Aco Tenri di konferensi pers "Suka Duka Tawa" di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Jumat (19/12/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)
Meski judulnya mengandung kata "tawa" dan dibalut dengan nuansa komedi, Aco menegaskan film ini tidak dibuat untuk menertawakan penderitaan tokoh utamanya. Bersama penulis naskah Indriani Agustina, ia sejak awal memilih pendekatan yang lebih empatik.
"Sebenarnya waktu nulis ini, kita tuh beneran tidak mencoba melucu atau membuat sedih penonton. Kita mencoba masuk ke dalam karakter Tawa, memahami Tawa, dan orang-orang sekitarnya," tutur Aco.
Dalam proses penulisan, mereka bahkan kerap merasa tak tega menempatkan Tawa dalam adegan yang terlalu muram. Sebaliknya, adegan komedi pun sengaja "dipatahkan" agar tidak berubah menjadi lawakan kosong.
"Ketika scene-scene drama, kita tuh enggak nyaman membiarkan Tawa terlalu sedih. Sebaliknya juga, ketika dia terlalu bercanda, gua patahin kebahagiaan lo," akunya.
Pendekatan ini membuat Suka Duka Tawa berjalan di garis tipis antara tawa dan luka. Aco menyebut keseimbangan itulah yang terus ia jaga sepanjang film.
"Jadi memang kita selalu berusaha mem-balance itu. Kita aware di mana penonton akan tertawa dan di mana rasanya intimate, dan mungkin menangis," pungkasnya.