5 Film Feminis Asia Tengah Terbaik, Sutradara Perempuan Mendominasi
Sebuah region yang masih pegang erat patriarki
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Borat (2006) boleh jadi film yang memperkenalkan Kazakhstan dan Asia Tengah secara umum ke khalayak luas. Namun, film itu tak lepas dari kontroversi dan pelanggaran etika. Tak sedikit pula yang menganggapnya sebagai bentuk whitewashing karena mendapuk Sacha Baron Cohen, aktor berlatarbelakang Yahudi Ashkenazi (diaspora Yahudi yang tinggal lama di Eropa), untuk memerankan karakter beretnik Kazakhstan.
Padahal, bila mau menilik lebih jeli, ada banyak sineas asli Asia Tengah yang menawarkan representasi kultural lebih baik dari itu. Misalnya, Adilkhan Yerzhanov lewat film A Dark, Dark Man (2019) dan Assault (2022) sampai Sergey Dvortsevoy yang meroket setelah rilisTulpan (2008).
Beberapa tahun belakangan, sutradara perempuan Asia Tengah juga aktif berkarya. Mereka hadirkan perspektif yang tak kalah unik, yakni posisi perempuan di tengah masyarakat yang masih memegang erat tatanan patriarki. Kenalan lebih jauh dengan region ini lewat lima film feminis berikut, yuk. Menyegarkan perspektifnya.
Baca Juga: [REVIEW] Ayka, Nasib Jadi Minoritas Ganda di Negeri Orang
1. Ayka (2018)
Ayka memang tak dibuat oleh sutradara perempuan, tetapi dengan jeli menampakkan Moskow lewat perspektif pekerja migran perempuan yang harus merasakan segregasi ganda di perantauan. Ayka, nama sang lakonnya, perempuan muda asal Kyrgyztan yang baru saja melahirkan bayi yang tak diharapkannya. Terlilit hutang dan izin kerja yang sudah kedaluarsa, ia memilih meninggalkan bayinya di rumah sakit untuk segera bekerja lagi.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.