7 Film Iran Berlabel Paling Kritis, Ada yang Sampai Dilarang Tayang

Komentar sosialnya bikin kamu berpikir keras

Menurut Freedom House, Iran bukan negara bebas yang menerapkan demokrasi penuh bagi masyarakatnya. Banyak pembatasan-pembatasan yang dicanangkan setelah Revolusi Iran pada 1979. 

Hal ini tercermin dari film-film mereka yang ternyata juga sarat kritik dan isu sosial politik khas Iran. Mulai dari pembatasan kebebasan berekspresi, kesenjangan ekonomi, ketimpangan gender, sampai misogini. 

Karenanya, secara tidak langsung, film-film Iran bisa jadi jendela untuk menilik dinamika sosial politik di negeri Timur Tengah itu. Apalagi, sepanjang sejarah perfilman, film maker Iran merupakan salah satu yang cukup produktif. Merka rutin meramaikan festival serta ajang film bergengsi, mulai Cannes sampai Academy Awards. 

Negaranya sedang disorot usai bersitegang dengan Israel, yuk cek rekomendasi film Iran berlabel paling kritis yang bisa kamu tonton. Sampai ada yang pernah dilarang tayang, lho!

1. Crimson Gold (2003)

7 Film Iran Berlabel Paling Kritis, Ada yang Sampai Dilarang Tayangadegan film Crimson Gold (dok. Kim Stim/Crimson Gold)

Crimson Gold merupakan salah satu film Iran yang berlabel legendaris. Digarap oleh sutradara fenomenal Jafar Panahi, Crimson Gold mengikuti keputusan-keputusan yang dibuat oleh seorang perampok bank amatir bernama Hussein. Ketika perampokan tidak berjalan sesuai harapan, Panahi kemudian memutar adegan flashback sebelum Hussein melakukan kejahatan. 

Hussein yang datang dari keluarga tak berada secara tidak langsung dijadikan Panahi sebagai instrumen untuk mengekspos isu-isu sosial politik Iran. Salah satunya tentang pembatasan dan stigma-stigma berbasis gender hingga kemiskinan. Lumayan gelap, film ini dilarang tayang di Iran karena Panahi menolak memotong adegan akhirnya yang dianggap tak lulus sensor oleh otoritas setempat. 

2. Offside (2006)

7 Film Iran Berlabel Paling Kritis, Ada yang Sampai Dilarang Tayangadegan film Offside karya Jafar Panahi (dok. MUBI/Offside)

Masih dari Jafar Panahi, Offside menceritakan perjuangan sekelompok perempuan muda yang ingin menonton tim nasional sepak bola Iran berlaga di kualifikasi Piala Dunia 2006. Iran saat itu masih memberlakukan larangan bagi perempuan untuk menonton pertandingan sepak bola langsung di stadion. Ini membuat para suporter perempuan terpaksa berdandan ala pria agar bisa masuk stadion.

Sampai saat ini, isu restriksi tersebut masih jadi perdebatan sengit di Iran. Beberapa penggawa Tim Melli ikut mengekspresikan kekecewaannya pada kebijakan tersebut. 

3. A Man of Integrity (2017)

7 Film Iran Berlabel Paling Kritis, Ada yang Sampai Dilarang Tayangadegan film A Man of Integrity (dok. Trigon Films/A Man of Integrity)

Sama dengan Jafar Panahi, Mohammad Rasoulof merupakan sosok sineas yang cukup rajin mengangkat tema-tema sosial politik. Salah satu filmnya, A Man of Integrity memberikan gambaran tentang si berkuasa dan si pesakitan.

Lakonnya seorang pengelola tambak sederhana bernama Reza yang harus bertahan hidup di tengah sistem yang tak adil. Demi mempertahankan usahanya, Reza harus melakukan cara-cara curang seperti menyuap. Di sisi lain, ia bertetangga dengan sosok pebisnis kaya raya yang hendak melakukan praktik monopoli di wilayah tempat tinggal Reza. 

Baca Juga: Fakta Film Holy Spider, Potret Kelam Misogini di Iran

4. 3 Faces (2018)

7 Film Iran Berlabel Paling Kritis, Ada yang Sampai Dilarang Tayangadegan film 3 Faces (Jafar Panahi Film Productions/3 Faces)

Aktivisme Jafar Panahi sempat membuatnya harus berurusan dengan polisi pada 2010. Meski dibebaskan, ia sebenarnya dilarang berkarya lagi. Namun, Panahi tak kehilangan akal. Ia menyelundupkan film-film garapannya ke luar negeri untuk diputar di berbagai festival. 

Salah satunya 3 Faces yang lagi-lagi mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dibuat berdasar perspektif patriarki. Panahi membuat filmnya dalam format semi-dokumenter, mengisahkan perjalanan dirinya sendiri dan seorang aktris menemui sosok gadis muda yang mengancam akan mengakhiri hidupnya karena tak diizinkan keluarganya mengejar mimpinya menjadi pemeran. 

5. There Is No Evil (2020)

7 Film Iran Berlabel Paling Kritis, Ada yang Sampai Dilarang Tayangadegan film There Is No Evil (dok. Kino Lorber/There Is No Evil)

Pada 2020, Rasoulof merilis film berjudul There Is No Evil. Kali ini isu yang ia angkat adalah kritik pada praktik hukuman mati yang dalam perspektifnya penuh kekurangan. Bukan dari sudut pandang para terpidana, Rasoulof justru mengambil sudut pandang orang-orang yang terdampak secara tidak langsung dari hukuman mati tersebut. 

Misalnya saja sipir penjara, para wamil yang ditugaskan jadi eksekutor, hingga keluarga terpidana. Ketiga cerita pendeknya sukses bikin kita terdorong melakukan refleksi. 

6. Hit the Road (2021)

7 Film Iran Berlabel Paling Kritis, Ada yang Sampai Dilarang Tayangadegan film Hit The Road (dok. Picturehouse Entertainment/Hit The Road)

Mengekor karier ayahnya, Panah Panahi akhirnya merilis film debutnya yang berjudul Hit The Road pada 2021. Bakal mengingatkanmu pada Little Miss Sunshine, sinema Iran ini mengikuti perjalanan darat sebuah keluarga yang sayangnya tidak akan kamu ketahui tujuannya sampai akhir film. 

Meski terlihat hangat dan khas film keluarga, Panahi sebenarnya menyelipkan kritik pada satu kebijakan pemerintah Iran yang masih jadi perdebatan. Apa itu? Tonton filmnya sendiri, deh!

7. Holy Spider (2022)

7 Film Iran Berlabel Paling Kritis, Ada yang Sampai Dilarang TayangZar Amir Ebrahimi dalam film Holy Spider (instagram.com/profilepicturesdk)

Kalau kamu penggemar thriller, tetapi juga ingin film yang mengandung pesan sosial politik, Holy Spider adalah pilihan tepat. Sinema yang dikemas dengan gaya muram ini sejak awal sudah bisa bikin penonton merinding dengan kengeriannya. 

Lewat Holy Spider, sang sutradara Ali Abbasi mencoba memotret misogini di Iran lewat perspektif seorang jurnalis perempuan yang menginvestigasi sebuah kasus pembunuhan. Meski lakonnya fiktif, kasus pembunuhannya merupakan kejadian nyata di Kota Mashhad yang dilakukan seorang pria paruh baya pada belasan pekerja seks komersial. 

Bukannya merasa bersalah, sang pelaku mengaku melakukannya demi jihad karena menganggap korban-korbannya adalah pendosa berat. Kejadian ini terjadi pada tahun 2000-an. 

Muatan kritik sosial politiknya membuat film-film Iran di atas kesulitan dapat slot tayang di negeri sendiri. Kebanyakan premier di festival film internasional, kemudian dibeli hak distribusinya oleh layanan streaming daring. Beberapa tersedia secara legal di platform lokal dan impor yang tersedia di region Indonesia, kok! Silakan diburu!

Baca Juga: 5 Fakta Taraneh Alidoosti, Aktris Film Peraih Oscar Ditangkap Iran

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika
  • Triadanti

Berita Terkini Lainnya