Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AMI Mulai Ambil Sikap Terhadap Karya AI, Akankah Diakui?

diskusi AMI soal anugerah AI (dok. IDN Times/Rani Asnurida)
diskusi AMI soal anugerah AI (dok. IDN Times/Rani Asnurida)
Intinya sih...
  • AI menjadi kontroversial dalam industri musik
  • Pencipta lagu dan profesi musik terancam oleh AI
  • Perlu pengakuan khusus untuk karya AI dalam penghargaan musik
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Teknologi berkembang dengan begitu cepatnya. Bahkan sejumlah aspek mengalami disrupsi, akibat munculnya teknologi bernama AI (Artificial Intelligence), termasuk dalam industri musik.

Menyusul Grammy yang telah lebih dulu memutuskan untuk beradaptasi dengan AI, Anugerah Musik Indonesia (AMI) kini mulai mengambil sikap. Sebagai bahan pertimbangan, mereka menggelar diskusi bersama narasumber yang mewakili bidang masing-masing. Lantas, akankah AMI mengakui karya AI?

1. AI mungkin mengancam semua profesi, tapi tak menutup kemungkinan akan melahirkan banyak profesi baru

diskusi AMI soal anugerah AI (youtube.com/Anugerah Musik Indonesia)
diskusi AMI soal anugerah AI (youtube.com/Anugerah Musik Indonesia)

Saat ini, AI berkembang menjadi salah satu teknologi yang kontroversial dalam berbagai bidang. Hadir sebagai salah satu narasumber, Ramya Prajna Sahisnu selaku Digital Creative Agency, memandang AI sebagai alat yang bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Menurutnya, manusia akan terus tumbuh jika mengikuti perkembangan teknologi.

Ramya tak menampik kehadiran AI dengan kepintaran yang luar biasa mampu mengancam semua profesi. Akan tetapi, ia menyakini akan muncul profesi-profesi baru ke depannya.

"Dengan kepintaran 10 kali lipat, rasanya semua profesi akan terancam, tapi akan lahir banyak profesi baru," katanya dalam diskusi yang digelar di RRI Jakarta, Selasa (13/8/2024).

2. AI mengancam profesi pencipta lagu?

diskusi AMI soal anugerah AI (youtube.com/Anugerah Musik Indonesia)
diskusi AMI soal anugerah AI (youtube.com/Anugerah Musik Indonesia)

Febrian Nindyo, musisi sekaligus personel grup HIVI! mengungkap bahwa dalam industri musik, pencipta lagu merupakan profesi yang paling terancam oleh AI. Pasalnya, dengan bantuan AI, siapapun bisa menciptakan lagu, bahkan dengan hasil yang baik.

Mengingat teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa dielak, Febrian berharap bahwa karya-karya hasil AI nantinya bisa diberi tanda agar mudah diidentifikasi.

"Oleh karena itu, untuk kami, hal yang bisa kita lakukan adalah agar paling tidak, ngasih notasi atau catatan bahwa itu AI atau nggak? Setahuku baru ada Facebook atau Google yang kasih tanda," pungkas Febrian.

3. Apakah AMI akan mengikuti jejak Grammy?

diskusi AMI soal anugerah AI (youtube.com/Anugerah Musik Indonesia)
diskusi AMI soal anugerah AI (youtube.com/Anugerah Musik Indonesia)

Sebagai Entertainment Lawyer & Publisher, Diana Silfiani mengatakan bahwa saat ini, sesuatu yang viral bukan tidak mungkin menjadi tren. Oleh karena itu, ia tak mempermasalahkan jika AMI ingin mengakui karya AI, asalkan disesuaikan dengan Grammy, yang tetap menghormati keterlibatan manusia. 

"Grammy Awards ngambil langkah di tengah-tengah. Jadi apabila lagu diciptakan oleh manusia dan dinyanyikan oleh AI, maka bisa diikutsertakan. Tapi untuk kategori penulisan lagu saja. Jadi ada keterlibatan manusia. Kemudian jika lagu diciptakan oleh AI dan dinyanyikan oleh manusia bisa diikutsertakan dalam penampilan terbaik," ucapnya.

4. Eka Gustiwana tegas berpendapat agar AI dibuatkan anugerah khusus saja

diskusi AMI soal anugerah AI (youtube.com/Anugerah Musik Indonesia)
diskusi AMI soal anugerah AI (youtube.com/Anugerah Musik Indonesia)

Eka Gustiwana juga hadir sebagai narasumber. Personel Weird Genius ini tak menampik bahwa dirinya juga memanfaatkan AI untuk mempermudah pekerjaannya sebagai musisi, namun terbatas untuk post produksi saja. 

Sementara untuk proses produksi, tetap dikerjakan sendiri, karena menurutnya karya manusia tetap tak tergantikan. Oleh karena itu, Eka lebih setuju jika AI dibuatkan penghargaan khusus saja.

"Apakah karya AI layak dianugerahi atau tidak? Jawaban saya langsung to do point, sederhana, AI join-nya di AI aja. Kalau manusia di manusia. Jadi itu udah beda alam," pungkas Eka Gustiwana.

Sementara Indra Aziz, selaku musisi sekaligus vocal coach juga mengaku AI memudahkannya dalam mengajar. Meski begitu, menolak tegas pemanfaatan AI dalam hal penciptaan musik. 

"Saya tidak akan menggunakan AI (dalam penciptaan musik), karena saya tidak punya kontrol. Ini bukan isi pikiran saya. Sementara yang ingin saya sampaikan ke dunia adalah cerita saya," kata Indra Aziz. 

5. Harus ada payung hukum yang seimbang

diskusi AMI soal anugerah AI (dok. IDN Times/Rani Asnurida)
diskusi AMI soal anugerah AI (dok. IDN Times/Rani Asnurida)

Dengan berkembangnya karya-karya AI, Prof. Dr, Ahmad M Ramli yang merupakan Founder Center of Cyberlaw & Digital Transformation, Fakultas Hukum UNPAD berharap ke depannya akan ada payung hukum yang seimbang, yang melindungi hak pencipta musik dengan tetap mendukung pengembangan teknologi baru.

"Undang-undang harus mendukung pengembangan AI dengan memperhatikan etika terhadap para komposer dan hak terkait di satu sisi dan pengembangan AI dan teknologi lainnya di sisi yang lain," pungkasnya.

Meski belum mendapatkan kesimpulan, Candra Darusman menegaskan bahwa mereka akan menjadikan pendapat-pendapat dari narasumber tersebut sebagai bahan pertimbangan, apakah nantinya karya AI akan diakui oleh AMI Awards atau tidak.

"Jadi kita berdiskusi bagaimana AMI bersikap kalau ke depannya, kalau ada banyak karya yang dibuat full dengan AI atau setengah AI. Jadi kita mencari pendapat-pendapat ini untuk pertimbangan AMI pada tahun depan," tutur Candra Darusman. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indra Zakaria
Rani Asnurida
Indra Zakaria
EditorIndra Zakaria
Follow Us