TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Film Jebolan Semaine de La Critique, Kompetisi Paralel Cannes 

Khusus untuk film debut saja, lho

Aftersun (dok. Semaine de La Critique/Aftersun)

Di sela hingar bingar Cannes Film Festival, penyelenggara ternyata menyediakan platform khusus para sutradara debutan. Ini mereka kemas dengan tajuk Semaine de La Critique atau International Critics' Week.

Formatnya sama persis dengan Festival Cannes, ada belasan film yang memperebutkan beberapa kategori awards. Bedanya, Semaine de La Critique khusus ditujukan untuk mengapresiasi karya sinematik sutradara pemula, yakni mereka yang baru merilis film pertama atau kedua saat mengikuti kompetisi tersebut.

Meski debutan, karya mereka tak main-main, karena ada yang sempat tembus Oscar. Penasaran? Berikut kurasi film jebolan terbaik Semaine de La Critique. 

1. Aftersun (2022)

Aftersun (dok. Semaine de La Critique/Aftersun)

Siapa sangka Aftersun yang menyabet satu nominasi di Academy Awards 2023 ternyata premier di Semaine de La Critique tahun lalu. Ini karena sang sutradara, Charlotte Wells, tergolong debutan. Aftersun (2022) adalah film fitur perdananya usai merilis film pendek berjudul Tuesday (2015), Laps (2016), Blue Christmas (2017). 

Aftersun boleh saja dikategorikan sinema pemula, tetapi kualitasnya luar biasa. Pada perilisannya, film yang potret relasi ayah dan anak perempuannya tersebut menghebohkan media. Bahkan prediksi bahwa karya debut ini akan dapat setidaknya satu nominasi Oscar terbukti benar. 

2. Next Sohee (2022)

Next Sohee (dok. Trigon Film/Next Sohee)

Pada tahun yang sama, film Korea berjudul Next Sohee juga tayang perdana di Semaine de La Critique 2022. Film ini menyoroti budaya kerja di Korsel yang tidak manusiawi lewat kisah seorang gadis muda bernama Sohee. Ia diterima bekerja di sebuah call center, tetapi kemudian ditemukan meninggal dunia. 

Seorang detektif yang diperankan Bae Dona melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab kematian Sohee. Ini tipe film slow-burn yang lajunya lambat. Namun, sutradara July Jung berhasil menampol penonton di waktu yang tak terduga. 

Baca Juga: 6 Sinema Rilisan IFC Films Peraih Awards di Festival Cannes

3. Softie (2021)

film Softie (dok. Unifrance/Softie)

Softie juga kaya pesan moral dan sosial. Kacamata yang dipakai bahkan cukup inovatif, yakni bocah 10 tahun bernama Johnny yang tumbuh di keluarga disfungsional. Ini membuatnya harus tumbuh dewasa sebelum waktunya. 

Saat menemukan kenyamanan, kasih sayang, dan kepercayaan dari salah seorang guru, Johnny salah sangka. Ini sebenarnya sangat umum ditemukan pada anak-anak korban abuse dalam keluarga. Sama dengan Next Sohee, lajunya lambat, tetapi berisi tamparan keras buat penontonnya. 

4. Love According to Dalva (2022)

Love According to Dalva (dok. Semaine de La Critique/Love According to Dalva)

Mirip dengan Johnny, Dalva dalam film jebolan Semaine de La Critique berikutnya yang juga diceritakan sebagai korban abuse orangtuanya. Sejak ibunya meninggal, sang ayah memperlakukannya bak orang dewasa. Ini membuatnya memiliki perilaku yang berbeda dari anak-anak seusianya. 

Lahir dan tumbuh besar di lingkungan disfungsional, Dalva pun memasuki fase denial yang membuat orang yang hendak menolongnya kesulitan. Namun, perlahan hatinya melunak setelah bertemu seorang petugas sosial. Love According to Dalva menambah panjang daftar film Belgia yang senggol isu-isu psikologi-sosial. 

5. The Gravedigger's Wife (2021) 

The Gravedigger's Wife (dok. Pyramide Productions/The Gravedigger's Wife)

The Gravedigger's Wife bisa dikategorikan film tragic-comedy, salah satu genre yang bakal sering kamu temukan saat nonton sinema Afrika. Lakonnya, Guled, berprofesi sebagai penggali kuburan di Djibouti. Untuk mendapatkan pekerjaan, ia dan rekan-rekannya tak segan mengejar ambulan yang membawa jenazah untuk dimakamkan. 

Satu hari, istrinya sakit keras dan perlu perawatan profesional di rumah sakit. Kali ini tujuannya mengejar ambulan pun berbeda. Namun, adakah ambulan yang bersedia membawa sang istri tanpa bayaran? 

6. Small Body (2021)

Small Body (dok. Semaine de La Critique/Small Body)

Small Body mengisahkan Agata, perempuan muda yang tinggal di Utara Italia pada 1900-an. Bayinya meninggal di kandungan. Seorang pendeta mengingatkannya bahwa sang bayi belum dibaptis dan akan terjebak di dunia manusia selamanya.

Untuk menyelamatkan sang bayi, Agata pun melakukan perjalanan seorang diri guna menemui pendeta yang dikabarkan mampu menghidupkan jenazah barang sekejap agar bisa dibaptis.

Small Body adalah film debut Laura Samani yang akan mengingatkanmu pada karya sinematik Alice Rohrwacher. Yakni, sinema dengan pesan moral-spiritual yang dikemas ala dongeng yang suram. 

7. Our Struggles (2018)

film Our Struggles (dok. Iota Productions/Our Struggles)

Our Struggles berlatarkan Prancis dengan lakon seorang bapak yang ditinggal istrinya secara tiba-tiba untuk mengurus dua anaknya seorang diri. Padahal, pada saat yang sama ia sedang mengikuti strike atau demo persatuan pekerja untuk menuntut haknya. 

Sinema dengan premis sederhana, tetapi sarat komentar sosial ini akan sering kamu temukan saat browsing film Prancis dan Belgia. Terkadang premis dan konfliknya lekat dengan keseharian dan tantangan yang kita hadapi sendiri. 

Baca Juga: 8 Film Hollywood Tayang di Cannes 2023, Ada Asteroid City!

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya