TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan The Witcher: Blood Origin Tampil Mengecewakan

Jangan lambungkan ekspektasimu

The Witcher: Blood Origin (dok. Netflix/The Witcher: Blood Origin)

The Witcher: Blood Origin adalah serial TV yang baru saja dirilis oleh Netflix pada 25 Desember 2022. Serial ini melengkapi karya sebelumnya yang berjudul The Witcher. The Witcher cukup disukai oleh pencinta film fantasi, gamer, dan penyuka RPG. Namun, alih-alih bisa mempertahankan nama besarnya, The Witcher: Blood Origin justru dirasa jauh dari harapan.

Lantas, apa yang membuat serial garapan Platige Image ini memiliki skor rendah di mata penonton? Well, kamu bisa simak beberapa alasan The Witcher: Blood Origin tampil mengecewakan dan kurang gereget. Yuk, dibaca!

1. Tak ada kesan RPG yang kental

The Witcher: Blood Origin tidak menampilkan elemen RPG yang kental seperti sebelumnya. (dok. Netflix/The Witcher: Blood Origin)

Ketika kita bicara soal orisinalitas dan kedalaman cerita, konsep dalam The Witcher yang asli seharusnya sudah sangat jelas mau dibawa ke mana. Cerita dari novel karangan Andrzej Sapkowski ini sangat kental dengan jalinan kisah yang rumit, mendalam, dan tentu kompleks. Itu sebabnya, ia sangat cocok dibuat game berbasis role-playing game atau RPG.

Penulis sudah mengikuti semua cerita The Witcher, terutama versi game dan serial TV yang diperankan oleh Henry Cavill. Jelas bahwa versi novel dan game masih jadi yang terbaik di mata penulis. Meskipun hampir saja offside, untungnya serial The Witcher orisinal (2019) masih mampu mempertahankan elemen penting yang ada dalam semesta waralaba ini, yakni kedalaman peran.

Kedalaman peran inilah yang harus ada pada semua karya berbasis RPG, entah itu novel, game, ataupun film. Sayangnya, The Witcher: Blood Origin tidak mampu menghadirkan itu semua dan mereka hanya berjalan di atas fondasi yang rapuh. Tak ada kesan RPG yang megah dan kompleks dalam serial ini. Tentunya, hampir semua peran yang ada dalam film ini pun terkesan dangkal dan apa adanya.

Baca Juga: CD Projekt Red Siapkan Game Baru, ada The Witcher dan Cyberpunk

2. Semesta luas yang tak dijejali dengan narasi bagus

Narasi dalam The Witcher: Blood Origin masih kurang menonjol. (dok. Netflix/The Witcher: Blood Origin)

Tak perlu membandingkannya dengan The Lord of the Rings atau The Hobbit yang fenomenal itu. The Witcher punya dimensi dan semestanya sendiri. Bahkan, ia juga tak kalah luas jika dibandingkan dengan karya fantasi lainnya. Kalau pernah mengikuti kisah The Witcher dari novel dan game, kamu bakal tahu bahwa karya yang satu ini memiliki segudang premis dan semesta yang begitu megah.

Well, lagi-lagi The Witcher: Blood Origin gagal dalam menerapkan narasi kuat di tengah semesta luas tersebut. Penulis tidak akan membocorkan jalan cerita dari serial ini. Namun, yang jelas, Rotten Tomatoes dalam lamannya hanya memberikan skor 33 persen dan itu jauh di bawah standar.

Salah satu kelemahan serial ini adalah narasi ceritanya yang seolah kehilangan arah. Sejatinya, ia masih berusaha untuk berlari mengikuti semesta luas di dunia The Witcher. Akan tetapi, mereka gagal mengejarnya dan sampai pada suatu titik serial ini terasa datar dan melelahkan.

3. Dialog yang aneh dan canggung

Banyaknya dialog canggung dalam serial The Witcher: Blood Origin membuat skornya makin jeblok. (dok. Netflix/The Witcher: Blood Origin)

Ini bukan hanya pandangan dari penulis, lho. Nyatanya, ada banyak ulasan negatif di luar negeri yang mengutarakan pendapat yang sama. Laman Screen Rant, misalnya, juga menyatakan bahwa serial ini masih diisi dengan banyak adegan dan dialog yang aneh, canggung, bahkan buruk.

Tiap-tiap karakter sebetulnya punya potensi untuk berkembang. Sayangnya, hal itu tidak dimanfaatkan dengan baik dan justru sering melenceng dari premis utama. Seperti yang kita tahu, The Witcher versi novel, game, dan serial TV 2019, selalu menghadirkan dialog ikonis yang bakal berkaitan dengan keseluruhan jalan ceritanya.

Tak melulu serius, beberapa dialog orisinal juga mengandung humor dan cerita-cerita receh yang melengkapi semesta The Witcher secara utuh. Namun, hal ini gak akan bisa kamu dapatkan dalam The Witcher: Blood Origin karena di sana ada begitu banyak dialog dan alur cerita canggung yang bakal merusak alam dari waralaba ini.

4. Jalinan cerita dalam setiap episode tak digarap dengan maksimal

The Witcher: Blood Origin memiliki beberapa episode yang tidak digarap maksimal. (dok. Netflix/The Witcher: Blood Origin)

Ada banyak lubang yang sepertinya sulit ditambal dalam serial ini. Mungkin kamu pun bakal bertanya kenapa penulis selalu membandingkan serial ini dengan novel atau game The Witcher? Itu karena seharusnya The Witcher: Blood Origin mempunyai DNA dan akar genetik yang sama dengan versi orisinalnya.

Nyatanya, hal tersebut tidak bisa digenapi dengan baik. Alih-alih dibuat lebih mudah dipahami, tiap-tiap episode justru memiliki banyak lubang yang membuat penonton cukup kebingungan. Kisah Eile dan Fjall Stoneheart, misalnya, diceritakan begitu saja dengan harapan kita sebagai penonton bisa menguak masa lalu mereka dengan tepat.

Dalam setiap episodenya, The Witcher: Blood Origin justru terasa terburu-buru dan kehilangan banyak momen penting. Maksudnya dibuat agar bisa cepat dipahami narasinya, penonton malah keburu merasa bosan karena transisi dari episode satu ke episode selanjutnya terasa makin repetitif.

Baca Juga: 10 Film dan Serial Dibintangi Michelle Yeoh, Ada Prekuel The Witcher

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya