Kenapa Sih Film Horor Indonesia Sering Gak Laku, Bahkan di Negeri Sendiri?

Patut diakui, film horor yang diproduksi sineas dalam negeri hampir sebagian besar disisipi jalan cerita dan gambar yang cukup “syur”. Perempuan-perempuan seksi tampak menjadi pemanis film horor. Bahkan, beberapa ada yang disisipi adegan “ranjang”. Padahal, hal itu justru memecah fokus penonton. Jadi, penonton bingung, ini film horor atau film bokep?

Stereotip dalam membangun cerita yang itu-itu saja membuat orang bosan melihatnya. Apalagi tak ada pembaruan dari kisah yang disajikan. Penonton pun bisa menebak ending ceritanya. Inovasi dan penyegaran dalam membangun cerita sangat diperlukan agar penikmat film tak terjebak dalam kejenuhan.

Sensasi mencekam hanya berasal dari sound effect yang bikin penonton kaget. Padahal ceritanya justru biasa aja. Banyak yang menyayangkan, cerita kurang serem, malah cuma ngagetin. Sound effect memang cukup berpengaruh untuk membangun suasana, tapi kalau berlebihan, penonton pun jadi malas.

Hantu-hantu yang dimunculkan kadang di-makeup berlebihan. Tak salah kalau penonton justru malah tertawa melihatnya. Lagi pula, esensi seram yang dimunculkan kurang menggigit.

Selain adegan-adegan dewasa, film horor Indonesia terlalu banyak disisipi unsur komedi. Meski sebagai intermezzo, unsur komedi yang terlalu banyak justru mengaburkan komponen horornya dan membuat penonton tak puas dengan pembangunan cerita.

Judul-judul film horor di Indonesia memang “lucu”. Gak semuanya, tapi sebagian. Fenomena ini cukup membuat citra film horor Indonesia menurun di mata penikmat sinema. Kepercayaan mereka justru jadi luntur karena judul yang dipilih terkesan aneh dan gak masuk akal.

Seharusnya, pembuat film melakukan riset yang mendalam terhadap budaya dan kisah masyarakat yang diangkat ke layar lebar. Film-film horor di Indonesia sebagian besar diangkat dari kisah masyarakat di suatu daerah. Namun pengkisahannya kurang tajam, dan justru tampak setengah-setengah.

Kendati demikian, ada film-film horor di Indonesia yang fenomenal dengan cerita yang berkualitas, yang patut diapresiasi.

Bagaimana menurut kamu?