8 Cerita Terseram di Junji Ito Maniac: Japanese Tales of the Macabre

Siapa yang tak suka dengan es krim? Baik anak-anak maupun orang dewasa menyukai makanan dingin yang satu ini. Namun, tentu saja kamu tak akan mau mencicipi es krim yang disuguhkan dalam Ice Cream Truck.

Ice Cream Truck mengikuti Sonohora, seorang ayah satu anak yang baru saja pindah ke apartemen baru di pinggiran kota. Seminggu sekali, di lingkungan tersebut muncul sebuah truk es krim misterius yang membawa anak-anak berkeliling kota sambil memakan es krim sepuasnya.

Sonohora yang awalnya tak mengizinkan Tomoki, anaknya, untuk ikut dengan truk es krim tersebut, akhirnya membolehkan. Namun, ia segera menyesali keputusannya itu saat menyadari bahwa es krim yang dimakan Tomoki bukanlah es krim "biasa."

Seperti yang kamu tahu, Jepang adalah salah satu negara dengan kasus bunuh diri terbanyak. Dilansir Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam situsnya, oecd.org, pada 2019, ada 14.600 kasus bunuh diri di Negeri Matahari Terbit tersebut.

Fenomena mengerikan itulah yang diangkat dalam Hanging Balloons. Kisah dalam Hanging Baloons dimulai saat selebriti kondang bernama Terumi Fujino ditemukan tewas bunuh diri dengan cara gantung diri di dinding luar apartemennya. Penggemarnya pun berduka, tak terkecuali sahabatnya, Kazuko.

Namun, muncul fenomena aneh di seluruh Jepang tak lama setelah peristiwa bunuh diri Terumi. Balon-balon bertali gantung berbentuk kepala raksasa yang menyerupai warga mulai meneror dan membunuh semua orang.

Hanging Balloons sendiri diceritakan dengan alur campuran alias maju mundur. Episode ini menyoroti Kazuko yang bertahan hidup di kamarnya, sementara adegan beralih ke satu bulan hingga beberapa hari sebelum peristiwa menyeramkan itu terjadi.

Alih-alih horor, penulis lebih suka menyebut Library Vision sebagai thriller psikologis. Lewat segmen ini, penonton diajak berandai-andai, bagaimana jika rasa kesepian yang dirasakan seseorang membuatnya terobsesi dengan suatu hal dan membuat orang tersebut berhalusinasi?

Library Vision berpusat pada pasangan suami istri, Goro dan Koko, yang tinggal di sebuah wastu di tengah hutan. Wastu tersebut mempunyai koleksi buku yang sangat lengkap. Bahkan, hampir menyerupai sebuah perpustakaan besar. Namun, obsesi Goro terhadap buku mengganggu keharmonisan rumah tangga mereka.

Setiap malam, Goro merasa diteror oleh makhluk yang muncul dari salah satu novel favorit ayahnya. Apakah hal tersebut nyata atau cuma khayalannya semata? Kamu wajib tonton Library Vision untuk tahu cerita selengkapnya.

Mungkin, Junji Ito termasuk salah satu dari segelintir mangaka yang mampu menggabungkan dua genre berbeda menjadi kisah yang saling berkaitan. Hal tersebut dibuktikan lewat Tomb Town. Kawinkan thriller kriminal dan body horror, episode ini mengisahkan kunjungan kakak beradik, Tsuyoshi dan Kaoru, ke kampung halaman Izumi, kenalan mereka.

Perjalanan mereka terhenti ketika Tsuyoshi tanpa sengaja menabrak seorang gadis yang tiba-tiba melintas. Takut dijadikan tersangka, mereka berdua menyimpan mayat tersebut di bagasi mobil. Konflik dalam Tomb Town tak hanya sampai di situ saja.

Kota tempat tinggal Izumi rupanya menyimpan keanehan. Siapa pun yang meninggal di kota tersebut, jenazahnya akan berubah menjadi batu nisan. Terasa cukup aneh? Tunggu sampai Tomb Town melempar sebuah kejutan di ending-nya. Dijamin bikin tercengang!

Siapa yang tak mengenal Tomie? Ibarat Sadako di Ringu atau Esther di seri film Orphan, Tomie adalah salah satu villain perempuan paling ikonik di dunia manga. Karakter ciptaan Junji Ito ini berwujud gadis dengan tahi lalat kecil di bawah mata kirinya.

Namun, di balik fisiknya yang sempurna, Tomie adalah seorang gadis yang manipulatif, egois, dan rela melakukan apa pun, termasuk membunuh, untuk memuluskan rencana jahatnya. Ia juga memiliki kemampuan regenerasi. Dengan kata lain, ke mana pun Tomie pergi, pasti akan ada darah dan kematian.

Aksi Tomie dapat kamu simak dalam Tomie: Foto. Di episode ini, Tomie bermasalah dengan Tsukiko, anggota klub fotografi di sekolahnya, yang mencari uang dengan menjual foto murid cowok. Sikap Tsukiko yang tak gentar terhadapnya membuat Tomie merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan gadis tersebut.

Seperti judulnya, The Bully mengisahkan seorang anak bernama Kuriko yang gemar merundung. Suatu hari, Kuriko mendapat tugas untuk mengasuh Nao, anak tetangga barunya. Alih-alih merawatnya dengan baik, Kuriko justru menjadikan Nao sebagai sasaran bullying.

Bertahun-tahun kemudian, Kuriko, yang kini telah dewasa dan menyadari kalau perilaku masa lalunya tersebut salah, bertemu kembali dengan Nao. Ternyata, Nao mengaku tak menaruh dendam sedikitpun pada Kuriko. Pemuda tersebut malah melamar Kuriko sebagai istrinya.

Tanpa jumpscare dan penampakan hantu, The Bully mampu tampil mengerikan lewat perubahan kondisi psikologis Kuriko setelah menikah dengan Nao. Segmen ini berhasil menggambarkan efek domino perundungan terhadap pelaku, korban, dan masa depan mereka.

Menurut penulis, dari sekian banyak kisah dalam Junji Ito Maniac: Japanese Tales of Macabre, Headless Statue adalah salah satu yang paling straight to the point. Meski begitu, segmen yang diletakkan setelah Alley ini sukses mencuri atensi berkat penghormatannya terhadap film-film slasher.

Headless Statue mengisahkan kasus pembunuhan misterius yang menewaskan seorang guru seni pahat di sekolah. Rumi, salah satu murid yang melihat guru tersebut terakhir kali bersama temannya yang bernama Shimada, pergi ke rumah temannya tersebut untuk mengonfirmasi.

Sesampainya di sana, Rumi merasa kalau Shimada bertingkah sangat aneh. Sampai pada satu titik, Rumi menyadari kalau temannya tersebut bukanlah "Shimada" yang ia kenal selama ini.

Whispering Woman mempunyai premis yang cukup unik. Segmen ini berkisah tentang seorang perempuan bernama Mitsu yang dipekerjakan oleh laki-laki kaya untuk merawat anaknya, Mayumi. Dari luar, Mayumi tampak seperti gadis pada umumnya.

Namun, gadis tersebut ternyata mengidap dependent personality disorder (DPD) yang sangat parah. Penyakit tersebut membuat Mayumi gampang histeris dan tak mampu membuat keputusan yang paling sederhana sekalipun. Gara-gara hal itu, orang-orang yang sebelumnya merawat Mayumi pun langsung mengundurkan diri dalam hitungan hari.

Di luar dugaan, Mitsu mampu merawat Mayumi sampai berbulan-bulan. Curiga dengan kemampuannya, ayah Mayumi pun mengutus pegawainya untuk menyelidiki latar belakang Mitsu. Namun, apa yang terjadi selanjutnya sangat menyayat hati dan mengganggu.

Sama seperti The Bully, Whispering Woman pun tak butuh penampakan hantu yang seram untuk menakut-nakuti penonton. Kondisi psikologis Mitsu dan Mayumi saja sudah cukup membuat penulis merinding.

Di sisi lain, segmen ini terasa istimewa karena keberaniannya mengangkat beragam isu yang marak dibahas, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan mental illness. Keren!

Sajikan alur cerita yang mind blowing, delapan cerita dalam Junji Ito Maniac: Japanese Tales of the Macabre di atas berhasil mewujudkan visualisasi "gila" sang mangaka tanpa mengurangi esensi dari manganya.

Selain cerita-cerita seram di atas, ada beberapa kisah dalam Junji Ito Maniac: Japanese Tales of the Macabre yang bernuansa komedi. Tiga judul tersebut adalah The Strange Hikizuri Siblings, Four x Four Walls, dan Soichi's Beloved Pet.