Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Album Musik yang Terlalu Nekat Dirilis demi Laku di Pasaran

30 Seconds to Mars (thirtysecondstomars.com)
Intinya sih...
  • Just Push Play – Aerosmith: Langkah besar ke arah pop mainstream dengan sound modern dan elektronik, membuat Aerosmith terdengar seperti band tua yang berusaha terlalu keras terlihat muda.
  • Pop – U2: Mencampurkan rock dengan elemen dance, techno, dan elektronik secara masif, album ini terasa terlalu sibuk bermain-main dengan gaya.
  • Hot Space – Queen: Mengadopsi funk dan disco setelah kesuksesan lagu “Another One Bites the Dust”, album ini terdengar seperti kompilasi musik dansa dan kehilangan ciri khas Queen.

Tidak semua album dibuat dari inspirasi murni atau semangat bereksperimen. Dalam dunia musik, ada juga momen ketika band-band besar tampak terlalu ingin menyenangkan pasar hingga terdengar seperti kehilangan arah. Hasilnya adalah album yang terdengar seperti kompromi, bukan karya jujur dari hati.

Entah karena tekanan label, keinginan untuk kembali ke puncak, atau sekadar ikut tren, album-album berikut terasa seperti langkah yang terlalu nekat demi menggaet audiens baru. Meskipun ada beberapa lagu bagus di antaranya, keseluruhan proyeknya justru membuat banyak penggemar mengernyit. Kira-kira apa saja album musik yang terlalu nekat dirilis demi laku di pasaran?

1. Just Push Play – Aerosmith

Setelah kesuksesan luar biasa “I Don’t Want to Miss a Thing”, Aerosmith seolah ketagihan mengejar pasar yang lebih luas. Meski lagu itu bukan ciptaan mereka sendiri, statusnya sebagai lagu nomor satu pertama dalam karier mereka membuat Steven Tyler dkk tergoda untuk meniru kesuksesan serupa. Album Just Push Play pun menjadi langkah besar ke arah pop mainstream dengan sound yang lebih modern dan elektronik. Mereka tampak menncoba menarik telinga penggemar Britney Spears hingga Christina Aguilera.

Sayangnya, usaha ini justru membuat Aerosmith terdengar seperti band tua yang berusaha terlalu keras terlihat muda. Lagu-lagunya memang catchy, tapi kehilangan roh rock n' roll liar yang jadi ciri khas mereka dulu. Alih-alih menjadi evolusi yang segar, album ini malah seperti kompromi yang dipaksakan demi bertahan di puncak.

2. Pop – U2

U2 pernah mencapai puncak eksperimen kreatif lewat Achtung Baby yang membuktikan mereka bisa tetap relevan. Tapi ketika merilis Pop, eksperimen itu terasa mulai kehilangan arah. Bono dkk mencoba mencampurkan rock dengan elemen dance, techno, dan elektronik secara masif, yang membuat hasil akhirnya terdengar seperti band lain dengan nama besar yang kebingungan.

Bukan berarti Pop sepenuhnya buruk karena masih ada beberapa momen menyentuh. Tapi sebagai band yang identik dengan keaslian dan pesan kuat, U2 di album ini terasa terlalu sibuk bermain-main dengan gaya. Banyak lagu terdengar kosong secara emosi seolah mereka lebih fokus pada tampilan luar ketimbang isi.

3. Hot Space – Queen

Setelah kesuksesan “Another One Bites the Dust”, Queen tampaknya percaya bahwa mengadopsi funk dan disco adalah cara terbaik untuk meraup audiens baru. Maka lahirlah Hot Space, album yang secara drastis meninggalkan suara glam rock mereka dan malah terdengar seperti kompilasi musik dansa. Kecuali “Under Pressure”, sisanya terdengar seperti eksperimen setengah hati yang kehilangan arah.

Freddie Mercury memang mampu membawakan hampir semua genre, tapi kali ini pesonanya tidak cukup untuk menyelamatkan materi yang lemah. Banyak lagu di Hot Space terasa datar dan tidak berkesan, lebih cocok jadi latar musik klub malam ketimbang konser rock. Album ini menandai titik di mana Queen terlalu jauh mengikuti tren dan mengorbankan ciri khas mereka sendiri, sebelum akhirnya kembali ke jalur yang lebih kuat lewat The Works.

4. America – 30 Seconds to Mars

Saat rock mulai kehilangan dominasinya di tangga lagu, Jared Leto dan bandnya mencoba beradaptasi. Sayangnya, cara mereka melakukannya terasa sangat artifisial. Di America, 30 Seconds to Mars terdengar seperti meniru siapa saja yang sedang hits, dari Imagine Dragons sampai Twenty One Pilots, demi tetap relevan. Hasilnya adalah album yang terdengar modern, tapi tak punya jiwa.

Setiap lagu dipoles sedemikian rupa, tapi kosong secara emosional. Vokal Leto diproses berlebihan membuatnya terdengar lebih seperti efek suara daripada penyanyi. Ironisnya, di balik semua usaha keras tampil kekinian, America malah terasa seperti brosur palsu yakni penuh janji tapi minim isi.

5. Dynasty – KISS

Di akhir 1970-an, gelombang disko merajalela dan KISS sang ikon glam rock memutuskan untuk ikut menari. Dynasty adalah hasil dari eksperimen mereka mencampur rock keras dengan beat disko. Lagu seperti “I Was Made for Lovin’ You” memang sukses secara komersial, tapi juga memicu kemarahan sebagian penggemar yang merasa band favoritnya mulai kehilangan taring.

Walau di balik album ini masih ada karya bagus terutama kontribusi Ace Frehley yang solid, aura keseluruhannya seperti band superhero yang kehilangan arah. Ditambah konflik internal dan hengkangnya Peter Criss, Dynasty terasa seperti titik balik yang tidak sepenuhnya positif. Dalam upaya mendekati pasar yang lebih luas, KISS justru membuat fans garis keras merasa dikhianati.

Pada akhirnya, album musik yang terlalu nekat dirilis demi laku di pasaran bisa menjadi pedang bermata dua. Kadang berhasil, tapi sering kali malah mempercepat kejatuhan. Jadi, menurutmu, lebih baik band tetap setia pada jati dirinya atau mencoba berubah demi menjangkau lebih banyak pendengar?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us