6 Album Awal 2000-an yang Bisa Didengar Hari Ini

- Album musicforthemorningafter (2001) oleh Pete Yorn menandai debut kariernya dengan lagu indie-rock yang memanjakan telinga.
- The Spirit Room (2001) oleh Michelle Branch menggebrak dengan alunan pop-rock khas era 2000-an dan lagu-lagu yang tetap melodik.
- Album Britney (2001) oleh Britney Spears menampilkan sisi lebih dewasa dan unik dari musisi tersebut, termasuk lagu-lagu seperti "I am a Slave 4 U" dan "I'm Not a Girl, Not Yet a Woman".
Ingin mengurangi ketergantunganmu pada algoritma? Atau sedang jenuh dengan daftar putarmu yang setelah sekian lama jadi menjenuhkan karena keseringan didengar? Mari biasakan dengar album random tanpa skip mulai sekarang, deh. Pakai rekomendasi album acak berikut, yuk!
Kali ini, kita bakal berkelana ke dekade 2000-an, salah satu era yang disebut para pengamat sebagai salah satu dekade terbaik dalam industri musik. Seberapa menariknya era itu? Tujuh album awal 2000-an ini mungkin bisa memotivasimu untuk menjelajah lebih jauh.
1. musicforthemorningafter (2001) - Pete Yorn

Pete Yorn mungkin nama yang asing buatmu. Namun pada awal 2000-an, albumnya yang berjudul musicforthemoningafter pernah jadi sensasi. Di situlah salah satu lagu tersuksesnya “For Nancy (’Cos It Already Is)” bernaung.
Lebih spesial lagi, musicforthemoningafter adalah album debut Pete Yorn yang menandai permulaan kariernya. Dengan vokal khas dan alunan gitarnya yang kuat, Pete Yorn sering disebut penerusnya Bruce Springsteen. Bagi penikmat genre indie-rock dan alternatif, album ini bakal memanjakan telinga banget.
2. The Spirit Room (2001) - Michelle Branch

Album debut lain yang menggebrak dekade 2000-an adalah The Spirit Room milik Michelle Branch. Ia berhasil menaklukan dunia kala itu, terutama lewat 2 single andalannya, “Everywhere” dan “All You Wanted”.
Sama seperti Pete Yorn, Branch juga menulis semua lagu di album debutnya itu. Album ini memang menandai awal 2000-an banget dengan alunan pop-rock-nya yang khas, menggebu, tetapi tetap melodik. Namun, Branch juga menambahkan beberapa lagu yang lebih slow di album tersebut.
3. Britney (2001) - Britney Spears

Selama dekade 2000-an, Britney Spears merilis 5 album studio. Namun, salah satu yang cukup underrated dan sering terlupa justru album Britney yang dirilisnya setahun setelah Oops!… I Did It Again.
Beda dengan Oops!… I Did It Again yang masih didominasi lagu slow, dalam album Britney, kita bisa mendengar sisi lain si musisi yang lebih dewasa dan unik. Lagu “I am a Slave 4 U”, “Overprotected”, “Boys”, dan I Love Rock ‘N Roll” ada di sini. Termasuk juga I’m Not a Girl, Not Yet a Woman”.
4. Stadium Arcadium (2006) - Red Hot Chili Peppers

Aktif sejak awal 80-an, jangan kaget kalau Stadium Arcadium tercatat sebagai album studio ke-9 band asal Amerika Serikat tersebut. Tak hanya belasan lagu, kamu bakal disuguhi 28 lagu sekaligus yang saat itu mereka bagi dalam 2 CD. Tak pelak, Stadium Arcadium dijuluki sebagai double album gara-gara jumlah track-nya yang tak biasa. Album ini adalah rumah untuk beberapa single andalan mereka, seperti “Dani California”, "Tell Me Baby", "Snow (Hey Oh)", “Tell Me Baby”, dan "Desecration Smile".
5. It’s Not Me, It’s You (2009) - Lily Allen

Sedang dipuji gara-gara album terbarunya, West End Girl (2025), Lily Allen juga punya karier yang cukup langgeng. Ia adalah salah satu musisi muda menjanjikan pada era 2000-an.
Kalau suka album terbarunya, coba dengar album keduanya yang berjudul It’s Not Me, It’s You. Niscaya, kamu bakal paham humor dan gaya blak-blakan Lily Allen. Banyak juga liriknya relevansinya menembus zaman, seperti lagu “The Fear” dan “F**k You”.
6. Demon Days (2009) - Gorillaz

Gorillaz sering disebut sebagai proyek musik paling inovatif yang pernah dibuat manusia. Bukan hanya soal konsep virtualnya, tetapi juga praktik genre fusion ramuan Damon Albarn selaku pentolan utama.
Coba dengar album lawas mereka yang berjudul Demon Days. Di sana kamu bakal menemukan beberapa single hits mereka, yakni “Feel Good, Inc.”, “Kids with Guns”, “Dirty Harry” dan "El Mañana". Meski dirilis tahun 2000-an, kritik mereka soal konsumerisme, ketimpangan ekonomi, krisis keamanan serta moral, rasanya masih relevan dengan situasi saat ini.
Album 2000-an ini mungkin dirilis sebelum kamu lahir, tetapi kualitas dan relevansinya sudah diuji zaman. Bolehlah jadi salah satu pemicu kebiasaan barumu yang ingin melawan ketergantungan terhadap algoritma. Mau mendengarkan yang mana dulu, nih?


















