Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbender

Terinspirasi seni bela diri hingga spiritual yang kental

Dibuat oleh Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko, Avatar: The Last Airbender adalah serial animasi yang berhasil melahirkan kisah fantastik yang digemari banyak orang. Pertama kali mengudara pada 2005, kisah fantasi ini menceritakan seorang bocah yang dapat mengendalikan elemen api, udara, air, dan bumi. Aang, seorang Avatar muda, diceritakan hidup di dunia yang porak-poranda oleh peperangan.

Meskipun selesai pada 2008, serial kartun ini berhasil menjadi salah satu cerita fantasi dan serial animasi terbaik pada era modern. Seperti yang dilaporkan Forbes, saat ditayangkan kembali di Netflix pada 2020, serial kartun tersebut menjadi tontonan nomor satu yang digemari banyak kalangan. Lalu, pada Februari 2021, Nickelodeon mendirikan Avatar Studios, sebuah divisi yang didedikasikan untuk cerita fiksi ini.

Meskipun Avatar: The Last Airbender dianggap sebagai salah satu acara kartun terbaik, ada beberapa penggemarnya yang mungkin tidak mengetahui fakta-fakta di balik layarnya. Nah, berikut ini kita akan mengungkap fakta-fakta keren dari Avatar: The Last Airbender.

1. Gerakan pengendalian elemen dalam Avatar terinspirasi dari ilmu dan seni bela diri

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)

Ada empat jenis elemen utama di dunia Avatar: The Last Airbender: air, tanah, udara, dan api. Baik seri utama maupun sekuelnya, Avatar: The Legend of Korra, mengeksplorasi asal-usul dari setiap elemen atau unsur yang berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh pencipta serial ini, Bryan Konietzko dan Michael Dante DiMartino kepada IGN, setiap gerakan (gaya) pengendalian elemen sebenarnya terinspirasi dari gerakan kungfu. Pengendalian air, misalnya, didasarkan pada ilmu bela diri taici dan bekerja selaras dengan bulan.

Dengan pelatihan dan keterampilan yang tepat, pengendali air dapat menyembuhkan penyakit dan cedera. Mereka juga bisa mengendalikan darah dan mampu mengendalikan tubuh orang lain seperti boneka. Pengendalian udara juga memiliki banyak gerakan yang diambil dari seni bela diri baguazhang. Pengendalian udara bisa membuat si pengendali terbang (Zaheer) dan memproyeksikan diri ke Dunia Roh (Jinora). Pengendalian api, yang berakar pada Kungfu Shaolin Utara, diperkuat oleh komet dan dilemahkan oleh gerhana. Selain itu, keajaiban seperti Azula bisa menciptakan petir.

Gerakan pengendalian tanah terinspirasi dari seni bela diri Hung Ga dan pengendalian tanah bersifat sensorik. Nah, kehilangan penglihatan yang dialami Toph Beifong sebenarnya ada sisi positifnya dibandingkan kebanyakan pengendali tanah yang lain. Pasalnya, indra peraba Toph sangat peka dan kuat. Itulah mengapa Toph menjadi pengendali tanah yang sangat hebat. Dia juga menciptakan pengendalian logam. Hal ini sangat berguna sehingga pada zaman Korra, pengendalian logam digunakan di bidang manufaktur, penegakan hukum, arsitektur, dan berbagai bidang lainnya. 

2. Pengisi suara Jenderal Iroh, Greg Baldwin, belajar meniru suara Mako Iwamatsu selama 30 tahun

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan Jenderal Iroh dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)

Aktor legendaris Makoto Iwamatsu atau akrab disapa Mako, yang berperan sebagai Jenderal Iroh, meninggal dunia pada 2006. Akhirnya, pengisi suara Greg Baldwin mengambil alih peran tersebut. Baldwin berperan sebagai Jenderal Iroh pada Avatar: The Last Airbender Season 3. Banyak penggemar yang terharu dengan suara Baldwin yang sangat mirip dengan mendiang Mako Iwamatsu. 

Bagaimana Baldwin bisa meniru suara Mako dengan sangat baik, ya? Jawabannya adalah latihan selama bertahun-tahun. Dulu, Baldwin pernah menerima hadiah ulang tahun pada 1977 berupa kumpulan soundtrack dari musikal Pacific Overtures. Kebetulan, Mako dinominasikan untuk Tony Award atas penampilannya dalam produksi musikal Pacific Overtures. Karena terobsesi, Baldwin akhirnya mempelajari semua lagu-lagu itu dan menirukan suara Mako. Seperti yang Greg Baldwin katakan, "Saya adalah salah satu dari sedikit orang yang terinspirasi dan meniru Mako selama 30 tahun lamanya."

Menariknya, Baldwin sebenarnya mewarisi sejumlah peran yang juga pernah dimainkan Mako, di antaranya Aku dalam Samurai Jack dan Master Splinter dalam Teenage Mutant Ninja Turtles. Baldwin juga pernah mengisi suara dalam SpongeBob SquarePants, The Marvelous Misadventures of Flapjack, dan Star Wars: The Clone Wars.

3. Sang Mekanik membantu mengembangkan teknologi di dunia Avatar

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan sang Mekanik dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)

Setelah pembantaian bangsa Air Nomad (Pengembara Udara) berada di titik yang mengerikan, empat kuil udara tak berpenghuni selama bertahun-tahun. Namun, pada akhirnya, pengungsi dari Earth Kingdom (Kerajaan Bumi) pindah ke Kuil Udara Utara. Pengungsi (kelompok) ini meniru pengendali udara dengan teknologi luar biasa yang ditemukan oleh seorang insinyur brilian sekaligus pemimpin mereka. Sang Mekanik, yang tidak disebutkan namanya, menciptakan pesawat layang seperti yang pernah digunakan para Pengembara Udara untuk menunggangi angin atau menggunakan lilin penunjuk waktu. Ia pun menciptakan sejumlah keajaiban lainnya.

Pasalnya, dunia Avatar tidak cukup canggih. Ibu kota dari Kerajaan Bumi, Ba Sing Se, misalnya, masyarakatnya masih menggunakan lilin sebagai penerangan. Mereka pun masih mengandalkan perahu atau berjalan kaki. Oleh sebab itu, sang Mekanik dianggap luar biasa dalam membantu mengembangkan teknologi dalam Avatar: The Legend of Korra.

Dalam Avatar: The Legend of Korra, sistem feodal yang dihuni Aang berubah menjadi tempat industri-industri berteknologi canggih, seperti mobil, pesawat terbang, pembangkit listrik, dan kecanggihan lainnya. Seperti yang dikatakan Bryan Konietzko kepada NPR, "Ini seperti berlatarkan pertemuan fiksi antara Shanghai dengan Manhattan pada 1920-an."

4. Ibu kota dari Kerajaan Bumi, Ba Sing Se, terinspirasi dari dunia nyata

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan ibu kota Kerajaan Bumi, Ba Sing Se, dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)

Dalam dunia Avatar, hewan-hewan di sana merupakan gabungan dari beberapa fauna. Budaya dalam serial ini juga terinspirasi dari tempat dan era nonfiksi. Ibu kota dari Kerajaan Bumi, Ba Sing Se, adalah salah satunya. 

Seperti yang dirinci dalam Avatar: The Last Airbender: The Art of the Animated Series, kreator serial ini, Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko, sempat mengunjungi Beijing sebelum mulai memproduksi musim kedua Avatar. Tembok Besar China dan Kota Terlarang menjadi salah satu tujuan utamanya. Dua tempat ini juga menjadi inspirasi untuk kota Kerajaan Bumi yang terkenal sulit ditembus, yang ditandai dengan adanya tembok besar dan stratifikasi yang ketat.

Danau Laogai, penjara brutal tempat para pembangkang di Kerajaan Bumi, juga terinspirasi dari dunia nyata. Seperti yang dirinci oleh The Atlantic, sistem penjara Laogai di Tiongkok secara historis digunakan untuk mendidik para narapidana dengan keras. Mereka biasanya dipenjara tanpa diadili. Tidak heran jika Ba Sing Se menjadi salah satu lokasi paling menakutkan di dunia Avatar.

5. Ritual dan spiritual dalam Avatar: The Last Airbender sangatlah kental

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan Aang dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)

Avatar: The Last Airbender adalah serial animasi yang kental akan spiritualnya. Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko membahas hal ini dalam perbincangan mereka terkait episode musim kedua, yakni "The Guru". Dalam episode ini, Aang berjuang untuk membuka cakra (chakra) energiknya. Ini adalah sebuah proses yang membawanya untuk menghadapi kesalahan masa lalunya dan melepaskan keduniawiannya.

Banyak penonton yang tidak mengenal cakra, seperti yang diakui DiMartino. Namun, pada kenyataannya, istilah itu merupakan bagian penting dari spiritual di dunia nyata, yang sejarahnya sudah ada sejak ribuan tahun lamanya. Sebagaimana dirinci Encyclopedia Britannica, kata cakra berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti 'roda'.

Meskipun berbagai cabang agama Hindu dan Budha memiliki perbedaan pendapat mengenai jumlah cakra utama dalam tubuh manusia, mereka semua setuju bahwa cakra adalah pusat energi terkuat yang ada di dalam tubuh manusia. Penonton yang jeli pasti melihat bahwa gerakan tangan Aang mengikuti gerakan mudra pada episode ini. Mudra adalah isyarat tangan dengan makna simbolis yang mendalam. Gerakan ini merupakan simbol untuk mengomunikasikan berbagai hal. Gerakan mudra yang dilakukan Aang dikaitkan dengan meditasi.

Selain yang disebutkan di atas, Avatar: The Last Airbender sebenarnya mengeksplorasi banyak tradisi spiritual lainnya. Qi atau yang dieja chi adalah salah satu yang sangat menonjol. Chi merupakan sebuah konsep penting dalam budaya Tiongkok. Chi adalah energi yang mengalir ke segala sesuatu. Ini adalah akar dari semua pengendalian dan dapat dimanipulasi ke arah tujuan yang berbeda. Karakter Ty Lee, misalnya, mampu membuat lawannya tidak berdaya lewat teknik chi-blocking.

Baca Juga: 11 Serial Netflix Tayang Februari 2024, Avatar Ditungguin!

6. Kisah Avatar: The Last Airbender berlanjut ke komik

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan Zuko dan Azula bersama Ursa dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)

Episode terakhir dari Avatar: The Last Airbender, "Sozin's Comet", terdiri dari empat bagian. Episode ini sangat disukai penonton, terutama dari segi akhir kisah Aang. Banyak dari bagian ini yang sebenarnya sudah dieksplorasi dalam komik resmi Avatar: The Last Airbender. Komik kedua, The Search, menjawab salah satu pertanyaan paling menarik dalam serial ini: apa yang terjadi dengan Ursa, ibu dari Zuko dan Azula?

Saat menemukan surat tersembunyi dari Ursa, Zuko dan Azula pergi ke kampung halaman Ursa di Hira'a. Mereka menemukan beberapa fakta baru atas hilangnya Ursa. Hal ini menjawab beberapa pertanyaan sekaligus mencetuskan beberapa pertanyaan baru.

Pada arc lainnya, Toph mendirikan sekolah pengendalian logam. Di sisi lain, Sokka dan Katara harus menghadapi urbanisasi Suku Air Selatan. Aang dan sekutunya juga membantu membangun Kota Republik, sebuah kota metropolitan bagi warga negara mana pun yang mau berkumpul.

7. LGBTQ+ dalam dunia Avatar

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan Korra dan Asami Sato dalam serial animasi Avatar: The Legend Korra (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Legend Korra)

Avatar: The Legend Korra membuat penonton heboh ketika adegan terakhir memperlihatkan Korra dan Asami Sato sedang berpegangan tangan dan saling menatap. Ya, Korra dan Asami jatuh cinta. Hubungan Korra dan Asami merupakan tonggak penting dan kontroversial dalam animasi ini. Pasalnya, mereka adalah bagian dari LGBTQ+. Namun, representasi LGBTQ+ tidak terbatas pada Avatar: The Legend of Korra. Ia juga hadir dalam Avatar: The Last Airbender.

Dalam The Legend of Korra: Turf Wars, putri Aang dan Katara yang bernama Kya, seorang pengendali air, memberikan penjelasan tentang sejarah LGBTQ+ di tempatnya kepada Korra dan Asami. Banyak Pengembara Udara yang merupakan seorang gay. Itu sebabnya Kya memberitahu Korra dan Asami untuk tidak menyembunyikan hal itu. Itu karena LGBTQ+ bukanlah suatu masalah di tempat mereka.

Raja Api, Sozin, justru sebaliknya. Ia sangat melarang keras hubungan sesama jenis. Secara historis, Suku Air dan Kerajaan Bumi juga awalnya tidak menerima kelompok LGBTQ+. Namun, karena kebudayaan mereka telah berubah, orientasi seksual semacam ini akhirnya diterima. Sozin juga mengungkapkan bahwa Avatar Kyoshi adalah biseksual. Fakta ini dieksplorasi lebih detail dalam novel Rise of Kyoshi.

8. Zuko dan Toph awalnya digambarkan sebagai orang dewasa

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan Zuko dan Toph dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)

Zuko dan Toph Beifong adalah dua karakter Avatar: The Last Airbender yang dianggap terbaik. Siapa yang tidak terharu oleh kisah Zuko? Ia tumbuh dari seorang remaja yang trauma menjadi seorang pemuda yang heroik? Siapa yang tidak mendukung Toph Beifong? Ia adalah seorang gadis mungil dengan kehebatan luar biasa saat mengendalikan tanah dan mengalahkan lawan-lawannya di ring Earth Rumble?

Seperti yang diungkapkan Bryan Konietzko dan Michael Dante DiMartino pada podcast Braving the Elements, Zuko awalnya digambarkan sebagai laki-laki dewasa, bukan remaja. Kemudian, produser eksekutif Eric Coleman berpendapat bahwa Zuko lebih cocok dengan karakter remajanya. Konsep asli Toph juga sama. Seperti yang dikatakan Konietzko, Toph awalnya digambarkan sebagai laki-laki bertubuh besar dan berotot. Namun, Aaron Ehasz, penulis utamanya, menyarankan agar Toph menjadi seorang perempuan.

9. Kreator Avatar: The Last Airbender sangat memperhatikan detail kecil, termasuk warna kulit karakternya

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan Aang dan Katara dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)

Avatar: The Last Airbender diciptakan berdasarkan beragam budaya, tempat, era, dan peristiwa nonfiksi. Tentunya, hal ini butuh penelitian yang akurat dan ide yang kritis. Kuncinya adalah memahami keberagaman.

Seperti yang dikatakan Bryan Konietzko, banyak ide yang masuk untuk desain visual karakter-karakternya, termasuk warna kulit mereka. Warna kulit Kya, misalnya, sama dengan warna kulit Katara. Kulit Tenzin sedikit lebih gelap dibandingkan Aang.

Mengapa warna kulit penting? Ya, karena banyak pula kebudayaan yang hadir dalam serial ini. Jadi, wajar jika warna kulit karakternya juga sangat diperhatikan. Hal ini tentunya sangat mewakili keberagaman penonton Avatar: The Last Airbender.

10. Avatar dibuat untuk menjadi panutan bagi penonton

Ada LGBTQ+? 10 Fakta di Balik Layar Kartun Avatar: The Last Airbendercuplikan adegan dalam serial Netflix Avatar: The Last Airbender versi live action (dok. Rideback/Avatar: The Last Airbender)

Sejak awal, Avatar memang dibuat untuk menjadi panutan. Seperti yang dijelaskan Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko dalam sebuah wawancara dengan Salon, mereka mengaku memiliki tanggung jawab besar tentang cerita Avatar.

“Saya sepenuhnya setuju bahwa kisah-kisah hari ini memiliki peluang dan tanggung jawab besar untuk membantu kita berkembang sebagai individu dan masyarakat,” kata DiMartino.

"Saya terpesona oleh beberapa penelitian ilmu saraf tentang bagaimana sebuah cerita dapat memengaruhi otak kita. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kita adalah cerminan apa yang kita tonton atau baca. Cerita dapat memberikan pengaruh positif atau negatif pada otak dan pikiran kita." tambahnya.

DiMartino berharap agar kisah Avatar dapat membuat penonton mengerti tentang artinya perdamaian. Nah, Aang merupakan salah satunya. Aang adalah seorang vegetarian yang pasifis. Ia adalah sosok yang ceria, penuh kasih sayang, dan berempati. Dia juga impulsif, sedikit egois, dan agak plin-plan dengan apa yang ingin diraihnya.

Avatar: The Last Airbender hadir dalam serial animasi, komik, video game, novel prosa, dan yang terbaru serial live action yang ditayangkan di Netflix. Tak heran, kisah yang membahas tentang perjuangan untuk menemukan dan menjaga keseimbangan dalam skala antarpribadi, antarbudaya, dan internasional ini tampaknya sangat dikagumi oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Yang penasaran, kamu bisa nonton live action dari Avatar: The Last Airbender di Netflix mulai 22 Februari 2024!

Baca Juga: Urutan Nonton Animasi Avatar The Last Airbender hingga Legend of Korra

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya