film Nobody Knows (dok. Trigon Film/Nobody Knows)
Film dibuka dengan adegan yang menghangatkan hati, seorang ibu dan satu anak laki-lakinya memperkenalkan diri pada pengelola apartemen. Mereka diceritakan baru pindah ke tempat baru. Saat barang-barang mereka datang, barulah beberapa karakter lain ditampilkan. Bersamaan dengan itu, keganjilan pun muncul. Dua anak termuda keluar dari koper besar yang baru saja dikirim perusahaan jasa pindahan. Sang ibu, kemudian meminta Akira menjemput satu saudara perempuannya yang ternyata sudah menunggu di pusat perbelanjaan seharian.
Meski terlihat baik hati dan dermawan, sang ibu menunjukkan beberapa bendera merah. Misalnya, dengan meminta anak-anaknya tidak keluar rumah dan tidak menampakkan diri ke tetangga, hingga menolak permintaan mereka untuk bersekolah. Ia juga kerap izin untuk pergi bekerja selama beberapa hari dan meninggalkan sejumlah uang pada Akira.
Puncaknya, terjadi saat sang ibu pindah ke rumah pacar barunya di luar kota dan kembali meminta Akira menjaga adik-adiknya. Saat Akira menolak dan mencoba melawan, sang ibu menggunakan pendekatan-pendekatan manipulatif seperti gaslighting dan guilt-trip untuk membenarkan pilihannya.
Koreeda merilis banyak film bertema keluarga setelah Nobody Knows, tetapi film ini masih jadi karya terbaik dan paling dikenang. Di sini, ia berhasil menyajikan kompleksitas cerita yang menawan, yakni perpaduan antara kengerian penelantaran anak dengan perspektif polos anak-anak yang bahkan tak sadar dengan ancaman dan bahaya yang mengintai mereka. Ditambah beberapa pelintiran alur yang tidak terduga sebelumnya.
Cara-cara unik anak-anak ini untuk bertahan hidup jadi titik berat yang tak kalah menarik. Miris, tetapi masuk akal dilakukan di Jepang. Misalnya dengan mengandalkan air dari toilet umum dan taman bermain, memungut uang kembalian dari vending machine, hingga menampung makanan hampir kadaluarsa dari minimarket terdekat.