Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Lola Amaria Garap Film Eksil Selama 1 Dekade

Lola Amaria dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times pada Kamis (14/3/2024). (IDN Times/Aldila Muharma)
Intinya sih...
  • Film dokumenter 'Eksil' telah mencapai lebih dari 60 ribu penonton setelah satu setengah bulan tayang di bioskop.
  • Film ini menceritakan kisah beberapa orang Indonesia yang terasing di luar negeri akibat Gerakan 30 September atau G30S PKI.

Jakarta, IDN Times – Satu setengah bulan setelah hari pertama tayang di layar lebar, ‘Eksil’ telah mencapai lebih dari 60 ribu penonton. Film dokumenter ini menceritakan kisah beberapa orang Indonesia yang terasing di luar negeri dan tidak bisa kembali ke tanah air akibat Gerakan 30 September atau G30S PKI .

Rupanya,  pembuatan film ini memerlukan waktu hingga 10 tahun atau satu dekade. Eksil sendiri berasal dari serapan bahasa Inggris, exile. Menurut KBBI, eksil adalah keadaan tidak berada dalam negara atau rumah sendiri atau orang yang berada di luar negaranya karena terpaksa atau pilihan sendiri.

“Saya melakukan sesuatu dengan dasar hati. Saya harus suka dulu terus all out. Uang bisa dicari walaupun lama. Buktinya, 10 tahun saya bisa cari uang dan filmnya berhasil, orang mau datang ke bioskop untuk menonton, anak-anak muda,” kata sutradara sekaligus produser film Eksil, Lola Amaria dalam Real Talk with Uni Lubis, pada Rabu (13/3/2024).

Sebagai sosok yang amat passionate dengan karyanya, Lola menggunakan kesempatan ini untuk berbagi kisah tentang prosesnya menggarap film dokumenter tersebut. 

Film Eksil menceritakan kisah hidup warga Indonesia yang pada awal 1960-an dikirim belajar ikatan dinas ke negara-negara di Eropa Timur dan China. Lantas, pecah gejolak politik di tanah air, Partai Komunis Indonesia diberangus oleh ABRI saat itu. Meskipun tidak semua mahasiswa dinas ini terlibat PKI, mereka terkena dampak tidak bisa pulang ke tanah air. Stateless, tak punya kewarganegaraan.

Penasaran gak? Yuk, disimak baik-baik!

1. Mengapa Lola Amaria membuat film dokumenter Eksil?

Lola Amaria dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times pada Kamis (14/3/2024). (IDN Times/Aldila Muharma)

Alasan Lola membuat Eksil untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Lola menceritakan bagaimana dia sejak usia 7 tahun dipaksa menonton film G30S/PKI hingga SMA. Dan saat itu, Lola juga tidak tahu mengapa dia tidak mempertanyakan kewajiban menonton film tersebut.

“Makin dewasa rasa penasaran itu muncul. Kemudian saya punya banyak teman aktivis, kemudian tahun 98, kemudian kerusuhan mengkait-kaitkanlah semuanya,” kata dia.

Akhirnya, setelah beranjak dewasa, kunjungannya ke Eropa mempertemukan Lola dengan salah satu orang eksil. Dia sempat bertanya-tanya dan diceritakan panjang lebar, sehingga Lola menjadi lebih tertarik. Setelah mendapatkan kontak-kontak orang eksil lainnya, Lola mulai bertemu dengan mereka pada 2013.

2.Respons terhadap film Eksil di luar ekspektasi

Lola Amaria dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times pada Kamis (14/3/2024). (IDN Times/Aldila Muharma)

Lola mengatakan bahwa jumlah penonton Eksil di luar ekspektasinya. Dia bersyukur setelah satu setengah bulan tayang di bioskop, film dokumenter ini mendapatkan penonton yang beragam dan sangat fenomenal.

Dia menceritakan bahwa awal penayangan, hanya orang tua yang menonton, namun masuk hari keempat penayangan mulai melihat banyak anak muda yang menyaksikannya.

“Milenial, Gen Z. Jadi mungkin rasa keingintahuan mereka tentang sejarah Indonesia yang nggak pernah ada di buku kurikulum sekolah. Soal membangkitkan nasionalisme,” ujar dia.

Padahal, dia mangatakan, di film Eksil ini tidak ada satu pun artis atau tokoh terkenal yang muncul. Dia menjelaskan, alasannya karena tidak punya uang banyak untuk promosi dan mendatangkan penonton ke bioskop.

“Jadi hanya mengandalkan media sosial saya yang juga sedikit followers-nya,” kata Lola.

3. Izin tayang bioskop film Eksil butuh waktu lama

Lola Amaria dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times pada Kamis (14/3/2024). (IDN Times/Aldila Muharma)

Untuk mendapatkan izin tayang di bioskop, Eksil ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama.

Lola menjelaskan, biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar dua atau tiga bulan. Namun, untuk Eksil, Lola tidak mendapatkan kabar dari pihak selama tiga bulan, dari Mei hingga Juli 2022.

Dia kemudian mengirim surat kedua pada  Oktober, dan nasibnya tidak berubah. Akhirnya pada 27 Desember 2023, Lola dihubungi pihak perizinan di jejaring bioskop, bahwa ada slot kosong untuk tahun depannya, sehingga dapat menetapkan Eksil rilis pada 1 Februari 2024.

“Eh, bertepatan dua minggu sebelum pemilu (pemilihan umum), dan itu juga makanya pas banget momennya,” kata Lola.

4. Memastikan narasumber bersedia tampil di depan kamera

Pemutaran film "Eksil" dibatalkan di bioskop CGV Samarinda Kalimantan Timur, Rabu (21/2/2024). Foto Aksi Kamisan Kaltim

Sepengetahuan Lola, ada sekitar 200 orang eksil pada 2013. Saat itu, dia hanya mendapatkan sekitar 50 kontak, dan yang berhasil diwawancara hanya 30 orang, termasuk segelintir perempuan.

Dia menekankan bahwa wawancara untuk sebuah film dokumenter seperti ini, memastikan bahwa narasumber tidak ada masalah, bersedia tampil di depan kamera dan diambil gambarnya adalah hal yang sangat penting.

Tidak hanya itu, tetapi juga memastikan orang-orang yang ada di kehidupannya, seperti orang tua dan anak, juga tidak keberatan. Izin tersebut harus dipenuhi narasumber.

Dari 30 eksil yang Lola ajak bicara, hanya 10 orang yang sepenuhnya memberi izin untuk diambil gambarnya.

“Sayangnya mereka (narasumber perempuan) tidak dibolehkan oleh keluarga besar,” kata Lola.

5.Lola harus yakinkan narasumber

Lola Amaria dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times pada Kamis (14/3/2024). (IDN Times/Aldila Muharma)

Lola menyampaikan, hal paling sulit saat membuat film Eksil adalah meyakinkan para narasumber bahwa dia benar-benar tulus ingin membuat film ini. Sebab, Lola menyadari para eksil memiliki trauma begitu dalam sehingga sulit percaya ada seseorang yang berniat baik.

“Saking hidupnya itu trauma berkepanjangan, apalagi yang menghubungkan dengan peristiwa-peristiwa personal itu, pasti mereka langsung menolak dan curiga. Tapi untungnya diselamatkan oleh teman di Belanda yang kemudian bisa melakukan pendekatan personal dan itu bisa jalan,” tuturnya.

Selain itu, dia juga mengalami kesulitan dengan footages. Lola bersama editor film Eksil tidak ingin ada satu pun rekaman yang terlalu biasa dan mudah ditemukan di tempat lain. Dia ingin Eksil dilengkapi dengan isi wawancara narasumber yang memang berkaitan.

“Kalau pun nggak ada, gimana caranya supaya ada,” ujarnya. 

Dia menambahkan, total footages yang didapatkan mencapai 60 jam. Oleh karena itu, Lola bersama tim harus memilah dan menyusunnya.

6.Lola memastikan target audiens film Eksil jelas

Eksil (dok. Lola Amaria Production/Eksil)

Lola juga sempat ditanya mengapa dirinya tak muncul dalam film tersebut. Alasannya karena Lola ingin mengangkat sosok-sosok di film tersebut. Sehingga dia cukup sebagai pengantar saja.

Sementara itu, saat filmnya masih pada tahap draft awal, ada seorang sejarawan teman baik Lola yang menonton. Saat Lola menanyakan pendapatnya, teman Lola itu mengakui filmnya masih biasa saja.

“Terus saya langsung mikir kok biasa aja? Bukannya ini harusnya kasus yang penting? Mungkin karena dia sejarawan dan karena dia udah paham sekali. Jadi berarti filmnya bukan untuk orang seperti dia,” kata Lola.

Setelah menyadari itu, Lola mengubah target audiens filmnya, yang lebih ditujukan kepada mereka yang sebenarnya belum paham atau belum terlalu tahu tentang isu ini. 

7. Lola memutar priview Eksil untuk empat narasumber

Cuplikan film Eksil (Youtube.com/Lola Amaria Production)

Lola menceritakan, dia sempat memutar preview film Eksil untuk 4 dari 10 narasumber setelah filmnya selesai digarap. Salah satunya Hartoni Ubes. Saat itu, Lola mengunjunginya di Praha, Republik Ceko.

“Beliau nontonnya sangat sangat serius, berdua dengan rekannya yang juga sama-sama eksil. Agak beda gitu reaksinya. Dia cuman memeluk saya dan menangis,” ujar Lola.

Rupanya, Hartoni terharu dengan film tersebut. Begitu pula reaksinya tiga eksil lainnya, yakni Tom Iljas, Waruno Mahdi, dan I Gede Arka. Mereka semua berterima kasih kepada Lola dan mendoakan agar filmnya diterima dengan baik di Indonesia.

8.Setelah Eksil, Lola ingin tetap berkarya

Lola Amaria dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times pada Kamis (14/3/2024). (IDN Times/Aldila Muharma)

Lola menyampaikan, ada niat untuk membawa Eksil ke layanan online streaming jika filmnya sudah turun dari semua layar. Selain itu, beberapa screening di luar Jakarta juga akan diusahakan untuk diselenggarakan karena sudah banyak permintaan.

Sedangkan untuk dirinyai, langkah selanjutnya melanjutkan karier sebagai pembuat film. Ketika ditanya apakah dia ada minat untuk kembali ke akting, Lola mengakui bahwa dia lebih nyaman di balik layar.

“Karena lebih punya passion lah untuk membuat sesuatu yang kira-kira membuat orang juga paham akan suatu peristiwa,” kata dia.

Mengenai ide untuk film selanjutnya, Lola mengaku sudah ada, namun belum ada informasi yang bisa dibagikan. Kendati demikian, dia mengatakan, karya berikutnya masih terkait dengan sejarah.

9.Industri kreatif di Indonesia

Lola Amaria dalam program Real Talk with Uni Lubis by IDN Times pada Kamis (14/3/2024). (IDN Times/Aldila Muharma)

Di sisi lain, Lola mengkritik tentang industri kreatif, khususnya film di tanah air. 

"Saya mau mengkritik bahwa film itu belum masuk ke tata kelola ekonomi di Indonesia. Kalau saya sebagai orang film, aktris, saya mengajukan kredit mau beli rumah atau mobil, pasti gak bisa,” ujar dia.

Menurutnya, itu karena industri kreatif terutama film yang tidak tercatat sebagai tata kelola ekonomi di Indonesia.

“Belum dianggap sebagai profesi. Sulit. Apa-apa harus cash,” ucapnya.

Menurut Lola, film itu investasi dan karya seharusnya juga punya sebuah nilai. Dia pun ingin terus menghasilkan karya yang bertahun-tahun kemudian masih bisa menjadi bahan pembelajaran.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amara Zahra
Jujuk Ernawati
Amara Zahra
EditorAmara Zahra
Follow Us