Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sal Priadi (tengah-depan), musisi yang beberapa lagunya viral sepanjang 2024 (instagram.com/salpriadi)

Sejak era disrupsi media sosial, viral jadi kosakata yang paling sering kita dengar. Bahkan kini untuk tahu lagu yang sedang populer, kamu tidak perlu mengecek tangga lagu seperti dulu. Lewat media sosial saja kamu sudah bisa mengidentifikasi lagu-lagu yang sedang digandrungi. Bahkan sistemnya berbalik, pegiat musik kini mengejar status viral tersebut untuk bisa memperbaiki performa mereka di tangga lagu. 

Namun, pernahkah kamu bertanya apa sih sebenarnya yang bisa bikin sebuah lagu viral? Faktor apa saja yang bisa mendongkrak popularitas lagu di media sosial? Kalau boleh merangkum, tiga aspek ini mungkin jawabannya. 

1. Mayoritas lagu viral karena salah satu penggalan liriknya

Megan Thee Stalion dan Yuki Chiba di set video musik Mamushi (instagram.com/theestallion)

Sebenarnya kebanyakan lagu bisa mencapai status viral di media sosial karena faktor lirik. Coba tengok sejumlah lagu yang pernah viral dalam beberapa tahun ke belakang. Lagu "Heatwave" milik band Inggris Glass Animals misalnya sempat viral karena bait "Sometimes all I think about is you" yang kemudian dipakai kreator konten untuk mengiringi mereka mengingat masa lalu atau membuat gurauan sarkas. "Espresso"-nya Sabrina Carpenter jadi viral karena bait berbunyi "I'm working late 'cuz I'm a singer" yang kemudian dimodifikasi oleh pengguna medsos untuk mendeskripsikan berbagai profesi lain. 

Ingat pula cuplikan bait "okane kasegu watashi wa suta" dari lagu "Mamushi" hasil kolaborasi Megan Thee Stalion dan Yuki Chiba. Masih ada  "I been a nasty girl" dari lagunya Tinashe yang berjudul "Nasty" dan "Sepertinya kau memang dari planet yang lain dikirim ke bumi untuk orang-orang sepertiku" yang ternyata cuplikan dari lagu "Dari Planet Lain"-nya Sal Priadi. Dari beberapa kasus di atas, relatibilitas atau relevansi lirik terhadap beragam konteks berpengaruh besar dalam menentukan performa lagu di media sosial. Ini kembali pada sifat lirik yang mampu memicu beragam respons emosi, mulai dari nostalgia, kesedihan, humor, sampai motivasi. 

2. Catchy hook alias melodi yang memikat dan mudah diingat ikut berperan

The Kid LAROI dan Tate McRae raih popularitas berkat lagu viral masing-masing. (instagram.com/thekidlaroi)

Selain lirik, melodi yang memikat atau istilahnya catchy hook juga bisa bikin sebuah lagu viral. Beberapa contohnya antara lain "Greedy" yang dipopulerkan Tate McRae dipercaya viral karena melodi pembukanya yang magnetik, mirip dengan lagu-lagu ciptaannya Timbaland yang populer era 2000-an. Begitu pula lagunya Tommy Richman "Devil is a Lie" dan "STAY" yang dipopulerkan The Kid LAROI dan Justin Bieber, "Blinding Lights" milik The Weeknd, "Apple" dari album baru Charli XCX, hingga lagunya Doja Cat yang berjudul "Paint The Town Red".

Melodi yang catchy itu biasanya terletak pada awal lagu alias pembuka sehingga mudah diingat. Mengingat algoritma media sosial macam TikTok bertumpu pada engagement alias reaksi penontonnya, daya pikat melodi pembuka lagu berperan besar dalam kesuksesan sebuah lagu mencapai status viral. Itu salah satu alasan mengapa pencipta lagu kini juga berlomba membuat catchy hook tersebut. Walaupun pada akhirnya, lagu-lagu yang viral karena melodinya biasanya bertempo cepat alias upbeat dan mendapuk bass sebagai salah satu instrumen utama. Beda dengan lagu viral karena lirik yang bisa meliputi hampir semua genre. 

3. Endorsement dari pemengaruh dan publik figur

Charli XCX (instagram.com/charli_xcx)

Era media sosial juga tak lepas dari sosok pemengaruh (influencer) dan publik figur. Peran mereka besar dalam menciptakan tren, termasuk memberi eksposur terhadap lagu-lagu tertentu. Pemilik lagu biasanya sudah punya basis penggemar di media sosial, tetapi untuk mempromosikan lagu mereka fandom saja tentu tak cukup. Status viral bisa didapat dengan menggabungkan beberapa komunitas penggemar sekaligus.

Ini bisa diraih bilamana lagu mereka dipakai para pemengaruh dan sesama publik figur untuk konten tertentu. Semakin banyak dari mereka yang menggunakan sebuah lagu untuk membuat konten, popularitas lagu itu akan otomatis terdongkrak. Pada masa lalu, proses ini dilakukan manual seperti Justin Bieber yang meng-endorse Madison Beer lewat sebuah wawancara. Begitu pula dengan Maggie Rogers yang dapat eksposur setelah jadi salah satu siswa yang dapat kesempatan dimentor langsung Pharrell Williams di kampusnya. Kini dengan media sosial, endorsement itu bisa dilakukan dengan cara yang lebih sederhana, yakni membuat konten yang diiringi lagu dari musisi lain. 

Ada yang bilang viralnya sebuah lagu itu seperti lotre yang tergantung pada keberuntungan. Padahal mungkin, tiga faktor tadi: lirik, melodi, dan endorsement yang bisa jadi bahan kalkulasinya. Ditambah beberapa faktor potensial lain macam periode perilisan, gimik pemasaran, dan referensi budaya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team