Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilan

Perusahaan besar yang digugat karena membuang limbah beracun

Dark Waters merupakan kisah yang memilukan dari seorang peternak bernama Wilbur Tennant yang membangun peternakannya dari kecil hingga berkembang menjadi mata pencaharian utama. Tennant curiga dengan salah satu perusahaan terbesar di kotanya, DuPont, lantaran membuang bahan kimia beracun yang mencemari sumber air di kota tersebut. Akibatnya, ratusan ternak sakit dan mati.

Tennant pun meminta bantuan seorang pengacara yang berbasis di Ohio bernama Robert Billot. Billot sering dibayar dengan harga tinggi untuk membela perusahaan-perusahaan kimia. Ternyata, nenek Billot tinggal di kota yang sama dengan Tennant. Inilah yang membentuk rasa kemanusiaan Bilott membantu menggugat perusahaan besar tersebut.

Pencarian mereka akan keadilan menembus sistem peradilan Amerika selama hampir 2 dekade lamanya. Mengungkap perbuatan-perbuatan kotor yang sudah lama disembunyikan oleh perusahaan besar tersebut. 

Kisahnya memang cukup familier. Pasalnya, kisah ini diambil dari kisah nyata. Dark Waters dari Focus Features dibintangi Mark Ruffalo sebagai Robert Bilott, pengacara perusahaan yang berubah menjadi aktivis lingkungan dan memimpin perjuangan hukum melawan raksasa kimia DuPont ini sebenarnya sangat gelap.

Kisah nyata Dark Waters mengungkap munculnya ancaman terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, meluasnya penggunaan bahan kimia, dan dugaan perusahaan yang menutup-nutupi hal tersebut. Berikut ini kisah nyata di balik film Dark Waters yang cukup memilukan.

Baca Juga: Review 'Dark Waters': Kisah David Hadapi Goliath yang Serba Berkuasa

1. Dark Waters terinspirasi dari Parkersburg yang tercemar limbah berbahaya

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari KeadilanPintu masuk ke Washington Works DuPont di Washington, Virginia Barat. Washington Works sekarang dimiliki oleh Chemours. (commons.wikimedia.org/Snoopywv)

Kisah ini dimulai di Parkersburg, Virginia Barat, yang dihuni sekitar 32.000 orang dan berjarak sekitar 3 jam perjalanan ke timur Cincinnati. Sama seperti banyak kota yang dikelilingi sungai, Parkersburg terkenal dengan pekerja pabriknya, karena kota ini adalah kawasan industri. Banyak perusahaan yang mendirikan pabrik di tepi Sungai Ohio. Sisi baiknya, perusahaan-perusahaan ini menciptakan lapangan kerja dan stabilitas ekonomi.

Di kota ini, mesin perputaran ekonomi tersebut adalah perusahaan DuPont, yang terkenal dengan inovasinya, seperti nilon, tyvek, dan teflon. DuPont berdiri di sepanjang Sungai Ohio pada 1948, dengan pabrik Washington Works di dekat Parkersburg. Saat ini, lokasi tersebut adalah rumah bagi Chemours Washington Works, cabang perusahaan dari DuPont yang mempekerjakan lebih dari 600 orang dan memproduksi berbagai produk yang digunakan dalam konstruksi, ruang angkasa, dan peralatan rumah tangga.

Parkersburg juga merupakan rumah bagi keluarga Tennant, yang selama hampir satu abad menggarap lahan di tempat tersebut dan akhirnya berkembang menjadi lebih dari 700 hektare. Keluarga Tennant juga memelihara lebih dari 200 ekor sapi. Wilbur Earl Tennant dan saudara-saudara kandungnya mewarisi tanah tersebut ketika sang ayah meninggalkan mereka pada 1950-an.

Saudara kandung Wilbur, Jim, juga bekerja sebagai buruh di pabrik Washington Works, bersama ratusan warga lainnya yang mendapatkan pekerjaan tetap di perusahaan terbesar di wilayah tersebut. Pada 1980-an, Jim dan istrinya, Della, menjual tanahnya ke DuPont untuk digunakan sebagai tempat pembuangan sampah logam, sebagaimana yang ditulis The New York Times Magazine.

2. Awalnya, tidak ada yang menggubris kesaksian Wilbur Tennant

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilancuplikan adegan Wilbur Earl Tennant (Bill Camp) dan Robert Bilott (Mark Ruffalo) dalam film Dark Waters (dok. Participant/Dark Waters)

Pada akhir 1990-an, peternak di Virginia Barat, Wilbur Tennant, putus asa dengan masalah yang ditimbulkan dari pabrik terbesar di wilayah tersebut. Pasalnya, permohonan bantuannya tidak didengarkan. Melansir dari artikel yang dimuat The Huffington Post berjudul Welcome to Beautiful Parkersburg, West Virginia, Tennant yakin bahwa DuPont mencemari air yang menjadi sumber utama untuk ternaknya. Ditambah lagi, Tennant sudah kehilangan lebih dari separuh ternaknya karena penyakit misterius.

Wilbur Tennant menceritakan keresahannya ini ke banyak pihak. Dia mengaku bahwa sekitar 100 anak sapi dan 50 sapinya mati dalam kurun waktu bertahun-tahun. Padahal, Tennant mengurus sapi-sapinya dengan cukup baik, memberi mereka makan dan nutrisi dengan cukup. Namun, sapi-sapinya terlihat kurus, dan beberapa di antaranya bahkan mengeluarkan darah dari mulutnya.

Wilbur Tennant dan saudara kandungnya, Jim, penasaran dengan apa yang menimpa sapi mereka. Mereka pun memutuskan membedah beberapa bangkai sapi. Saat mereka memotong kulit sapi yang mati misterius, mereka mencium bau busuk yang sangat menyengat. Jeroan sapi itu juga berwarna hijau cerah.

Warna hijaunya mirip seperti air berbusa yang mengalir dari pipa TPA Dry Run terdekat dan masuk ke sungai tempat di mana ternak Wilbur Tennant meminum air tersebut. Bukti ini pun dia rekam dalam sebuah rekaman video yang ditunjukkan Wilbur Tennant kepada pengacara Robert Bilott.

3. Robert Bilott menemukan dokumen pencemaran bahan kimia berbahaya milik DuPont

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilancuplikan adegan Mark Ruffalo sebagai Robert Bilott dalam Dark Waters (dok. Participant/Dark Waters)

Hubungan Robert Bilott dengan Kota Parkersburg berawal dari masa kecilnya, saat dia menghabiskan liburannya di rumah neneknya. Billot memiliki teman kecil yang juga kenal dengan Wilbur Tennant. Temannya inilah yang menyarankan Tennant agar menghubungi Robert Bilott, pengacara lingkungan di firma Cincinnati Taft Stettinius & Hollister, untuk meminta bantuan.

Robert Bilott mendorong perusahaan (pabrik) untuk mematuhi peraturan lingkungan baru yang ditetapkan oleh Undang-undang Superfund dan menjadi ahli kimia polutan. Bilott menggugat DuPont pada 1999 dengan mengajukan mosi yang memaksa DuPont agar menyerahkan dokumen yang berkaitan dengan bahan berbahaya yang digunakan di pabrik Washington Works dekat Parkersburg.

Pada 2000, Robert Bilott menemukan notasi pada dokumen internal DuPont yang merujuk pada bahan kimia yang disebut asam perfluorooktanoik (PFOA), juga dikenal sebagai C8, di Dry Run Creek. Bilott pun meminta semua dokumen yang berkaitan dengan PFOA. DuPont awalnya menolak, tapi perintah pengadilan memaksa mereka menyerahkan lebih dari 100.000 halaman dokumen, beberapa di antaranya berasal dari 50 tahun yang lalu.

4. Pembuangan limbah pabrik yang mengandung asam perfluorooktanoik (PFOA)

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilanilustrasi pembuangan limbah cair (pxhere.com/Alan Levine)

Pada 1980-an, Jim Tennant dan istrinya, Della, mendapat tawaran dari DuPont. Pengusaha setempat ingin membeli sebagian tanah mereka untuk dijadikan tempat pembuangan sampah bagi pabrik Washington Works, yang memproduksi Teflon. Akan tetapi, Teflon ini mengandung bahan kimia C8.

Keluarga Tennant awalnya berembuk dan enggan menjual tanah tersebut, terutama karena tujuan mereka yang ingin membuang limbah kimia. Namun DuPont berjanji, mereka hanya akan membuang limbah yang tidak berbahaya, seperti besi tua dan abu. Jadi Jim Tennant dan istrinya menjual sekitar 60 hektar tanah mereka ke DuPont. Uang itu juga digunakan Jim berobat. Masalahnya, Jim merupakan seorang karyawan Washington Works, ia sudah bertahun-tahun menderita gejala dan penyakit mirip flu yang membingungkan dokter.

Menurut Majalah The New York Times, pada 1990, DuPont telah membuang 7.100 ton limbah asam perfluorooktanoik (PFOA) ke TPA Dry Run. Para ilmuwan DuPont tahu bahwa tempat pembuangan akhir (TPA) tersebut dialirkan ke tanah milik Tennants, maka dari itu mereka menguji air di Dry Run Creek.

Ditemukan bahwa air di sana mengandung konsentrasi PFOA yang sangat tinggi. DuPont tidak memberitahukan hal ini kepada keluarga Tennant pada saat itu. Setelah hal ini terungkap, laporan menunjukkan bahwa keluarga Tennant menyelesaikan gugatan mereka terhadap DuPont pada Agustus 2000.

5. Diketahui korelasi penyebab cacat lahir dengan paparan C8

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari KeadilanIlustrasi Ibu dan Bayi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Ken Wamsley menghabiskan hampir 40 tahun hidupnya dengan bekerja di pabrik DuPont Washington Works. Di sana, dia bertugas untuk mengukur kadar bahan kimia C8 (PFOA). Dia mengatakan kepada The Intercept pada 2015 bahwa zat kimia tersebut sering tumpah dari wadah kaca dan berceceran ke mana-mana. Wamsley pun harus menderita kolitis ulseratif, suatu kondisi yang dapat menyebabkan kanker dubur. Dalam kasus Wamsley, ia memang menderita kanker tersebut.

Ada pula Sue Bailey,  perempuan yang sedang hamil saat dia bekerja di divisi Teflon di pabrik Washington Works. Putranya yang diberi nama Bucky, lahir dengan kelainan hidung dan mata pada 1981. Saat kembali bekerja di DuPont setelah cuti melahirkan, Bailey mengetahui adanya penelitian yang dilakukan oleh 3M (produsen C8) yang menemukan kelainan serupa pada tikus belum lahir yang terpapar bahan kimia tersebut.

Berdasarkan artikel Welcome to Beautiful Parkersburg, West Virginia, yang diterbitkan The Huffington Post, pada Maret 1981, DuPont mengirim ahli patologi dan ahli cacat lahir untuk meninjau data 3M yang sempat dibaca Sue Bailey di ruang ganti. Mereka menyimpulkan bahwa penelitian tersebut valid dan bahwa "cacat mata janin yang diamati adalah karena paparan C8,' menurut dokumen internal DuPont. DuPont akhirnya mengeluarkan semua pekerja perempuan dari area di mana mereka kemungkinan melakukan kontak dengan bahan kimia tersebut.

Tak lama setelah itu, DuPont mulai memantau dan memeriksa kesehatan para pekerja perempuan di pabrik Washington Works. Direktur medis perusahaan ingin mengetahui apakah C8 menyebabkan abnormal kepada janin? Data awal menunjukkan bukti bahwa hal itu memang terjadi. Namun, perusahaan tidak memberi tahu karyawan dan malah mengakhiri penelitian tersebut.

Baca Juga: 6 Film Bertema Balapan Mobil yang Berdasarkan Kisah Nyata, Seru!

6. Zat kimia dalam pembuatan teflon sangat berbahaya

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilanilustrasi Teflon (pxhere.com)

Teflon terkenal pada 1940-an, dan bersamaan dengan itu, DuPont menjadi perusahaan kimia terbesar. Komponen utama teflon adalah C8, juga dikenal sebagai asam perfluorooktanoik (PFOA). C8 adalah surfaktan, senyawa kimia yang dapat mengurangi tegangan di permukaan. C8 dan bahan kimia perfluorinasi rantai panjang lainnya digunakan dalam berbagai produk rumah tangga, industri, dan komersial.

Sekitar satu dekade yang lalu, hanya sedikit masyarakat yang mengetahui tentang C8. Apalagi dampak zat kimia ini pada kesehatan manusia. Namun, DuPont diduga mengetahui dampak racunnya sudah beberapa dekade lamanya, dan konon tidak memberi tahu karyawan atau masyarakat tentang hal tersebut. 

DuPont membeli C8 dari 3M dan menggunakannya untuk mencegah penggumpalan pada Teflon selama proses pembuatannya. Zat ini stabil, persisten, dan sangat sulit terurai. Meskipun PFOA tidak diklasifikasikan oleh pemerintah sebagai zat berbahaya, 3M mengirimkan rekomendasi kepada DuPont tentang cara membuangnya. PFOA tersebut akan dibakar atau dikirim ke fasilitas limbah kimia. Instruksi DuPont sendiri menetapkan bahwa limbah PFOA tidak boleh dibuang ke air atau selokan.

Pada April 2000, setelah 3M melakukan pengujian dan penelitian terhadap bahan kimia serupa dengan C8 (PFOA) yang disebut PFOS, perusahaan tersebut memberi tahu US Environmental Protection Agency (disingkat EPA atau USEPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa paparan dalam jumlah yang sangat kecil sekalipun, dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan. Mereka pun mulai menghentikan penggunaan PFOS dan PFOA secara bertahap.

7. Dokumen-dokumen yang dijadikan bukti di pengadilan

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilancuplikan adegan Robert Bilott (Mark Ruffalo) di pengadilan dalam Dark Waters (dok. Participant/Dark Waters)

Informasi tentang apa yang DuPont ketahui dalam dokumen-dokumennya awalnya dijadikan bagian dari tuntutan hukum yang diajukan Robert Bilott terhadap perusahaan atas nama Wilbur Tennant. Kemudian, dokumen ini dijadikan bukti dari 3.000 tuntutan lebih terkait cedera pribadi atau masalah kesehatan yang pernah dialami karyawan atau warga sekitar. Proses hukum tersebut mengungkap ratusan bukti bahwa karyawan DuPont mencurigai C8 berbahaya, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Hingga akhirnya membahayakan pekerja dan warga yang tinggal di dekat pabriknya.

Pada 1980-an, DuPont diduga membuang limbah PFOA ke TPA Dry Creek, dekat tanah milik Tennant. DuPont juga menemukan bahwa polusi mengandung PFOA yang dikeluarkan dari pabrik Washington Works mempengaruhi daerah sekitarnya, karena mencemari pasokan air setempat.

Pada 1991, para ilmuwan DuPont menentukan batas keamanan internal untuk konsentrasi PFOA dalam air minum. Pada tahun yang sama, DuPont menemukan bahwa air di satu distrik setempat mengandung tingkat PFOA tiga kali lipat dari angka tersebut. Meskipun ada perdebatan, perusahaan menolak untuk mempublikasikan informasi tersebut.

Robert Bilott menemukan penelitian yang menghubungkan PFOA dengan berbagai jenis kanker, cacat lahir, dan penyakit. Meskipun kasus Tennant telah diselesaikan, Robert Bilott terus melanjutkan masalah ini di pengadilan dan mengajukan kasus yang lebih besar terhadap DuPont atas nama warga di distrik perairan wilayah Parkersburg.

8. DuPont merespons film Dark Waters

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilanpintu masuk DuPont Experimental Station di Wilmington, Delaware (commons.wikimedia.org/Littleinfo)

Pada November 2019, The Washington Post mengadakan podcast bersama Mark Ruffalo dan Robert Bilott untuk membahas film dan gugatan Bilott di kehidupan nyata. Namun, DuPont menegaskan kembali bahwa perusahaan berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan serta melindungi lingkungan sekitar pabrik dalam sebuah pernyataan.

"Meskipun DuPont tidak membuat bahan kimia yang dimaksud, kami telah mengumumkan serangkaian komitmen untuk membatasi penggunaan PFAS dan kami memimpin industri dalam mendukung undang-undang federal dan upaya regulasi berbasis sains untuk mengatasi bahan kimia ini. Kami selalu dan akan terus bekerja sama dengan mereka yang berada di komunitas ilmiah, nirlaba, dan pembuat kebijakan yang menunjukkan keinginan serius dan tulus untuk meningkatkan kesehatan, komunitas, dan planet kita.”

DuPont juga mengatakan bahwa film Dark Waters sangat tidak akurat dan banyak adegan yang dilebih-lebihkan. Pada 2005, DuPont setuju untuk mendanai penelitian tentang dampak kesehatan dari C8. Pada tahun yang sama, US Environmental Protection Agency (disingkat EPA atau USEPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat mendenda DuPont lebih dari 10 juta dolar AS atau setara Rp161 miliar karena tidak melaporkan risiko terhadap kesehatan manusia dari C8 (PFOA), sebagaimana yang dilaporkan The Intercept.

Pada 2017, DuPont dan cabang perusahaannya, Chemours, setuju membayar lebih dari 600 juta dolar AS atau setara Rp9,6 triliun untuk menyelesaikan sekitar 3.500 masalah kesehatan yang diderita korban akibat dugaan kontaminasi pasokan air di Parkersburg. Meski begitu, kedua perusahaan masih membantah bahwa mereka melakukan kesalahan.

9. Zat kimia yang berbahaya pada kesehatan manusia dalam Dark Waters

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilanilustrasi efek paparan PFAS (zat per dan polifluoroalkil) terhadap kesehatan manusia (commons.wikimedia.org/European Environment Agency)

PFOA (C8) dan PFOS adalah zat rantai panjang yang lebih umum digunakan, yang terdiri dari 4.000 lebih bahan kimia buatan manusia yang disebut zat per dan polifluoroalkil (PFAS). PFAS ada di mana-mana. Bahan-bahan tersebut ada di hampir semua hal yang kita gunakan, seperti kain dan karpet tahan noda, peralatan masak antilengket, pakaian anti air, dan busa pemadam kebakaran. Dan berdasarkan data Pusat Pengendalian Penyakit, bahan kimia PFAS ditemukan dalam darah manusia (orang yang pernah diteliti) sebanyak 98 persen.

Kontaminan yang muncul ini bertahan lama dan hanya akan terurai jika dibakar pada suhu yang sangat tinggi. “PFAS sangat persisten di lingkungan terutama karena ikatan kimia antara atom karbon dan fluor yang sangat kuat dan stabil,” menurut US Environmental Protection Agency (disingkat EPA atau USEPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat.

Selama proses produksi, bahan kimia PFAS akan dilepaskan ke udara, tanah, dan air di sekitar fasilitas industri. Bahan-bahan kimia ini paling berbahaya bila tertelan dan bisa terakumulasi secara hayati, yang berarti bahan-bahan tersebut akan menumpuk di dalam tubuh seiring berjalannya waktu (seperti halnya bahan-bahan tersebut menumpuk di lingkungan).

Penelitian juga menemukan hubungan potensial antara paparan PFOA dan kolesterol tinggi, gangguan tiroid, serta kanker testis dan ginjal. Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terkait dampak kesehatan, khususnya pada zat rantai pendek. Pada 2005, DuPont setuju untuk menghentikan penggunaan C8 (PFOA) secara bertahap sampai 2015.

10. Apa yang dilakukan lembaga pemerintah AS terkait masalah ini?

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari KeadilanProgram Lower Eastside Action Plan (LEAP) yang melibatkan warga dalam pengambilan keputusan mengenai lingkungan, menstabilkan wilayah mereka, dan mengubah lahan kosong untuk meningkatkan kualitas hidup. (commons.wikimedia.org/USEPA Environmental-Protection-Agency)

Bahan kimia yang bersifat selamanya ini merupakan isu kesehatan dan lingkungan global. Pada Mei 2015, sebuah konsorsium ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu merilis sebuah dokumen yang disebut Madrid Statement. Dokumen tersebut, yang diterbitkan dalam Environmental Health Perspectives, menyerukan para ilmuwan, produsen, dan pengecer obat secara global untuk bekerja sama membatasi penggunaan PFAS dan mengembangkan alternatif lain yang lebih aman. Dewan Perwakilan Rakyat AS mengesahkan rancangan undang-undang pada Januari 2020 yang mewajibkan EPA untuk menganggap zat per dan polifluoroalkil (PFAS) itu adalah zat berbahaya dan menetapkan standar air minum nasional.

US Environmental Protection Agency (disingkat EPA atau USEPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat sendiri baru-baru ini mulai mempelajari, memantau, dan mengatur penggunaan PFAS dan merilis pembaruan pada program Rencana Aksinya pada Februari 2020. Mereka berhasil menunjukkan pencapaian yang signifikan dalam menangani masalah kesehatan di masyarakat. Misi yang mereka lakukan adalah memberikan panduan untuk membersihkan air tanah hingga mengusulkan penetapan peraturan untuk PFOA dan PFOS.

Beberapa negara bagian juga ikut menangani masalah zat kimia ini melalui mitigasi dan regulasi, dan beberapa langkah tersebut mencakup tindakan di pengadilan. Misalnya, New Hampshire yang menggugat 3M dan DuPont, serta beberapa perusahaan yang membuat busa pemadam kebakaran yang mengandung PFAS. Gugatan tersebut menuduh adanya kelalaian bahwa bahan kimia tersebut mencemari sumber daya alam negara bagian tersebut, tulis laporan New Hampshire Public Radio.

11. Kisah Dark Waters masih terus berlanjut

Kisah Nyata di Balik Film Dark Waters, Warga AS Mencari Keadilanpotret Robert Bilott (commons.wikimedia.org/Taft Law)

Kisah Robert Bilott belum selesai. Pada Oktober 2018, ia mengajukan gugatan atas nama petugas pemadam kebakaran yang menggunakan busa pemadam kebakaran dan peralatan yang mengandung PFAS selama 40 tahun lamanya. Gugatan ini dilayangkan kepada perusahaan 3M and Chemours. Alih-alih mencari kompensasi, Billot justru meminta perusahaan mendanai studi ilmiah independen mengenai dampak PFAS terhadap kesehatan.

“Jika kita tidak bisa mencapai tujuan yang kita perlukan untuk melindungi masyarakat melalui jalur regulasi, melalui proses legislatif, maka sayangnya yang tersisa hanyalah proses hukum kita,” kata Bilott kepada Time pada November 2019. “Jika itu yang diperlukan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dan untuk melindungi masyarakat, kami bersedia melakukannya."

Dalam pernyataan kepada Time, DuPont mengatakan bahwa pihaknya tidak memproduksi PFAS. DuPont mengaku menggunakannya, tapi bersikeras bahwa mereka tidak merugikan siapapun. DuPont menyatakan bahwa pihaknya telah mengumumkan beberapa komitmen seputar membatasi penggunaan PFAS. Mereka mengatakan telah menghilangkan penggunaan PFAS  dari pembuatan busa pemadam kebakaran.

Dark Waters (2019) menceritakan kisah yang dalam banyak hal masih belum selesai. Mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan gugatan terbaru ini. Orang yang pertama kali melaporkan kejadian ini, Wilbur Tennant, tidak akan melihat perkembangan tersebut. Pasalnya, Wilbur Tennant meninggal karena kanker pada 2009.

Baca Juga: 5 Film Kisah Nyata yang Dipuji Karena Mirip Karakter Aslinya!

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya