Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Album yang Dihindari Para Musisinya Sendiri, Bukan Kebanggaan

Nirvana (instagram.com/off1cial_nirvana)
Nirvana (instagram.com/off1cial_nirvana)

Tidak semua musisi puas dengan karyanya sendiri, bahkan ketika dunia menganggapnya mahakarya. Di balik kesuksesan album yang menduduki puncak tangga lagu dan dipuji kritikus, sering tersembunyi perasaan kecewa, frustrasi, atau bahkan penyesalan dari sang pembuatnya. Terkadang, proses kreatifnya begitu melelahkan hingga meninggalkan luka yang sulit dilupakan.

Dalam beberapa kasus, para musisi bahkan secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka tidak tahan mendengarkan album yang dibuat. Bukan karena kualitasnya buruk, tetapi karena album itu mewakili masa-masa sulit, kompromi artistik, atau hasil akhir yang jauh dari harapan. Inilah lima album terkenal yang justru ingin dijauhkan oleh penciptanya sendiri.

1. Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band – The Beatles

Banyak yang menganggap Sgt. Pepper’s sebagai mahakarya The Beatles, album yang merevolusi musik pop dan menunjukkan kreativitas tanpa batas. Tapi di balik pencapaian itu, John Lennon justru merasa kurang puas. Ia tidak menyukai arah album ini yang menurutnya terlalu dipengaruhi Paul McCartney, lengkap dengan lagu-lagu musik nenek-nenek seperti “When I’m Sixty-Four”.

Walau Lennon tetap menyumbang beberapa lagu ikonik seperti “A Day in the Life”, ia merasa tidak bisa mengekspresikan dirinya sepenuhnya dalam proyek ini. Ia bahkan menyebut banyak lagunya sendiri di album ini sebagai sampah. Lennon memang sering mengkritik karya-karya Beatles secara terbuka, tapi ia merasa Sgt. Pepper’s gagal secara keseluruhan.

2. Nevermind – Nirvana

Nevermind adalah album yang membawa Nirvana ke puncak popularitas dan mengubah wajah musik rock pada awal 1990-an. Tapi bagi Kurt Cobain, kesuksesan besar itu justru jadi beban berat. Ia merasa album ini tidak mencerminkan suara asli band-nya. Lagu seperti “Smells Like Teen Spirit” adalah versi komersial yang dilembutkan dari apa yang sebenarnya ia ingin ciptakan.

Cobain juga merasa frustrasi karena orang-orang tidak memahami pesan dan identitas band-nya. Dalam konser, ia sering sengaja menyanyikan lagu seperti “Come As You Are” dengan cara yang aneh atau sumbang, seolah ingin menjauhi citra band mainstream. Tidak heran jika di album selanjutnya, In Utero, mereka mengambil arah yang lebih kasar sebagai bentuk penolakan.

3. Street Angel – Stevie Nicks

Stevie Nicks selalu berhasil menjaga karier solonya sambil tetap aktif di Fleetwood Mac. Tapi ketika ia memutuskan fokus ke jalur solo di awal 1990-an, muncul tantangan besar yang berujung pada album Street Angel yang penuh konflik. Saat itu, Nicks baru saja lepas dari kecanduan kokain, tapi justru terjebak dalam ketergantungan obat resep yang mengaburkan kestabilannya.

Nicks sendiri mengaku membenci masa hidupnya saat membuat album ini. Meskipun ada momen-momen bagus, seperti cover “Just Like a Woman” milik Bob Dylan, sebagian besar lagu dalam Street Angel dianggap jauh dari standar karya sebelumnya seperti Bella Donna. Aura magis khas Stevie Nicks seakan menghilang dan album ini jadi penanda awal masa sulit dalam kariernya.

4. Pop – U2

Pada akhir 1990-an, U2 berani bereksperimen dengan musik elektronik untuk tetap relevan di era alternatif. Setelah sukses dengan Achtung Baby dan Zooropa, mereka mencoba mendorong batas lebih jauh lewat Pop. Tapi alih-alih menjadi inovatif, album ini justru dinilai terlalu berlebihan dan kehilangan jiwa U2 yang dikenal fans lama.

Bono dan kawan-kawan mencoba membaurkan suara glitchy ala Chemical Brothers dengan gaya mereka sendiri, namun hasilnya terdengar seperti percobaan gagal. Bahkan Bono sendiri mengakui bahwa mereka telah melewati batas. Meskipun ada beberapa lagu yang masih menarik, Pop akhirnya dianggap sebagai momen yang membuat U2 sadar untuk kembali ke akar mereka.

5. Katy Lied – Steely Dan

Steely Dan dikenal sebagai band yang perfeksionis, dengan produksi musik yang berkualitas tinggi. Namun pada album Katy Lied, mereka menghadapi masalah besar dengan kualitas mixing yang membuat mereka sangat kecewa. Meski lagu-lagunya tetap memiliki nuansa jazzy pop khas Donald Fagen dan Walter Becker, hasil akhirnya dianggap tidak layak oleh sang musisi sendiri.

Masalah teknis yang tak bisa diperbaiki membuat mereka terpaksa merilis album ini dalam kondisi kurang sempurna. Bahkan mereka menyisipkan permintaan maaf di bagian liner notes karena merasa gagal menghadirkan kualitas yang biasa dijaga. Meskipun publik tetap mengapresiasi album ini, Steely Dan menganggap Katy Lied sebagai noda dalam katalog mereka.

Album-album ini membuktikan bahwa tidak semua karya besar membawa kebanggaan bagi para penciptanya. Jadi, ketika kita menganggap sebuah album sebagai karya luar biasa, pernahkah terpikir bahwa sang musisi justru ingin melupakannya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us