TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Ciri Khas Film Christoper Nolan yang Bikin Namanya Meroket

Filmnya jarang gagal memuaskan penonton

Christopher Nolan di balik layar film Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Dikenal sebagai salah satu nama reguler di industri film, Christopher Nolan jelas punya keunggulan atau ciri khas yang membedakannya dengan sineas-sineas lain. Sama seperti sutradara-sutradara lain, perjalanannya sampai titik ini tidak singkat.

Ia debut lewat film neo-noir Following (1998) yang walau tak dapat eksposur besar dan dianggap masih menyimpan elemen amatir. Namun, ia sudah menunjukkan kepiawaiannya meracik naskah dan menyusun komposisi sinematik. 

Film pertama yang melambungkan namanya justru Memento (2000). Dari situ, kariernya terus meroket dengan perilisan Insomnia (2002), The Dark Knight Trilogy (2005-2012), Inception (2010), Interstellar (2014), dan Dunkirk (2017). Tennet (2020) memang tak seberapa sukses, tetapi Oppenheimer (2023), karya terbarunya, dipercaya akan mengonfirmasi bakat spesial Nolan.

Apa sih yang sebenarnya membuat film-film Nolan menonjol dibanding sineas lainnya? Berikut ini beberapa penjelasannya!

Baca Juga: Ranking 11 Film Christopher Nolan Berdasarkan Rating IMDb

1. Struktur nonlinier yang menunjukkan usaha besar untuk menulis naskah

Inception (dok. Warner Bros/Inception)

Nolan sering membuat film dengan narasi nonlinier yang membuat filmnya punya kompleksitas tinggi. Ini sudah ia pamerkan lewat Following, lalu dipertahankannya kala membuat Memento, Batman Begins, Inception, Interstellar, dan Dunkirk. Keputusan ini punya konsekuensi, yakni kematangan naskah dan komitmen untuk memperhatikan detail-detail kecil. Itu hal yang tidak semua sineas bersedia atau bisa melakukannya. 

Struktur nonlinier itu membuat film Nolan terasa lebih inovatif dan tak bikin cepat bosan. Dalam Interstellar, misalnya, kita seolah mengikuti dua orang yang berbeda dan tak berkaitan. Mereka diset Nolan dengan tugas yang berbeda satu sama lain, tetapi pada akhirnya punya benang merah. Begitu pula dengan Dunkirk yang mengulik kisah perang di tiga latar berbeda, yakni laut, darat, dan udara. 

2. Teknik sinematografi yang ciamik, tapi tak berlebihan

potongan film Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Kelebihan lain dari film-film Nolan adalah teknik sinematografinya yang mumpuni. Menonton film Nolan adalah pengalaman sinematik yang luar biasa. Sejak The Dark Knight (2008), Nolan selalu menggunakan kamera IMAX 70mm yang akhirnya jadi signaturnya. Kamera ini dianggap punya kejernihan luar biasa yang sengaja didesain untuk keperluan pemutaran di bioskop atau layar lebar. 

Untuk urusan sinematografi, Nolan beberapa kali bekerja sama dengan Hoyte van Hoytema, seperti dalam film Interstellar, Dunkirk, Tennet, dan Oppenheimer. Van Hoytema juga menggarap sinematografi Ad Astra (2019), Nope (2022), Her (2013), dan Let the Right One In (2008). Di departemen visual effects (VFX), Nolan sering berkolaborasi dengan Chris Corbould dan untuk musik ia serahkan pada sang maestro Hans Zimmer. 

Meski teknologi CGI menginvasi industri film, Nolan bukan tipe sutradara yang mengandalkan efek visual. Dalam Oppenheimer misalnya, ia menolak menggunakan manipulasi CGI untuk menciptakan visual ledakan bom. Dalam Dunkirk, tim VFX Nolan juga meminimalisir elemen computer-generated. Ini membuat filmnya masih terasa realistis dan tak terkesan berlebihan. 

Baca Juga: 5 Aktor dengan Penampilan Terbaik di Film Christopher Nolan

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya