar membuat penonton penasaran, karena kita sama tersesatnya dengan Deckard dalam mencari jawaban akan hal tersebut.
4. 12 Years A Slave (2013)

Film ini dibuat dari kisah nyata Solomon Northup (Chiwetel Ejiofor), seorang pria kulit hitam yang bebas tetapi diculik dan dijadikan budak. Judulnya sendiri menunjukkan dua belas tahun masa perbudakannya sejak ia diculik.
Setiap orang di Bumi pasti ingin menjalani kehidupan terbaik, walau terkadang nasib dan keadaan tidak selalu seperti itu. Dalam hal ini, seperti ribuan budak lainnya, Solomon menyaksikan esensi manusia dilucuti darinya.
12 Years A Slave menjabarkan perjuangan seorang pria untuk mendapatkan kembali nilainya, keluarganya, dan kehidupannya sebagai manusia normal. Kita juga diperlihatkan dengan kebrutalan yang bisa dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya.
12 Years a Slave tidak hanya merepresentasikan sejarah Amerika, tetapi juga menggambarkan perjuangan seorang pria untuk mendapatkan kembali kebebasannya, melihat bagaimana kehidupan manusia yang begitu rapuh, karena hanya ingin menemukan tujuan dan esensi mereka dalam hidupnya.
5. Apocalypse Now (1979)

Perang adalah sebuah kenyataan mengerikan yang dapat mengubah pikiran seorang individu lewat serangkaian penderitaan yang dialaminya. Apocalypse Now menangkap kegilaan individu-individu ini disaat mereka menghadapi pilihan moral dan kelangsungan hidup di dalamnya.
Sulit rasanya untuk merasionalisasi perilaku seseorang dalam film ini, berhubung beberapa individu hanya ingin hidup dan bertahan hidup. Meskipun diberi label film perang, Apocalypse Now mengeksplorasi kondisi manusia yang putus asa tetapi ingin tetap hidup, di mana mereka akan menghalalkan segala cara untuk memperpanjang hidup mereka sendiri.
Di dalam dunia normal, kekejaman dan pembunuhan adalah hal yang tabu. Tetapi dalam kegelapan dan kegilaan perang Apocalypse Now, hal-hal itu hanyalah "harga yang murah" bagi mereka untuk melanjutkan hidup, tidak peduli akan jadi seperti apa mereka nantinya.
6. AI: Artificial Intelligence (2001)

Dalam film ini Steven Spielberg mengambil tema di mana seorang android yang terlihat seperti anak laki-laki normal memiliki kemampuan untuk mencintai dan merasa seperti manusia pada umumnya. Spielberg berhasil menujukkan bagaimana seorang anak robot dapat bermimpi untuk menjadi seorang manusia sejati.
Ada saat-saat tertentu dalam film ini, di mana bocah android itu, David (Haley Joel Osment), mencoba untuk menjadi manusia agar diterima oleh keluarga angkatnya. Dia tertawa dengan canggung, sampai sulit untuk mencerna makanan karena dia bukan seorang manusia normal.
Hal yang paling penting bagi David adalah cinta ibunya. Perasaan ini tidak dapat diurungkan dalam pencarian David akan esensi menjadi manusia sebagaimana ibunya ingin agar dia juga diterima sebagai manusia sejati.
AI: Artificial Intelligence berhasil menggambarkan kasih sayang dan kerinduan untuk menjadi manusia, di mana perasaan yang paling diidam-idamkan oleh manusia adalah perasaan untuk menjadi manusia seutuhnya.
7. The Elephant Man (1980)

Semua manusia sama walau terlihat berbeda. Dalam kasus John Merrick yang lahir dengan cacat parah di era Victoria, ia tidak diperlakukan sebagai manusia oleh masyarakat di sekitarnya.
Merrick yang diperankan oleh John Hurt, menjadi subjek untuk sirkus dan pertunjukan aneh ala "Manusia Gajah" sampai Frederick Treves (Anthony Hopkins) merawatnya.
Film karya David Lynch ini mengeksplorasi esensi dari apa yang sebenarnya membentuk manusia. Ya, John Merrick mungkin terlihat berbeda dari orang lain. Masyarakat memperlakukannya seperti binatang atau bahkan makhluk yang lebih rendah, walau nyatanya ia adalah pria yang cukup cerdas dan peduli dengan sekitarnya.
Ketika John Merrick dipaksa turun ke kereta bawah tanah oleh kerumunan warga London yang ingin tahu, ia memohon dengan putus asa dan berteriak, “Saya bukan gajah! Saya bukan binatang! Saya seorang manusia! Saya seorang lelaki!” saat terjatuh ke lantai.
Terlepas dari kenyataan bahwa terlihat unik atau mengatakan berbeda dari orang lain tidak mendiskualifikasi atau mengurangi esensi seseorang sebagai manusia, film ini berhasil menunjukkan bahwa jiwa manusia yang sebenarnya terdapat di dalam diri sendiri, bukan dari luar.
Film ini menunjukkan kualitas intisari dari seorang manusia, secara internal dan eksternal, yang digambarkan oleh Merrick dan orang-orang baik di sekitarnya. Bahkan sang aktor sendiri, John Hurt, berkata "Jika kalian tidak tersentuh oleh film ini, kalian bukanlah tipe orang yang ingin saya kenal."
8. Wings of Desire (1987)

Wings of Desire meceritakan seorang malaikat bernama Daniel (Bruno Ganz) yang mengamati manusia di Berlin Barat sambil mendengarkan keinginan, pikiran batin, dan kerinduan mereka akan eksistensinya.
Di sepanjang film, terungkap bahwa orang-orang sering menanyakan pernyataan yang mendalam seperti keinginan untuk cinta, alasan mengapa mereka hidup, harapan, kebahagiaan dan arti duniawi lainnya. Pikiran batiniah ini mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan manusia karena hanya bisa diamati oleh malaikat.
Lewat film ini, kita perlahan-lahan mempelajari esensi tentang apa artinya menjadi manusia lewat semua emosi yang ada di dalam hati kita, tidak peduli seberapa kecil atau besar, yang menjadi bukti bahwa kita "hidup" dan sedang berada pada saat ini.
Ketika Daniel memutuskan untuk menjadi manusia, ia mendaratkan perasaannya kepada Marion. Melalui motif eksposisi puitis dari hubungan di antara keduanya, kita diberi tahu apa yang tidak diketahui malaikat tentang manusia, sekaligus membuktikan esensi dan koneksi perasaan untuk menjadi manusia.
Nah, itu tadi 8 film keren yang mengeksplorasi tema tentang esensi menjadi manusia. Bagaimana, tertarik untuk menonton semuanya?