Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cuplikan adegan Cillian Murphy sebagai J Robert Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Film biografi epik yang digarap Christopher Nolan, Oppenheimer, menceritakan tentang kisah Julius Robert Oppenheimer atau yang disebut sebagai Bapak Bom Atom. Karakter eponim ini dihidupkan kembali oleh Christopher Nolan. Robert Oppenheimer sendiri diperankan oleh Cillian Murphy.

Dalam film tersebut, J Robert Oppenheimer adalah seorang ahli fisika teoretis yang brilian dan ambisius. Sosoknya berperan penting dalam mengembangkan senjata nuklir yang membantu Sekutu memenangkan Perang Dunia II. Hal ini menyelamatkan banyak nyawa warga Amerika. Meski dipuji sebagai pahlawan, ia merasa bersalah atas kontribusinya itu. Upayanya untuk memperingatkan masyarakat akan bahaya proliferasi nuklir justru membuatnya ditolak di negara yang ia bantu selamatkan.

Perhatian Christopher Nolan terhadap sejarah ini tentunya menghasilkan sebuah film sejarah yang sukses. Hal ini terbukti dengan lima piala Golden Globe Awards 2024 yang berhasil dimenangkan Oppenheimer. Christopher Nolan sendiri meraih kemenangan dengan Skenario Film Terbaik dan Sutradara Terbaik. Sementara, Cillian Murphy berhasil menggaet satu piala sebagai Aktor Drama Terbaik.

Namun, film dengan durasi 3 jam ini mengabaikan beberapa detail tentang si Bapak Bom Atom pada kehidupan nyatanya. Film tersebut hanya menggambarkan sebagian kecil sosoknya. Justru fakta-fakta ini tidak disajikan dalam film Oppenheimer. Mari, kita lihat selengkapnya dalam artikel ini.

1. Dalam film, kehidupan masa kecil Oppenheimer tidak diceritakan secara detail

cuplikan adegan dalam film Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Bagian awal kehidupan J Robert Oppenheimer yang kita lihat dalam film adalah masa kuliahnya. Pertama, film ini tidak menceritakan bahwa ia dilahirkan pada 22 April 1904 di New York City dari orangtua Yahudi-Jerman. Bekerja di industri tekstil, Julius Oppenheimer dan istrinya, Ella, adalah pasangan yang cukup kaya. Itu berarti, putra mereka mendapat pendidikan yang bisa dibilang sangat baik. Keluarga itu tinggal di sebuah apartemen luas di Upper West Side dengan kecintaan mereka terhadap karya seni. Mereka memiliki tiga pelayan rumah tangga dan seorang sopir.

Meskipun memiliki kehidupan yang berkecukupan, Oppenheimer sangat rendah hati dan dermawan. Ia terkenal dengan kesederhanaannya. Menurut buku biografi Kai Bird dan Martin J Sherwin berjudul American Prometheus: the triumph and tragedy of J. Robert Oppenheimer (2008), teman sekolah Oppenheimer yang bernama Jane Didisheim menggambarkan Oppenheimer sebagai anak yang lemah, memiliki pipi berwarna merah muda, dan sangat pemalu.

Dari kecil, kegeniusan Oppenheimer sudah jelas terlihat oleh mereka yang mengenalnya. Jane Didisheim mengatakan, "Semua orang mengakui bahwa dia berbeda dari yang lain dan lebih unggul." Sekarang kita percaya betapa "unggulnya" Oppenheimer sebenarnya. Namanya bahkan dikenang sejarah. 

2. J Robert Oppenheimer dewasa sebelum waktunya

cuplikan adegan Cillian Murphy sebagai J Robert Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Kecerdasan J Robert Oppenheimer jauh melebihi usianya. Pada usia 9 tahun, dia membaca dan mampu memahami filsafat. Oppenheimer juga membaca filsafat dalam dua bahasa lain.

Selain itu, J Robert Oppenheimer terobsesi dengan mineralogi. Dia mengetahui dengan sangat baik tentang ilmu tersebut sampai-sampai diundang untuk berbicara tentang hal itu oleh Klub Mineralogi New York. Sebelumnya, Oppenheimer sempat mengirim surat kepada Klub Mineralogi New York, tetapi mereka mengira bahwa surat itu ditulis oleh orang dewasa, padahal seorang anak kecil. 

Karena kecerdasannya yang luar biasa, Oppenheimer tidak mudah bergaul dengan anak-anak seusianya dan dia sering dirundung. Mungkin karena kegeniusannya, Oppenheimer memang bersikap agak sombong kepada teman-temannya. Oppenheimer pernah mengatakan, "Saya membayar kembali kepercayaan orangtua saya kepada saya dengan mengembangkan ego yang tidak menyenangkan, yang saya yakin pasti telah menghina anak-anak dan orang dewasa yang kurang beruntung untuk melakukan kontak dengan saya." Meskipun kecerdasannya yang luar biasa membuatnya jauh lebih unggul, hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan mentalnya.

3. J Robert Oppenheimer mengalami masalah mental

cuplikan adegan Cillian Murphy sebagai J Robert Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Dalam film Oppenheimer, J Robert Oppenheimer harus menghadapi tekanan akibat kesehatan mental yang dideritanya sepanjang hidupnya. Studi pascasarjana Oppenheimer di Laboratorium Cavendish di Universitas Cambridge menjadi masa-masa yang sulit baginya. Dia tidak mampu beradaptasi dengan baik. Hal ini membuatnya putus asa dan ia sering berpikir ingin bunuh diri.

Gara-gara dikritik dan merasa tersinggung dengan gurunya sendiri, Patrick Blackett, Oppenheimer meracuni apel profesornya itu. Hal ini digambarkan dengan jelas dalam film Oppenheimer. Oppenheimer menyuntikan racun ke dalam apel Blackett. Patrick Blackett tidak memakan apel tersebut, tetapi Oppenheimer mengakui kejahatannya. Oppenheimer lantas mendapat hukuman berupa penskorsan.

Kondisi mental Oppenheimer yang lemah juga mendorongnya untuk membunuh Francis Fergusson, salah satu dari sedikit teman yang dimilikinya. Saat mengetahui bahwa Fergusson bertunangan, Oppenheimer marah dan tidak terima. Oppenheimer mengaitkan tali ke leher Fergusson dari arah belakang, tetapi Fergusson berhasil menarik tali itu hingga lepas. Fergusson terjatuh ke tanah sambil menangis.

4. J Robert Oppenheimer sangat mencintai sastra

cuplikan adegan Cillian Murphy yang berperan sebagai J Robert Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Selain ketertarikan J Robert Oppenheimer pada buku Bhagavad Gita karya Vyasa, film ini tidak mengungkapkan banyak tentang kecintaan J Robert Oppenheimer yang sebenarnya terhadap sastra klasik. Oppenheimer berjuang dengan masalah mental. Kecintaannya terhadap sastra menjadi salah satu penyelamat hidupnya.

Buku American Prometheus: the triumph and tragedy of J. Robert Oppenheimer (2008) menyatakan bahwa setelah membaca buku A La Recherché du Temps Perdu karya Marcel Proust, Oppenheimer mampu bertahan dalam kepedihan yang dirasakannya. Ilmuwan muda itu juga rajin membaca puisi Prancis. Seperti banyak pemikir hebat lainnya, Oppenheimer tidak puas hanya dengan mengejar satu kepentingan. Tidak ada satu bidang pun yang dirasa puas baginya karena keingintahuannya yang tinggi tentang manusia dan dunia.

Bahkan, Oppenheimer sempat mengarang prosa ala Anton Chekhov dan puisi. Namun, dia tidak percaya diri dengan karya tulisnya itu. Dia pernah berkata kepada guru bahasa Inggris di sekolah menengahnya bahwa dia tidak ingin tulisannya dibaca oleh siapa pun. Walaupun begitu, puisinya yang berjudul "Crossing" diterbitkan pada 1928 dalam The Hound & Horn, sastra triwulanan yang dikelola mahasiswa di Universitas Harvard yang berlangsung dari 1927 hingga 1934. 

5. Albert Einstein bukan bagian dari Proyek Manhattan

cuplikan adegan Tom Conti sebagai Albert Einstein dan Cillian Murphy sebagai J Robert Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Ada asumsi bahwa ilmuwan Albert Einstein bertanggung jawab dalam Proyek Manhattan. Di sisi lain, dalam film Oppenheimer, digambarkan bahwa J Robert Oppenheimer tidak berperan penting dalam operasi tersebut. Intinya, film itu tidak menjelaskan secara mendetail terkait hal ini.

Dilansir American Museum of Natural History, Einstein pernah menyatakan, "Saya tidak menganggap diri saya sebagai bapak pelepasan energi atom. Saya tidak terlibat secara langsung." Hal ini benar adanya. Namun, Einstein memiliki peran dalam keputusan pemerintah AS untuk menggunakan kekuatan bom atom selama Perang Dunia II. Ini dibuktikan ketika Einstein menulis surat untuk Presiden Franklin Delano Roosevelt pada 1939. Einstein menekankan bahwa sangat penting membuat senjata nuklir sebelum Nazi melakukannya. Namun, dikutip dari Newsweek, Albert Einstein justru menyesali tindakannya dengan menyatakan, "Seandainya saya tahu Jerman tidak akan berhasil mengembangkan bom atom, saya tidak akan melakukan apa pun."

Mengingat betapa besarnya kontribusi Albert Einstein terhadap teori fisika, banyak orang mengira bahwa ilmuwan terkenal itu sudah dipepet untuk bergabung dengan Proyek Manhattan. Faktanya, hal ini tidak terjadi karena Intelijen Angkatan Darat AS percaya bahwa pandangan politik sayap kiri Einstein menjadikannya ancaman bagi kepentingan Amerika. Jadi, Einstein tidak diberi izin keamanan untuk berpartisipasi dalam operasi tersebut.

6. Proyek Manhattan dimulai sebagai operasi berbiaya rendah

cuplikan adegan Cillian Murphy sebagai J Robert Oppenheimer, Olli Haaskivi sebagai Edward Condon, Matt Damon sebagai Leslie Groves, dan Dane Dehaan sebagai Kenneth Nichols dalam Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Film Oppenheimer menggambarkan Proyek Manhattan sebagai operasi besar-besaran yang mencakup Amerika Serikat, melibatkan ribuan orang, dan pada akhirnya menelan biaya lebih dari 2 miliar dolar AS atau setara Rp31 triliun. Akan tetapi, film ini menyoroti betapa sederhananya asal mula Proyek Manhattan sebenarnya. Secara resmi, Proyek Manhattan dimulai pada 1942. Pemerintah AS hanya menggelontorkan dana 6 ribu dolar AS atau setara Rp93,3 juta untuk sekelompok kecil ilmuwan dalam upaya memanfaatkan kekuatan proses fisi. Jelas, pada awalnya, pemerintah AS agak pesimis dengan proyek ini.

Namun, ketika Nazi semakin dekat untuk membuat senjata nuklir, hal ini dianggap sangat urgensi bagi AS. Amerika lantas berniat untuk mengalahkan Nazi dan mengeluarkan dana yang lebih besar. Sayangnya, Departemen Perang AS merahasiakan jumlah uang sebenarnya untuk Proyek Manhattan dari Kongres AS.

Pengembangan senjata atom bisa dibilang adalah operasi militer termahal kedua pada Perang Dunia II. Oleh karenanya, hanya pesawat pengebom B-29 Superfortress yang mampu mengalahkannya. Mengingat betapa pentingnya senjata nuklir dalam mengakhiri perang, pemerintah AS rela mengeluarkan biaya berapa pun dalam pembuatannya.

7. Arti di balik nama Trinity

cuplikan adegan Cillian Murphy sebagai J Robert Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Uji peledakan bom atom pertama, dengan nama sandi Trinity, digambarkan dengan intensitas dan gravitasi yang tinggi dalam film Oppenheimer. Uji bom atom ini menjadi salah satu adegan yang menonjol dalam film tersebut. Meskipun nama kodenya disebutkan dalam film, tidak dijelaskan secara detail apa itu Trinity.

Hampir 20 tahun setelah tes yang menentukan itu, Jenderal Leslie Groves menulis surat kepada Oppenheimer dan menanyakan mengapa dia menamainya "Trinity." Oppenheimer menjawab, seperti yang dikutip Los Alamos National Laboratory, "Tidak jelas mengapa saya memilih nama itu, tapi saya tahu apa yang ada di benak saya. Ada puisi John Donne, yang ditulis tepat sebelum kematiannya, yang saya kenal dan sukai." Dia mengutip puisi John Donne yang berbunyi, "Hymn to God, My God, in My Sickness." J Robert Oppenheimer sangat mencintai sastra klasik, jadi tidak mengherankan jika puisi menjadi inspirasi dalam studi ilmiahnya. 

8. Kisah tragis Jean Tatlock yang tidak diungkap dalam film

cuplikan adegan Florence Pugh sebagai Jean Tatlock dan Cillian Murphy sebagai J Robert Oppenheimer dalam Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Film ini mengeksplorasi hubungan rumit antara J Robert Oppenheimer dan Jean Tatlock terkait perselingkuhan yang mereka lakukan saat Oppenheimer sudah menikah dengan Kitty Puening. Akan tetapi, Jean Tatlock bukan sekadar kekasih gelap Oppenheimer. Itu karena Tatlock memiliki nasib yang jauh lebih tragis daripada yang kita lihat dalam film. Soalnya, ada bukti kuat bahwa dia adalah biseksual. Meskipun hal ini tidak lagi tabu saat ini, pada paruh pertama abad ke-20 orientasi seksual yang menyimpang dari heteroseksualitas sangat tidak wajar, bahkan dibenci.

Apalagi, Tatlock belajar ilmu psikiater, bidang yang masih berada di bawah bayang-bayang psikologi Freudian. Hal ini cukup berpengaruh karena aliran psikiatri ini menganggap homoseksualitas sebagai sebuah "kecacatan". Tentu ini menjadi sebuah masalah tersendiri bagi Tatlock. Karena frustrasi akan masalah seksualitasnya, hubungannya dengan Oppenheimer jadi memburuk.

Parahnya lagi, depresinya ini digadang-gadang sebagai penyebab kematiannya yang tragis karena bunuh diri. Pada 4 Januari 1944, ayah Tatlock yang curiga dengan putrinya, karena tidak menjawab telepon, mengunjungi Tatlock di kediamannya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat putrinya tewas di bak mandi. Sebelum ayahnya meminta bantuan, ayahnya membakar kertas dan foto yang diyakini sebagai bukti orientasi seksual anaknya yang dianggap menyimpang.

9. Sidang keamanan J Robert Oppenheimer

cuplikan adegan dalam film Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Dalam film Oppenheimer, perdebatan seputar proliferasi nuklir terbatas pada sidang keamanan pada 1950-an. Namun, perdebatan sebenarnya dimulai tepat setelah AS menunjukkan kekuatannya di Hiroshima dan Nagasaki. Ini terjadi melalui perang kata-kata dan gambar.

J Robert Oppenheimer dan kekuatan destruktif senjata nuklirnya ditampilkan kepada khalayak yang lebih luas pada 1946 dalam film dokumenter pendek berjudul Atomic Power. Film itu menampilkan orang-orang yang menonton uji coba Trinity. Hal ini diikuti oleh artikel The New Yorker berjudul "Hiroshima". John Hersey menulis, "Sulit untuk mengatakan kengerian apa yang tertanam dalam pikiran anak-anak yang hidup pada hari pemboman di Hiroshima."

Tidak mau kalah, Presiden Harry S Truman meyakinkan mantan Menteri Perang Henry Lewis Stimson untuk membalas dengan artikel yang dibuatnya sendiri. Artikel ini dimuat dalam majalah Harper's yang berjudul The decision to use the atomic bomb. Lebih lanjut, Presiden Harry S Truman dan Jenderal Leslie Groves menuntut agar naskah film The Beginning or the End pada 1947, sebuah dramatisasi pembuatan Proyek Manhattan, dapat memberikan pandangan positif pada penggunaan bom dan berubahlah menjadi sebuah propaganda.

10. Kematian J Robert Oppenheimer

cuplikan adegan Cillian Murphy sebagai J Robert Oppenheimer (dok. Universal Pictures/Oppenheimer)

Setelah Perang Dunia II, J Robert Oppenheimer menjadi Direktur Princeton's Institute for Advanced Study, jabatan yang dipegangnya hingga ia pensiun pada 1966. Tahun berikutnya, Oppenheimer meninggal pada 18 Februari. Penyebabnya karena kanker tenggorokan akibat kebiasaan merokoknya.

Namun, setelah kematiannya, warisannya terus hidup dalam segala hal. Pada 16 Desember 2022, misalnya, sekretaris Jennifer M Granholm dari Departemen Energi secara resmi membatalkan keputusan yang mencabut izin keamanan Oppenheimer dengan menyatakan, "Seiring berjalannya waktu, semakin banyak bukti yang terungkap. Bias dan ketidakadilan yang dialami Dr. Oppenheimer menjadi bukti kesetiaan dan kecintaannya pada negara semakin ditegaskan." Meskipun butuh waktu terlalu lama untuk memperbaiki ketidakadilan yang parah ini, setidaknya patriotisme Oppenheimer akhirnya diakui.

Film memiliki waktu yang terbatas. Itu sebabnya, tak semua detail sejarah bisa digambarkan dengan lengkap dalam film. Biasanya, film sejarah akan mengambil garis besarnya saja. Hal ini juga terjadi pada film Oppenheimer yang berhasil meraih lima piala Golden Globe Awards 2024. Kalian belum nonton? Buruan nonton kisah seru dan inspiratifnya, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team