Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pasar film remaja tahun 80-an didominasi oleh satu orang, John Hughes. Selama dekade ini, Hughes menghasilkan banyak film yang cukup laku seperti Sixteen Candles, Weird Science, dan Ferris Bueller's Day Off. Dia juga menulis dan memproduksi Pretty In Pink.
Dari semua film ini salah satu mahakarya Hughes adalah The Breakfast Club. Kenapa film ini menjadi maha karyanya? Berikut lima alasan yang perlu kamu ketahui.
1. Karakter yang cukup mewakili
Tangkapan Layar Trailer (youtube.com/RottenTomatoesCLASSICTRAILERS) Lima siswa yang dihukum dengan ditahan dalam perpustakaan, masing-masing siswa mewakili stereotip yang ada dalam sekolah; John Bender (Nelson) sebagai anak nakal di sekolah, Claire Standish (Ringwald) adalah gadis kaya, Andrew Clark (Estevez) yang adalah seorang atlet sekolah, Brian Johnson (Hall) adalah kutu buku dan Allison Reynolds (Sheedy) adalah siswa aneh yang memiliki dunianya sendiri.
Baca Juga: 5 Film Lawas Terbaik Dibintangi Kirsten Dunst, Gak Hany Spider-Man
2. Latar belakang tempat cerita yang cukup sederhana
Tangkapan Layar Trailer (youtube.com/RottenTomatoesCLASSICTRAILERS) Berlatar belakang perpustakaan dalam sekolah, kelima pemuda dan pemudi tersebut diawasi oleh Asisten Kepala Sekolah Vernon (Paul Gleason), seorang penindas yang memberi mereka hanya satu hal yang harus dilakukan selama sembilan jam.
Mereka hanya duduk diam bersama di perpustakaan dan menulis esai 1000 kata tentang apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka masing-masing.
3. Masalah remaja yang jadi inti utama film ini
Tangkapan Layar Trailer (youtube.com/RottenTomatoesCLASSICTRAILERS) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Aspek lain dari The Breakfast Club yang tidak dapat diremehkan adalah bagaimana menangani masalah remaja yang khas dengan kepekaan dan ketangkasan yang sering kali kurang dalam film sejenisnya.
Menyesuaikan diri, tekanan dari lingkungan sekitar juga krisis identitas. Masalah remaja yang penting ini ditulis dan ditangani dengan sangat baik dalam film. Tidak ada yang menduga bahwa film ini ditulis oleh pria paruh baya karena kepekaan yang digambarkan dengan cukup detail dan baik.
4. Pengembangan karakter
Cuplikan scene film The Breakfast Club (dok. A&M Films Channel Productions) Setiap karakter dalam film ini mengalami perubahan dalam bersikap dan berpikir pada akhir film. Mereka yang awalnya saling tidak peduli kemudian dengan berjalannya cerita.
Setelah mereka berbagi kisah masing-masing membuat mereka menarik simpati dan merasa mereka ada di dunia yang sama walaupun dengan sifat dan kehidupan sosial di sekolah yang berbeda. Pengembangan karakter dalam film ini di ceritakan dengan cukup detail dan baik.
Baca Juga: 10 Film Jadul Terbaik Sigourney Weaver yang Wajib Kamu Tonton