[REVIEW] Mommy, Kurang-Kurangi Kebiasaan Menghakimi Ibu

Potret ibu nonkonvensional yang layak diresapi

Meski belum pernah tembus Oscar, Xavier Dolan sering disebut sebagai prodigy. Pada usia 20 tahun, ia sudah berhasil menembus Cannes Film Festival lewat film debutnya I Killed My Mother (2009). Dilanjut dengan Heartbeats (2010) dan Laurence Anyway (2012) yang berkompetisi di segmen Un Certain Regards, kategori khusus film arthouse/independen di Cannes Film Festival. 

Puncaknya, terjadi saat ia merilis Mommy, film bergenre drama ibu tunggal dan anaknya yang mengidap attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Film yang dirilisnya pada usia 25 itu mengantarkan Dolan meraih Jury Prize (film terbaik ketiga) di Cannes Film Festival 2014. Seberapa keren karya aktor yang bermanuver jadi sutradara itu? Berikut ulasan film Mommy karya Xavier Dolan. 

1. Film yang chaotic sejak adegan pembuka

[REVIEW] Mommy, Kurang-Kurangi Kebiasaan Menghakimi IbuMommy (dok. Films at Lincoln Center/Mommy)

Tak basa-basi, Xavier Dolan langsung membuka film Mommy dengan adegan yang penuh kekacauan. Yakni kecelakaan mobil yang melibatkan sang lakon, perempuan paruh baya bernama Diane (Anne Dorval) saat hendak menjemput putranya di sekolah. Dari kekacauan itu, Dolan bakal membawamu ke kekacauan berikutnya, yakni fakta bahwa putranya yang berusia 16 tahun, Steve (Antoine Olivier Pilon) dikeluarkan dari sekolah karena pelanggaran berat. 

Dengan berat hati, Diane harus membawa pulang Steve. Tak punya banyak opsi sekolah lain yang mau menerima kondisi medis putranya yang punya ADHD, Diane pun memilih menyekolahkan putranya di rumah. Masalah lain membelitnya, ia baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai kolumnis yang membuat situasi finansialnya makin tercekik. Beberapa hari kemudian, konsentrasi Diane terbelah antara mencari kerja dan memastikan Steve tetap belajar di bawah pengawasannya. 

Baca Juga: 5 Film Terbaik Xavier Dolan, Sineas Muda Berbakat yang Pensiun Dini

2. Tak ada ibu yang sempurna adalah pesan film ini

[REVIEW] Mommy, Kurang-Kurangi Kebiasaan Menghakimi IbuMommy (dok. Metafilms/Mommy)

Namun, dengan kondisi medis Steve yang mengidap ADHD, duduk diam bukan hal yang mudah untuknya. Di sisi lain, ketiadaan pekerjaan membuat Diane makin tertekan. Rumah jadi sesak karena kemelut batin kedua penghuninya. Konflik pun tak terhindarkan hingga satu waktu, tetangga mereka datang dan bersedia membantu. Ia adalah Kyla (Suzanne Clément), mantan guru yang jadi ibu rumah tangga karena harus pindah mengikuti pekerjaan sang suami. 

Kyla dengan pengalamannya berhasil menenangkan Steve dan membantu sang bocah belajar di rumah. Ketiganya pun membentuk ikatan bak keluarga. Kyla akan datang tiap hari untuk mengajar Steve dan Diane bisa mengerjakan proyek translasi untuk menyambung hidup. Namun, itu tak bertahan lama. Kondisi Steve kembali memburuk saat insiden di sekolah lama Steve menyeruak ke permukaan. 

Steve dan Diane terlibat cekcok dan sebuah insiden terjadi hingga akhirnya sang ibu tak sanggup lagi. Ia, ditemani Kyla sepakat mengambil keputusan yang mungkin kontroversial di kalangan sesama orangtua. Dolan seolah ingin bilang kalau tak ada orangtua yang sempurna di dunia ini. Balada Diane jadi cerminan betapa kacaunya hari-hari seorang ibu tunggal, apalagi dari kalangan kelas pekerja yang ekonominya pas-pasan. 

3. Pengemasan yang inventif dan cerita yang nonkonvensional jadi nilai plus film Mommy

[REVIEW] Mommy, Kurang-Kurangi Kebiasaan Menghakimi IbuXavier Dolan di set film Mommy (dok. Metafilms/Mommy)

Meski terdengar sederhana khas film arthouse dengan dana terbatas, Mommy siap menawarkan unsur kebaruan. Desain produksinya inventif, Dolan menggunakan rasio 4:3 yang sudah ditinggalkan sineas modern. Menurut pengakuannya kepada The Hollywood Reporter, ini dilakukan Dolan untuk mereduksi distraksi dari pemandangan panoramik di belakang karakter-karakternya.

Saat menonton film ini, kamu dipaksa mengamati lekat-lekat ekspresi para protagonisnya. Ini pula yang menjelaskan keputusannya lebih banyak melakukan pengambilan gambar di dalam ruangan. Selain tentu untuk memperkuat kesan sesak dan jenuh yang sama-sama dirasakan Diane, Steve, dan Kyla. Secara plot, penonton juga akan disuguhi cerita yang grafik tensinya naik turun tak tertebak.

Dolan juga menambahkan beberapa lagu untuk mengiringi adegan-adegan inti dalam film Mommy. Seolah hendak memperkuat kesan indie dalam filmnya, ia sengaja tak memilih lagu-lagu hits yang rilis pada 2010-an. Daftar putar dalam film Mommy justru didominasi lagu-lagu lawas tahun 90-an seperti 'Building a Mystery' milik Sarah McLachlan, 'Vivo per lei' ciptaan Andrea Bocelli, dan 'Wonderwall' yang dipopulerkan Oasis. 

Menonton film Mommy benar-benar sebuah pengalaman yang baru. Melihat kompleksitas plot dan pengemasan audio-visualnya yang inovatif, tak heran kalau film ini mengantar Xavier Dolan berjaya di festival film sekaliber Cannes. 

Baca Juga: 5 Pemenang Festival Film Cannes yang Tayang di Netflix, Sudah Nonton?

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa

Berita Terkini Lainnya