Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bani Nasution, Sutradara film pendek Dua Ikan dan Sepiring Nasi (dok. Pribadi/Bani Nasution)
Bani Nasution, Sutradara film pendek Dua Ikan dan Sepiring Nasi (dok. Pribadi/Bani Nasution)

Surabaya, IDN Times - Mengangkat isu LGBTQ dalam sebuah film bukan hal yang mudah. Meski diakui di panggung festival, terkadang film yang mengangkat isu serupa menerima komentar pedas dari masyarakat.

Namun, Bani Nasution dan krunya punya cara tersendiri agar Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) bisa diterima penonton. Berkisah tentang Wagini yang kembali ke rumah setelah dua tahun lamanya. Ia dikejutkan dengan sosok Rosman yang tinggal bersama sang suami, Paimo. Wagini menguak rahasia di antara hubungan suaminya mereka.

Sejak Fandy Putra Mustofa, DOP sekaligus penulis naskah dari film pendek Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) mencetuskan ide cerita, Bani dan kru sudah tahu akan sulit menyajikan cerita yang dekat dengan masyarakat.

Setelah Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) tayang di Bioskop Online, beragam komentar menghampiri media sosial film ini. Bagaimana cara mereka menanggapi komentar pedas dari netizen, ya?

1. Cara sutradara sajikan isu sensitif agar dekat dengan penonton

Bani Nasution, Sutradara film pendek Dua Ikan dan Sepiring Nasi (dok. Pribadi/Bani Nasution)

Bani Nasution paham jika isu Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) cukup berat dan sensitif. Sebagai sutradara, ia punya cara tersendiri untuk mengemas film pendek ini supaya lebih dekat dengan penonton.

"Cerita ini sangat sulit, karena punya isu yang sensitif, kedua segmentasinya tidak banyak, dan mungkin tidak akan lulus sensor, dan memang film ini tidak lulus sensor," jelas Bani Nasution.

Ia menambahkan, "Itu sudah kami pikirkan dari awal, maka kami mencoba untuk mengembangkan tim ke orang-orang yang mau mendukung kami. Kemudian kami memilih pemain-pemain yang kami bisa percaya."

Pemilihan dialog menggunakan bahasa Jawa menunjang latar lokasi dari film ini. Penonton juga bisa lebih relate karena latar lokasi yang dipilih seputar, kamar, rumah, hingga ruang publik, seperti tambak kerap ditemui.

"Terus dari segi bahasa gambar juga, makanya aku bilang kenapa ijab kabul gambarnya seperti itu, emang karena kami dari bahasa gambar ingin terlihat seperti video wedding pada umumnya," ungkap Bani.

2. Tidak lulus sensor, tim sepakat hanya menayangkan secara offline di dua tahun pertama

Bani Nasution, Sutradara film pendek Dua Ikan dan Sepiring Nasi (dok. Pribadi/Bani Nasution)

Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) adalah festival pertama yang menayangkan Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020). Akan tetapi karena tidak lulus sensor, film pendek untuk tugas kuliah Fandy Putra Mustofa ini hanya tayang secara offline.

"Waktu festival memang lagi pandemik, jadi kebanyakan memutar secara online gitu. Tapi film ini kemudian tidak diputarkan secara online, karena alasan utamanya tidak lulus sensor. Akhirnya dari festival diputar secara fisik," ungkap Bani.

Ia menambahkan, "Kita di tahun pertama distribusi strict gak mau di online. Jadi hanya di pemutaran-pemutaran fisik, beberapa pemutaran fisik itu kami sendiri yang bikin atau bekerja sama dengan pihak lain."  

Di tahun kedua, antara 2021 hingga 2022, Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) mendapatkan tawaran penayangan secara online di UI Film Festival. Hanya tayang seminggu, tapi film ini sudah jadi sorotan masyarakat.

"Kami mengiyakan karena cuma satu minggu. Karena kami pikir, ya sudah seminggu gak masalah. Dari situ ramai di Twitter, ramai yang ngomongin, banyak bikin review, jadi kayak orang menunggu-nunggu gimana cara nonton ini," jelas mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia (ISI), Surakarta itu.

Perjalanan Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) berlanjut di tahun ketiga. Bioskop Online menawarkan film Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) dan Sepanjang Jalan Satu Arah (2016) arahan Bani Nasution untuk tayang di platform mereka.

"Kami lumayan memikirkan banyak hal, tapi karena itu tahun ketiga dari distribusi, dan dari internal kami, ya sudah lepas aja di OTT. Ya sudah kita sepakat lepas di Bioskop Online," jelasnya.

3. Cerita soal Dua Ikan dan Sepiring Nasi tayang di festival mancanegara

Proses produksi film pendek Dua Ikan dan Sepiring Nasi (Instagram.com/twofishesandadish)

Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) berhasil ditayangkan di beberapa festival, mulai dari JAFF, UI Film Festival, Minikino Film Week 7 Bali, dan Jakarta Film Week 2021. Film ini juga masuk Special Programme Selection di Tampere Film Festival 2022.

"Sebenarnya kami kalau submit langsung gak pernah yang ke luar negeri. Dalam negeri aja gitu. Cuma dari situ ada yang mau bawa nih, misalnya di Tampere, Finlandia itu. (Kita) submit ke Minikino di Bali, terus Minikino-nya mau bawa ke Tampere," cerita Bani.

Meski tidak submit secara langsung, Bani dan kru Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) mengaku senang. Terlebih, mereka tidak mendengar komentar kurang menyenangkan saat festival tersebut digelar.

"Masalahnya di luar negeri aku gak pernah ikut (langsung), jadi secara langsung kami gak tahu. Tapi kayaknya diterima-terima aja, ya. Maksudnya kayak oke-oke aja," lanjut sutradara yang memulai kariernya sejak tahun 2011 itu.

4. Sutradara Bani senang Dua Ikan dan Sepiring Nasi mendapat feedback dari penonton

Proses produksi film pendek Dua Ikan dan Sepiring Nasi (Instagram.com/twofishesandadish)

Bani mengaku dirinya dan kru tentu senang dengan feedback dari penonton. "Iya klisenya ya senang gitu. Basic-nya senang, perasaan senang. Kalau menyangka, tidak menyangka," jawabnya.

Distribusi Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) didesain maraton, tidak berhenti setelah rilis. Bagi Bani, melihat film arahannya berkembang dan menerima berbagai feedback sangat menyenangkan.

"Mengingat perjalanan film ini menyenangkan," ucapnya. Sang sutradara melanjutkan, "Dari proyek kampus, terus di putar di JAFF, festival pertama kami. Terus pemutaran alternatif dan mandiri di sekitar kami, di teman-teman kami. Sampai kemudian penontonnya meluas."

Kru Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) sempat shock saat tahu film mereka jadi perbincangan di media sosial, terlebih di Tiktok dan X.

"Mulai dari situ bola salju banget, penontonnya langsung banyak, tiba-tiba muncul di TikTok. Itu sesuatu yang sangat shocking banget ada di TikTok, ada di mana-mana," tukas Bani.

5. Bani, kru, dan pemain tidak merasa terganggu dengan komentar pedas

Proses produksi film pendek Dua Ikan dan Sepiring Nasi (Instagram.com/twofishesandadish)

Bani Nasution dan kru Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) juga tidak bisa membendung respon yang datang ke mereka. Baik ke Bani sendiri, maupun tiga aktor utama, yaitu Yusron Fuadi, Dwi Windarti, dan Eko Pethel.

"Orang-orang yang menonton banyak memberi respon, entah ke aku, pemain, ke produser aku, ke penulis, macam-macam. Kami juga gak secara intens ketemu langsung, jadi ya seru aja menanggapi dampak ini. Dan kayaknya gak bisa kami bendung juga. Sudah pasti yang nonton banyak dan banyak yang ngomongin," ujar Bani.

Membahas isu sensitif, ada beberapa komentar pedas yang memenuhi Instagram @twofishesandadish dan @bioskoponlineid. Kru dan para pemain mengaku tidak merasa terganggu.

"Kami santai saja sih, seru-seru aja. Itu kan sudah bagian dari statement filmnya. Kita kan mau nanya, jadi kalau orang kayak gitu ya gak apa-apa," jawab Bani.

Sutradara lulusan S1 ISI Surakarta ini juga bercerita soal tanggapan Yusron, pemeran Paimo ketika ada komentar kurang menyenangkan. Salah satu netizen berkomentar, "Mau mempercepat kiamat?"

"Yusron menimpali, kalau mau nonton tentang kiamat, nonton aja film Tengkorak, film dia. Menurutku itu sudah menggambarkan kalau kami santai-santai saja," tutupnya.

Sejak awal, kru produksi dan pemain Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) sudah paham dengan respon yang akan mereka dapat saat membahas isu LGBTQ. Dua Ikan dan Sepiring Nasi (2020) bersaing dengan film panjang Indonesia di TOP 10 Bioskop Online.

Editorial Team