Episode terakhir Skywalker Saga, Star Wars: The Rise of Skywalker akhirnya tayang di bioskop tanah air. Film ini merupakan babak final trilogi ketiga, kelanjutan dari The Force Awakens (2015) dan The Last Jedi (2017).
IDN Times telah menyaksikan langsung film epic space-opera ini dan merasa ada enam kelebihan dan kekurangan dari Star Wars: The Rise of Skywalker.
Peringatan: Artikel ini berpotensi mengandung spoiler. Jika tak ingin terkena, harap berhati-hati saat membaca!
Star Wars: The Rise of Skywalker merupakan kelanjutan kisah petualangan Rey dan The Resistance dalam melawan Kylo Ren dan The First Order. Film ini akan memberikan jawaban untuk semua konflik yang sudah terbangun dalam dua film pertama, The Force Awaken (2015) dan The Last Jedi (2017).
Sebagai salah satu franchise tertua dan terbesar di dunia perfilman, Star Wars punya jutaan fans setia. Para fans yang sudah mengikuti film ini sejak trilogi original pasti bakal terhibur dengan banyaknya fanservice yang diberikan sepanjang Star Wars: The Rise of Skywalker.
Film ketiga dan terakhir ini kembali diarahkan oleh J.J. Abrams setelah sekuel sebelumnya berada di tangan Rian Johnson.
Sebelas dua belas dengan fanservice, Star Wars: The Rise of Skywalker juga sarat dengan elemen nostalgia yang membuat para fans veteran girang. Mulai dari kemunculan Lando Calrissian hingga berbagai senjata dan pesawat terbang dari trilogi originalnya.
Untuk mencari tahu jawaban tentang kedua orang tuanya serta menghentikan Kylo Ren; Rey, Poe, dan Finn harus berkeliling galaksi dengan Millennium Falcon warisan Han Solo. Otomatis sepanjang film diwarnai dengan berbagai visual ajaib dari aneka planet dan kapal luar angkasa.
Semuanya tampak begitu realistis dan memukau. Gak heran jika film sekaliber Star Wars diwarnai aneka visual fantastis. Kualitas CGI yang dihadirkan pun tak main-main.
Terlalu banyak hal yang terjadi sepanjang film bukannya bikin penonton larut malah berpotensi bikin bingung. Satu menit ada di planet ini, menit berikutnya di pesawat lain. Satu detik misi A, detik berikutnya misi B.
Seolah ada begitu banyak hal yang ingin dijejalkan J.J. Abrams dalam durasi 2,5 jam ini. Bahkan durasi yang tergolong cukup panjang ini pun tak bisa membantu mulusnya tempo cerita Star Wars: The Rise of Skywalker.
Menurut saya, sebagai film penutup Star Wars: The Rise of Skywalker menggunakan terlalu banyak katarsis. Tampaknya langkah ini demi bisa menjawab semua misteri yang telah menumpuk di dua episode sebelumya dalam satu episode final. Sayangnya, ini berpotensi membuat penonton merasa tidak puas karena konklusi yang seolah maksa.
Ada juga point yang rasanya seolah mematahkan atmosfer yang ada dalam The Last Jedi (2017). Entah karena adanya perbedaan sutradara dari sekuel sebelumnya, atau ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Walau sebenarnya Star Wars: The Rise of Skywalker punya beberapa adegan pertarungan yang oke punya, namun anehnya final fight scene justru terasa melempem.
Saya berharap bisa kembali melihat keseruan perang lightsaber atau adu strategi gencar antara armada Resistance versus The First Order. Tetapi yang disuguhkan tidak sesuai ekspektasi. Bahkan menurut saya agak berantakan.
Itu dia enam kelebihan dan kekurangan Star Wars: The Rise of Skywalker. Hingga saat ini, fans masih berdebat tentang. IDN Times memberi skor 2,5/5 untuk film terbaru J.J. Abrams ini.