Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Geliat perfilman tanah air semakin garang. Ini dibuktikan dengan hadirnya film-film berkualitas internasional asal tanah air. Salah satu yang terbaru adalah Foxtrot Six, besutan Randy Korompis.
Berlatar Indonesia di era distopia, film ini berhasil mencuri perhatian penonton tanah air. Dengan kualitas yang bertujuan menembus pasar Hollywood, Foxtrot Six sukses menempati box office Indonesia.
IDN Times telah menyaksikan film laga ini langsung dan menemukan ada 5 kelebihan dan kekurangan dari film terbaru Oka Antara ini.
Peringatan: Artikel ini berpotensi mengandung spoiler. Jika tak ingin terpapar, berhati-hati saat membacanya ya!
1. Bertaburan bintang-bintang terbaik tanah air
Deretan aktor kelas atas digaet untuk meramaikan film produksi MD Pictures ini. Mulai dari Julie Estelle, Oka Antara, Rio Dewanto, Arifin Putra, dan masih banyak lagi. Masing-masing cast punya jam terbang tinggi dan tak perlu diragukan lagi kualitas aktingnya.
Uniknya film ini diantar dalam bahasa Inggris. Hal ini guna mempermudah Foxtrot Six diterima di pasar internasional. Soal yang satu ini sebenarnya tergantung selera setiap penonton. Ada yang suka dan merasa adegannya semakin shopisticated karena dalam bahasa asing. Ada punya yang merasa sedikit terganjal.
Menurut saya pribadi penyampaian dalam bahasa Inggris agak mengurangi intonasi emosi yang bisa dituangkan lebih mengena jika dalam bahasa ibu. Namun, tetap tidak jadi masalah besar karena artikulasi setiap aktor begitu jernih di sini.
Baca Juga: Review Film Ave Maryam: Pergulatan Batin Antara Nafsu, Cinta, dan Dosa
2. Adegan laga yang mendebarkan
Sebagai genre action tentu Foxtrot Six harus punya taring yang kuat di bidang laga. Dan hal ini terbukti dari menggigitnya koreografi bela diri yang disajikan sepanjang film.
Tak heran, sebab MD Pictures merangkul Uwais Team alias tim stuntman binaan Iko Uwais untuk meramaikan adegan laga Foxtrot Six. Pantas kalau aksi-aksi bela diri yang tersaji dalam film ini berhasil memukau sekaligus mendebarkan.
3. Production value yang tak main-main
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Dana Rp70 miliar yang digelontorkan gak sia-sia. Film berlatar era distopia ini tampak meyakinkan. Padahal merealisasikan konsep tersebut bukan sesuatu yang mudah. Mulai dari efek spesial sampai CGI juga tergolong di atas rata-rata.
Rasanya tak ambisius jika menyebut Foxtrot Six bisa masuk pasar Hollywood. Dengan production value yang gila-gilaan ini, film garapan Randy Korompis memang tak kalah jauh dengan asli Hollywood.
Sekarang kita bahas beberapa kekurangan dari Foxtrot Six
4. Alur yang membingungkan dan munculnya beberapa plothole
Premis Foxtrot Six sebenarnya cukup oke. Berkisah tentang Indonesia di masa depan yang bertahan di tengah wabah kelaparan dan krisis pangan. Di bawah rezim yang dikuasai partai "PIRANAS" mereka yang kaya semakin menjulang, sementara rakyat miskin semakin terlunta.
Karena itulah muncul gerakan pemberontak "THE REFORM" yang ingin mengembalikan kemakmuran kepada rakyat. Angga, salah seorang anggota dewan terjebak di tengah-tengah dilema antara dua kepentingan ini.
Dengan modal premis yang cukup berat (angin segar dari film-film tanah air lain yang selama ini beredar di bioskop), Foxtrot Six tampak menjanjikan. Sayangnya seiring berjalannya durasi, saya merasa ada beberapa keanehan dalam eksekusi cerita. Beberapa kali saya menemukan momen yang membuat dahi berkerut karena tidak sejalur dengan logika cerita. Misalnya saat adegan kebakaran di markas THE REFORM, atau sikap tentara kepada para pemberontak tersebut.
Baca Juga: Ngakak Sampai Nangis, 5 Kelebihan Film Korea Extreme Job