5 Anime Adaptasi dengan Animasi Mengecewakan

- Ada banyak anime adaptasi populer yang mendapat animasi buruk sehingga mengecewakan penggemar.
- Kualitas animasi yang buruk disebabkan oleh pemilihan studio, eksekusi CGI yang tidak baik, dan masalah produksi.
- Ada juga anime yang mengalami penurunan kualitas animasi, seperti Berserk, Blue Lock Season 2, dan Uzumaki.
Anime menjadi salah satu media hiburan yang disukai banyak orang. Tidak hanya di Jepang, popularitas anime sudah mendunia. Apalagi, banyak anime yang mengadaptasi serial manga, manhwa, atau novel populer. Sebagai contoh, ada One Piece (1997) yang mengadaptasi manga karya Eiichiro Oda atau Solo Leveling (2024) yang juga mengadaptasi manhwa populer.
Namun, tidak semua adaptasi berakhir sukses, lho. Sebagian anime adaptasi malah berakhir mengecewakan penggemar. Itu karena mereka memiliki animasi yang digarap secara kurang maksimal. Bahkan, belakangan ini, makin banyak anime dengan visual yang buruk dan terlihat tergesa-gesa dalam pengerjaan. Berikut lima contoh anime adaptasi serial populer dengan animasi terburuk. Simak sampai akhir siapa tahu kamu juga sependapat.
1. The Beginning After The End (2025) memiliki animasi yang kaku dan visual yang buruk

The Beginning After The End adalah serial novel dan manhwa yang sangat populer. Tak heran, berita akan adaptasi animenya langsung mengundang hype yang luar biasa. Bahkan, ia digadang-gadang bakal menjadi pesaing Solo Leveling sebagai adaptasi manhwa terbaik. Namun, alih-alih gembira, penggemar harus menelan rasa kecewa sejak episode perdananya mengudara.
Bagaimana tidak, anime ini punya kualitas visual dan animasi yang memprihatinkan. Bahkan, tidak sedikit penggemar yang membandingkan kualitas animasi dari anime ini dengan slide PowerPoint. Pasalnya, ada banyak gambar diam yang digerakkan seolah animatornya malas membuat banyak adegan animasi yang dinamis.
Uniknya, sang pencipta sendiri yang memilih studionya, yakni studio A-CAT, saat ditawari beberapa pilihan studio oleh Crunchyroll. Padahal, studio A-CAT bukan studio papan atas. Bahkan, proyeknya juga masih sedikit. Ngomong-ngomong, saat ini, petisi dari penggemar yang menginginkan anime ini dibuat ulang sudah tembus lebih dari 50 ribu dukungan di Change.org, lho.
2. Adegan duel dalam anime Record of Ragnarok (2021) terlalu kaku dan efeknya kurang

Record of Ragnarok (2017) merupakan salah satu manga bulanan paling populer saat ini. Ia menceritakan turnamen bela diri antara umat manusia dan dewa untuk menentukan masa depan umat manusia. Kamu bakal menyaksikan tokoh-tokoh sejarah, seperti Jack the Ripper, Lu Bu, dan Nikola Tesla, berhadapan dengan dewa dari berbagai mitologi. Karena popularitasnya, ia akhirnya diadaptasi menjadi anime eksklusif Netflix pada 2021.
Sayangnya, antusiasme penggemar berubah menjadi kekecewaan setelah musim perdananya tayang. Record of Ragnarok (2021) menghadirkan animasi yang kaku seperti slide PowerPoint. Sebagai anime yang berfokus sepenuhnya pada pertempuran di dalam arena, ini jelas sangat mengecewakan, sih. Penggemar mengharapkan adu jurus yang epik seperti Hunter X Hunter (2011), tapi yang didapatkan malah adegan kaku bak dua wayang kulit yang diadu oleh dalang.
Padahal, studionya, Graphinica, punya rekam jejak meyakinkan, seperti Hellsing Ultimate (2006) dan Arslan Senki (2016). Untungnya, musim kedua dari anime ini dapat peningkatan visual dan animasi yang signifikan. Semoga musim ketiga yang akan tayang pada Oktober 2025 mendatang menghadirkan animasi yang jauh lebih baik, ya!
3. Berserk (2016) digarap sepenuhnya menggunakan CGI yang buruk

Berserk (1989) adalah manga yang sangat populer dan dicintai. Mahakarya Kentaro Miura ini menjadi pionir anime bergenre dark fantasy yang kelam dan mencekam. Adaptasi pertamanya, Berserk (1997), termasuk salah satu anime klasik terbaik. Karena ceritanya yang menegangkan dan seru, banyak sekali yang mengharapkan kelanjutan adaptasi tersebut. Untungnya, serial ini mendapatkan adaptasi kembali pada 2016 dan digarap oleh kolaborasi Millepensee serta GEMBA.
Namun, bukannya membawa peningkatan dari anime lawasnya, Berserk (2016) malah disebut penurunan, terutama dari segi animasinya yang digarap sepenuhnya dengan CGI. Tak masalah jika CGI-nya sekelas Ghost in the Shell, tapi sayangnya eksekusi CGI anime ini buruk banget. Ekspresi karakter terlihat aneh, gerakan kaku, dan efek-efek seperti darah serta api terlihat tidak natural.
4. Blue Lock Season 2 (2024)

Menjadi adaptasi anime ongoing yang sedang naik daun bukan berarti kualitasnya terjamin. Buktinya, kualitas animasi sepak bola populer, Blue Lock Season 2 (2024), benar-benar merosot dari musim perdananya. Padahal, ia tidak ganti studio, lho.
Animasi musim kedua jadi kaku dengan transisi yang kasar. Banyak animasi gambar tangan digantikan dengan CGI yang setengah matang. Dibandingkan musim pertama, animasinya bagai langit dan bumi, sih. Usut punya usut, penurunan kualitas tersebut terjadi karena masalah pada produksi, seperti animasi yang diburu tenggat waktu, banyak pemangkasan adegan pada versi akhir, sampai gaji karyawan yang kecil.
5. Uzumaki (2024)

Adaptasi cerita Junji Ito ini sukses memberikan harapan palsu pada penonton. Episode perdana Uzumaki (2024) memang sangat ciamik dengan visual monokrom unik yang detail dan menangkap suasana kelam dari ceritanya. Sayangnya, kualitas anime ini menurun drastis pada episode kedua dan tidak membaik sampai episode terakhir.
CGI-nya buruk. Animasinya seperti tempelan gambar bergerak. Terakhir, ada banyak gambar diam. Kalau tidak percaya, kamu bisa bandingkan episode 1 dan 2 yang memiliki beberapa adegan yang identik. Rupanya, penurunan kualitas ini terjadi akibat pergantian tim produksi. Episode pertama digarap oleh studio Fugaku yang kemudian pindah tangan ke studio Akatsuki mulai episode kedua.
Sayang sekali, ya, adaptasi manga, novel, dan manhwa yang seharusnya meraih popularitas luar biasa malah gagal karena digarap secara tidak maksimal. Padahal, deretan seri di atas populer semua dan begitu diharapkan menjadi anime fenomenal. Ngomong-ngomong, dari lima anime di atas, mana, nih, yang menurutmu paling mengecewakan dan layak dapat adaptasi ulang? Apa kamu punya pendapat lain? Tulis pendapatmu di kolom komentar.