Cinderella (dok. Walt Disney Pictures/Cinderella)
Pada dasarnya reimagining memiliki konsep yang sama dengan remake. Namun, yang membuat reimagining berbeda adalah modifikasi atau penambahan aspek tertentu dari film aslinya dan memberikan perubahan secara signifikan. Mulai dari mengganti gender karakter tertentu, mengalihkan fokus cerita ke karakter lain, hingga konflik baru.
Dilansir Vox, live action yang gencar dilakukan Disney dalam satu dekade terakhir termasuk dalam bentuk reimagining. Disney membuat ulang film animasi legendaris mereka dalam format yang lebih realistis dan diperankan oleh aktor sungguhan. Tidak berhenti sampai disitu, Disney turut melakukan penyesuaian agar narasi yang dihadirkan dalam film live action mereka terlihat lebih megah dan rasional.
Dalam live action Cinderella arahan Kenneth Branagh, unsur musikal serta hewan yang bisa berbicara dihilangkan dari film. Begitu juga dengan motif sang raja dalam menggelar pesta dansa.
Jika di versi animasinya sang raja terobsesi ingin mempunyai cucu, maka di versi live action motivasinya jauh lebih masuk akal. Sang raja yang sudah uzur meminta Prince untuk mempersunting salah satu putri mahkota dari berbagai kerajaan yang menjadi tamu kehormatan dengan harapan dapat membangun hubungan yang baik sekaligus membuat kerajaannya aman.
Menghadirkan konsep yang berbeda, baik remake, reboot, dan reimagining memiliki satu tujuan utama, yakni daur ulang. Mengemas ulang premis yang sudah terbukti kemujurannya dalam format baru dengan harapan mampu mengulang kesuksesan serta pendapatan yang fantastis pula.
Tentu hal tersebut menuai banyak kontroversi dan mengamini spekulasi mengenai miskin ide dan kreativitas yang merundung industri perfilman. Kadung mendapat citra negatif, remake, reboot, dan reimagining dapat menjadi alat yang sempurna untuk menceritakan kembali film legendaris jika berada di tangan orang yang tepat.