Representasi Dunia Politik dalam Film Maleficent: Mistress of Evil

Siapa sangka Maleficent melibatkan permasalahan politik?

Film dengan genre fantasi dan laga yang berjudul Maleficent telah menarik perhatian masyarakat. Pasalnya, film yang diadaptasi dari cerita Sleeping Beauty mengangkat sisi lain dari peri jahat yang mengutuk Aurora. Maleficent juga berbeda dari sederetan film yang diproduksi oleh Disney karena film ini memiliki nilai moral yang sangat relevan dalam kehidupan masyarakat.

Jika penonton selalu disuguhkan oleh kisah cinta sejati antara pangeran dan puteri, maka Maleficent mengangkat kasih sayang antara sosok ibu dan anak yang melebihi segalanya. Kesuksesan film Maleficent yang tayang pada tahun 2014 membuat Disney memproduksi serial kelanjutan dari film tersebut, yakni Maleficent: Mistress of Evil. Film ini tayang di Indonesia sejak Rabu (16/10/2019).

Maleficent: Mistress of Evil hadir sebagai film yang tak terduga. Siapa sangka kisah fairytale yang sering dianggap sederhana ternyata dikemas dalam konflik yang luar biasa. Tanpa disadari, film yang disutradarai oleh Joachim Ronning ini merepresentasikan kondisi politik yang sering terjadi pada suatu bangsa. 

Artikel ini menguraikan 6 hal dari representasi dunia politik pada film Maleficent: Mistress of Evil. Politik berkaitan erat pada pembentukan kekuasaan di masyarakat, pengambilan keputusan untuk kepentingan umum, dan lain sebagainya. Dalam praktik kesehariannya, politik menciptakan konflik antarmanusia. Begitu juga dengan beberapa konflik politik yang menjadi permasalahan dalam film Maleficent: Mistress of Evil.

1. Anggapan adanya kepentingan politik melalui pernikahan

Representasi Dunia Politik dalam Film Maleficent: Mistress of EvilClikthecity.com

Ketika pangeran Phillip (diperankan oleh Harris Dickinson) akan menikahi Aurora, King John (diperankan Robert Lindsay) selaku ayah Phillip merasa bahagia karena dua kerajaan akan bersatu. Dialog King John tersebut secara eksplisit mengindikasikan unsur politik, yaitu pernikahan antara keturunan dari dua kerajaan sebagai cara untuk memperkuat kedaulatan.

Dalam film ini, tokoh Phillip membantah ayahnya. Phillip mengatakan bahwa dia melamar Aurora karena murni saling mencintai. Jadi Phillip tidak ingin pernikahannya dimanfaatkan sebagai kepentingan politik.

2. Konflik politik antara batasan teritorial

Representasi Dunia Politik dalam Film Maleficent: Mistress of EvilPexels/Pixabay

Dalam film ini, diketahui bahwa terjadi konflik antara Kerajaan Ulstead yang dipimpin oleh King John dan Moors yang dipimpin oleh Aurora. Rakyat Ulstead memiliki persepsi buruk terhadap bangsa Moors. Mereka ketakutan dengan makhluk (peri) yang menghuni wilayah Moors. 

Dalam adegan makan malam di Ulstead, Ratu Ingrith (diperankan Michelle Pfeiffer) menyindir Moors berbahaya karena orang-orang Ulstead ditemukan tewas  di perbatasan Moors. Sementara itu, Maleficent membela Moors. Dia menyatakan bahwa orang-orang utusan Ulstead justru telah menangkap para peri yang tidak bersalah. Perseteruan ini tentunya melibatkan unsur politik, yakni menunjukkan kekuasaan siapa yang paling kuat. 

3. Ambisi untuk menginvasi wilayah lain

Representasi Dunia Politik dalam Film Maleficent: Mistress of EvilPexels/Joao Gustavo Rezende

Ratu Ingrith memiliki ambisi besar untuk menghancurkan bangsa Moors. Dia ingin merebut wilayah Moors dan menggulingkan kepemimpinan Aurora serta kekuatan Maleficent. Dalam film ini, Ingrith melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Dia menyadari pentingnya suatu kekuasaan untuk memperkuat posisi. 

Baca Juga: Kece Abis! 10 Potret Artis Tanah Air Cosplay ala Maleficent

4. Kesenjangan hidup dan politik balas dendam

Representasi Dunia Politik dalam Film Maleficent: Mistress of EvilInstagram/gilangeizan

Salah satu alasan Ingrith ingin menguasai Moors dipengaruhi oleh masa lalunya. Dahulu dia merupakan keturunan sebuah kerajaan yang berada dekat dengan Moors. Namun, istana tempat ia tinggal mengalami krisis. Sementara itu, kehidupan di Moors sangat makmur. Oleh karena itu, Ingrith bertekad untuk menghancurkan Moors karena dianggap berbahaya. 

5. Strategi mempertahankan kekuasaan

Representasi Dunia Politik dalam Film Maleficent: Mistress of EvilPexels/Skitterphoto

Peran Ingrith dalam Maleficent: Mistress of Evilcukup mendominasi permasalahan cerita. Tokoh Ingrith memiliki prinsip untuk mempertahankan kedaulatan kerajaannya. Dia melakukan berbagai cara untuk memperkuat kerajaan dengan cara menghancurkan kerajaan lain. Dengan begitu, kerajaan Ulstead memiliki eksistensi sebagai kerajaan terkuat. 

6. Bertindak demi rakyat

Representasi Dunia Politik dalam Film Maleficent: Mistress of EvilInstagram/disneymaleficent

Dalam dunia politik, sosok pemimpin berperan penting dalam mengutamakan kepentingan rakyat. Tokoh Ingrith dalam film Maleficent: Mistress of Evil selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat ketika ia menciptakan peperangan antara Ulstead dan Moors. Maleficent sebagai tokoh utama juga tidak ingin kalah. Dia rela mengorbankan segalanya demi mempertahankan Moors. 

Baca Juga: 5 Pesan Bijak Tersembunyi di Balik Film Maleficent 2, Sudah Nonton?

Doni Oktagrasya Photo Writer Doni Oktagrasya

Student at Universitas Indonesia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya